Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Apakah kalau kita bershodaqoh terhadap anak yatim sambil mengusap kepala anak yatim tersebut maka setiap helai rambut anak yatim tersebut akan mendoakan kita?
Jawab:
Bershodaqoh, bersikap lemah lembut, memuliakan, menyenangkan hati dan memenuhi kebutuhan anak yatim dengan mengusap kepalanya adalah bagian dari amal sholeh yang dituntunkan Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam. Bahkan hal itu termasuk amalan yang bisa melembutkan hati.
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﺷَﻜَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺴْﻮَﺓَ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﺇِﻥْ ﺃَﺭَﺩْﺕَ ﺗَﻠْﻴِﻴﻦَ ﻗَﻠْﺒِﻚَ ﻓَﺄَﻃْﻌِﻢْ ﺍﻟْﻤِﺴْﻜِﻴﻦَ ﻭَﺍﻣْﺴَﺢْ ﺭَﺃْﺱَ ﺍﻟْﻴَﺘِﻴﻢِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa seorang laki-laki mengadukan kepada Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam tentang kekerasan hatinya. Maka Nabi berkata kepada dia, “Jika engkau ingin melembutkan hatimu, berikan makan kepada orang miskin, dan usaplah kepala anak yatim." (HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh al-Albany)
Mengusap kepala anak yatim bukanlah sekedar mengusap, namun itu adalah bentuk kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Mengusap kepala anak yatim juga tidak dikhususkan pada bulan Muharram apalagi hanya pada hari Asyura (10 Muharram) saja.
Apakah setiap helai rambut anak yatim yang diusap akan berdoa kepada orang yang mengusapnya? Tidak dalil tentang hal itu. Yang ada adalah beberapa riwayat yang menyatakan bahwa setiap helai rambut anak yatim yang diusap terhitung sebagai kebaikan, namun hadits-hadits tersebut pada setiap jalur sanadnya sangat lemah, terputus, atau ada perawi yang memalsukan hadits. Di antara riwayat itu:
ﻣَﻦْ ﻣَﺴَﺢَ ﺭَﺃْﺱَ ﻳَﺘِﻴﻢٍ ﺃَﻭْ ﻳَﺘِﻴﻤَﺔٍ ﻟَﻢْ ﻳَﻤْﺴَﺤْﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻌْﺮَﺓٍ ﻣَﺮَّﺕْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻳَﺪُﻩُ ﺣَﺴَﻨَﺎﺕٌ
Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan, tidaklah ia usap kecuali karena Allah, maka setiap helai rambut yang terlewati oleh tangannya terhitung sebagai kebaikan-kebaikan. (HR. Ahmad dan at-Thobarony)
Hadits ini sangat lemah, karena di dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Ali bin Yazid al-Alhaany yang dinyatakan oleh al-Bukhari sebagai munkarul hadits, dan ad-Daruquthny menyatakan bahwa ia adalah matruk (ditinggalkan). Lihat Majmauz Zawaaid karya al-Haitsamy (8/160) dan ad-Dhuafaa’ wal Matrukin karya Ibnul Jauzy (2/200).
Riwayat lain menyatakan:
ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻳﻤﺴﺢ ﻳﺪﻩ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻳﺘﻴﻢ ﺇﻻ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﺑﻜﻞ ﺷﻌﺮﺓ ﻣﺮﺕ ﻳﺪﻩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﺴﻨﺔ ﻭﺭﻓﻌﺖ ﻟﻪ ﺑﻬﺎ ﺩﺭﺟﺔ ﻭﺣﻄﺖ ﻋﻨﻪ ﺑﻬﺎ ﺧﻄﻴﺌﺔ
Tidaklah seorang muslim mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim kecuali pada tiap helai rambut yang dilewati tangannya mendapat 1 kebaikan dan diangkat 1 derajat dan dihapus 1 keburukan. (HR. Ibnun Najjaar dari Abdullah bin Abi Aufa)
Dalam riwayat ini terdapat perawi yang bernama Abdullah bin Muhammad bin Sinaan yang suka memalsukan hadits. Lihat ad-Dhuafaa’ wal Matrukiin karya Ibnul Jauzi (2/139).
Riwayat lain menyatakan:
ﻣﻦ ﻭﺿﻊ ﻳﺪﻩ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻳﺘﻴﻢ ﺗﺮﺣﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﺑﻜﻞ ﺷﻌﺮﺓ ﺗﻤﺮ ﺑﻴﺪﻩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﺴﻨﺔ
Barangsiapa yang meletakkan tangannya pada kepala anak yatim dengan kasih sayang, maka setiap helai rambut yang dilewati tangannya terhitung 1 kebaikan. (HR. Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud)
Hadits ini sanadnya terputus, yaitu dari Muhammad bin Ajlan (termasuk Tabaa-ut Taabi’in) terputus dari Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam.
Wallaahu A’lam bisshowaab.
Sumber: itishom[dot]web[dot]id