Cari Blog Ini

Selasa, 05 Mei 2015

Tentang ALAM BARZAKH

Allah berfirman:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ. فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ. يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rezki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.
[Q.S. Ali-Imraan: 169-171]

Asy-Syaikh Al-'Allaamah Al-Mufassir 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'diy rahimahullah berkata:
Ayat yang mulia ini terkandung di dalamnya keistimewaan dan kemuliaan orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan apa yang Allah anugerahkan kepada mereka dari keutamaan dan kebaikan-Nya.
ﻭﻓﻲ ﺿﻤﻨﻬـــﺎ ﺗﺴﻠﻴﺔ ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ ﻋﻦ ﻗﺘﻼﻫـﻢ ﻭﺗﻌﺰﻳﺘﻬﻢ، ﻭﺗﻨﺸﻴﻄﻬﻢ ﻟﻠــﻘﺘﺎﻝ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺘﻌﺮﺽ ﻟﻠﺸﻬـــﺎﺩﺓ
Dan termaktub di dalamnya pelipur duka dan penyejuk hati bagi yang masih hidup atas orang-orang yang terbunuh dari mereka. Juga penyemangat untuk berperang fi sabilillah (di jalan Allah) dan mengharapkan syahadah (mati syahid).
Maka Allah berfirman:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّه
(Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah), yaitu yang berjihad melawan musuh-musuh agama dengan tujuan meninggikan kalimat Allah,
أَمْوَاتاً
(mereka mati), yaitu: janganlah terbetik dibenak dan persangkaanmu bahwa mereka mati dan binasa serta hilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan bersenang-senang dengan kenikmatannya –yang para pengecut dari berperang dan zuhud (menghindar) dari syahadah berwaspada akan lepasnya (nikmat itu dari mereka jika ikut berperang)...
بَلْ 
(bahkan) mereka mendapatkan sebesar-besar apa yang dinginkan oleh orang-orang yang saling berlomba untuk mencapainya, sehingga mereka
أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ
(hidup di sisi Rabb mereka) di negeri kemuliaan-Nya(yaitu surga).
Dan perkataan (di sisi Rabb mereka) menunjukkan ketinggian derajat dan kedekatan mereka dari Rabb-nya.
يُرْزَقُونَ
(mereka mendapat rezeki) dari berbagai jenis kenikmatan yang tidak diketahui sifatnya kecuali orang yang Allah telah beri nikmat itu atas mereka.
Bersamaan dengan hal ini
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ
(mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka), yaitu mereka bersukacita dengan karunia itu yang sungguh menyejukkan pandangan dan menenteramkan jiwa mereka.
Hal itu disebabkan banyak dan melimpah serta agungnya keutamaan itu diiringi kelezatan yang sempurna dan tiada kesulitan dalam mencapainya.
Maka Allah telah mengumpulkan untuk mereka kenikmatan jasmani berupa rezeki dan kenikmatan hati serta ruh dengan rasa gembira atas anugerah-Nya yang diberi kepada mereka. Sehingga utuh sempurna kenikmatan dan kebahagiaan mereka.
Dan menjadikan mereka,
وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِم
(bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka),
yaitu mereka saling memberi kabar gembira -antara satu dengan yang lainnya- dengan akan datangnya saudara-saudara mereka yang belum menyusul mereka dan bahwa mereka (yang belum datang) akan memperoleh apa yang mereka (syuhada) telah mendapatkannya,
أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
(bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati), yaitu mereka bersenang hati dengan hilangnya hal yang ditakuti dari mereka dan saudara-saudara mereka yang mengharuskan rasa sukacita yang sempurna.
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ
(Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah), yaitu saling mengucapkan selamat antara sebagian mereka dengan sebagian lainnya dengan sebesar-besar ucapan selamat karenanya, yaitu tercurahnya karunia nikmat, keutamaan, dan kebaikan dari Rabb mereka.
وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
(dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman), bahkan DIA memperbanyak dan mensyukuri serta menambah dari keutamaan-Nya apa-apa yang usaha mereka tidak mampu mencapainya.
ﻭﻓﻲ ﻫــﺬﻩ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﻧﻌﻴﻢ ﺍﻟﺒﺮﺯﺥ، ﻭﺃﻥ ﺍﻟﺸﻬــﺪﺍﺀ ﻓﻲ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎﻥ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻬﻢ، ﻭﻓﻴﻪ ﺗﻼﻗﻲ ﺃﺭﻭﺍﺡ ﺃﻫــﻞ ﺍﻟـﺨﻴﺮ، ﻭﺯﻳﺎﺭﺓ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﻌﻀـــﺎ، ﻭﺗﺒﺸﻴﺮ ﺑﻌﻀﻬـــﻢ ﺑﻌﻀـــﺎ
Dan di dalam ayat ini terkandung penetapan adanya nikmat di alam barzakh dan bahwa para syuhada berada di tempat tertinggi di sisi Rabb mereka. Juga termaktub tentang saling bertemunya ruh-ruh pelaku kebaikan, saling mengunjungi, dan saling mengucapkan selamat antara mereka.

Sumber:
Taisirul Kariimir Rahman hal. 155

Alih Bahasa:
Al-Ustadz Abu Yahya Al-Maidaniy hafizhohullaah [FBF-5]

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www .alfawaaid .net

Tentang MINTA DIRUQYAH

Asy-Syaikh Al-'Allaamah Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah

P E R T A N Y A A N :
Apa arti yang terkandung pada hadist tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab?

J A W A B A N :
Hadits ini adalah hadits yang panjang lagi masyhur yaitu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam melihat sekelompok besar manusia yang memenuhi cakrawala, lalu dikatakan kepada beliau:
هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ
"Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab."
Kemudian para Shahabat radhiyallahu 'anhum saling bertanya di antara mereka tentang siapakah orang-orang tersebut? Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُون
"Mereka adalah:
■ Orang-orang yang tidak meminta untuk diruqyah,
■ Tidak melakukan pengobatan dengan metode kay,
■ Tidak ber-tathoyyur, dan
■ Hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal."

Sabda beliau لا يسترقـــون yakni tidak meminta kepada seorangpun untuk dibacakan kepada mereka (diruqyah), untuk penyakit yang menimpa mereka.
Sabda beliau لا يكــتوون yaitu tidak meminta kepada seorangpun untuk diobati dengan metode kay (besi panas semisal moksibusi).
Sabda beliau ولا يتطــيرون yakni, mereka tidak tasya'um (merasa sial dan pesimis terhadap takdir yang akan terjadi pada mereka).
Dan pada sabdanya و على ربهم يتوكلـــون yakni mereka menyandarkan perkara kepada Allah secara menyeluruh.

Dan diketahui dari sabdanya لا يسترقــون (tidak meminta diruqyah) bahwa:
• Jika mereka membacakan kepada selain mereka (meruqyah orang lain) maka TIDAK MENGAPA dan mereka tidak diharamkan dari pahala yang besar ini.
• Jika orang lain membacakan kepada mereka TANPA PERMINTAAN dari mereka maka ini juga TIDAK MENGAPA dan mereka tidak kehilangan dari pahala yang besar ini.
• Begitu pula barangsiapa yang diobati dengan metode kay oleh orang lain TANPA MEMINTA KEPADANYA maka demikian juga ia tidak akan diharamkan dari pahala tersebut.
أما التطير فهو التشاؤم، قال العلماء: التشاؤم يكون بمرئي، أو مسموع، أو معلوم
Adapun tathoyyur, maka itu adalah tasya'um (dia merasa sial/berprasangka akan terjadi sesuatu yang jelek padanya).
Para ulama mengatakan bahwa tasya'um bisa terjadi dengan sebab sesuatu yang DILIHAT atau DIDENGAR atau suatu FENOMENA (yang ditandai).
⭕ Tasya'um (merasa sial) dengan sesuatu yang dilihat, seperti jika seseorang melihat sesuatu lalu muncul pada dirinya firasat jelek.
▪ Semisal ia melihat burung hitam seketika ia berkata: "Ini adalah hari gelapku."
▪ Atau ia melihat seseorang tergelincir di depannya kemudian mati sehingga ia berkata: "Jika aku melewati jalan ini pasti menimpaku sama seperti apa yang terjadi pada orang ini.”
Atau yang semacam dengan ini.
⭕ Tasyaum (berfirasat jelek) dengan sesuatu yang didengar, seperti ketika mendengar kata-kata menggelisahkan yang tidak sesuai kemudian ia berfirasat jelek dan mengurungkan (dari menyelesaikan) keperluannya.
⭕ Tasya'um dengan suatu fenomena, yaitu menganggap sial pada hari-hari atau bulan-bulan tertentu. Sebagaimana dahulu dilakukan orang-orang jahiliyah:
▪ Di antara mereka ada yang ber-tasya'um dengan datangnya bulan shofar.
▪ Sebagian mereka ada yang menganggap sial bulan syawwal,
▪ Di antara mereka ada yang berfirasat jelek pada hari Rabu.
Dan perkara yang lainnya sebagaimana telah masyhur dari cara pandang orang-orang jahiliyyah.

MAKA sesungguhnya tathoyyur (bersikap pesimis atau menganggap sial dengan sesuatu) merupakan kesyirikan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
الــطِّيَرَةُ شــِرْكٌ، الــطِّيَرَةُ شِــرْكٌ
"Sikap tathoyyur (menganggap sial dengan sesuatu)merupakan kesyirikan, sikap tathoyyur adalah kesyirikan."

Dan wajib bagi manusia untuk senantiasa bertawakkal kepada Allah dan bersandar pada-Nya pada setiap urusannya.
Apabila ia melihat sesuatu yang baik untuk dikerjakan maka ia kerjakan. Dan jangan menghiraukan apa yang telah ia dengar dan lihat karena tathoyyur adalah kesyirikan.
Sedangkan definisi tawakkal adalah:
صــدق الاعتمــاد على الله في جلب الـــمنافع ودفــع المضــار مع فعل الأسباب النافعـــة
"Benar-benar bersandar kepada Allah dalam mencari kebaikan dan menolak kejelekan  diiringi dengan melakukan sebab-sebab yang bermanfaat (untuk mencapai tujuannya)."
KARENA bertawakkal tanpa mengambil sebab dinamakan تواكــلا (pura-pura tawakkal), bukan توكــلا (tawakkal sejati). 
Sesungguhnya pemimpin orang-orang yang bertawakkal adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Bersamaan dengan itu beliau tetap mengambil sebab-sebab yang melindunginya.
▪ Sebagaimana yang terjadi pada Perang Uhud dengan memakai dua baju besi khawatir dari hujanan anak panah.
▪ Juga membuat parit (ketika Perang Khandaq) mengelilingi kota Madinah supaya tidak dimasuki musuh.
▪ Dan beliau bersembunyi selama tiga hari di dalam Gua Tsur agar tidak ditemukan oleh musuh.
Maka melakukan sebab-sebab yang bermanfaat sama sekali tidak menghilangkan sikap tawakkal BAHKAN termasuk kelaziman dalam bertawakkal.

Maka empat sifat ini bahwa:
- Mereka tidak meminta untuk diruqyah,
- Tidak meminta untuk  berobat dengan besi panas,
- Tidak bertathoyyur (pesimis dalam nasib/ berfirasat jelek),
- Dan hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal,
ADALAH sifat orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.
AKAN TETAPI perlu diketahui bahwa mereka harus memiliki iman.
Seandainya kita berasumsi bahwa ada seseorang yang memiliki sifat-sifat itu tapi ia tidak sholat, maka yang seperti ini tidak akan pernah masuk surga, baik dengan hisab ataupun tanpa hisab. KARENA orang yang tidak sholat adalah kafir dan tidak bermanfaat baginya bahwa ia tidak meminta diruqyah, tidak meminta disembuhkan dengan metode besi panas, tidak bertathoyyur, dan dia bertawakkal dan bersandar kepada Allah.
SEHINGGA wajib bagi kita untuk memperhatikan masalah ini.

Sumber: Silsilah Liqoatul Baabil Maftuh (Rangkaian Pertemuan Terbuka ke-12)

Catatan:
Kay adalah salah satu metode pengobatan dengan menempelkan/ mendekatkan besi panas pada kulit atau daerah tertentu pada tubuh, bahkan dalam suatu riwayat ditempelkan pula ke alis.

Sumber:
zadgroup .net/bnothemen/upload/ftawamp3/od_012_11 .mp3

Alih Bahasa:
Abu Kuraib Habib bin Ahmad (Bandung) -hafidzahullah- [FBF-1]

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www .alfawaaid .net