Sebuah ironi baru saja dipertontonkan di negeri ini. Gempita natal begitu meriah, seolah negeri ini mayoritas dihuni oleh Nasrani. Mal, pusat perbelanjaan, supermarket, hotel, rumah makan dan restoran, tempat wisata atau rekreasi, dipenuhi pernak-pernik natal. Pohon natal dan patung sinterklas raksasa, miniatur Bethlehem, topi sinterklas yang menghiasi kepala karyawan sampai yang berkerudung sekalipun, menjadi potret buram di negara dengan populasi muslim terbesar di dunia ini.
Itulah Indonesia. Kristenisasi dengan begitu halusnya menyeruak. Semarak natal mampu menembus pelbagai batas. Di kota-kota kecil, bahkan yang dikenal dengan kota santri sekalipun, natal demikian meriah. Sebuah pemandangan yang tentu berbeda pada satu dekade silam.
Ini memang bukan semata peringatan Natal. Populasi Nasrani faktanya memang naik tanpa disadari. Ragam cara pemurtadan terus digeber habis-habisan, berbagai bentuk penistaan agama diciptakan, serta agama-agama yang merupakan gado-gado Islam dan Nasrani dibela mati-matian berdalihkan kebebasan agama dan berkeyakinan (baca: lagi-lagi HAM).
Miris memang. Semakin miris kala seruan untuk bertoleransi sudah kebablasan, pencitraan Nasrani sebagai agama yang penuh damai dan kasih demikian tebal, dan ocehan-ocehan para “tokoh” muslim justru menihilkan Kristenisasi. Isu Kristenisasi, oleh para “cendekiawan” muslim itu, dianggap Kristenfobia.
Padahal, Allah ‘azza wa jalla sendiri yang menyatakan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha hingga kita mengikuti agama mereka. Artinya, Kristenisasi tidak akan pernah berhenti di setiap tempat dan waktu. Ia akan selalu menyelinap, menyusup di tengah masyarakat muslim di mana pun dan sampai kapan pun.
Bagi pemeluknya, Kristenisasi, atau yang mereka sebut transformasi atau penuaian jiwa, adalah tugas suci sesuai pesan Bibel. Sebab, menurut mereka, dunia tidak mungkin damai jika tidak dikristenkan. Maka dari itu, Kristenisasi adalah harga mati. Lebih-lebih, kucuran dana dari negara-negara kuat seperti AS dan Inggris siap mendukung geliat Kristenisasi di Indonesia.
Apalagi, Kristenisasi tidak bisa dilepaskan dari sejarah. Misionaris Kristen atau Katholik masuk Indonesia bukan 20 atau 50 tahun lalu, tetapi sejak penjajah Belanda masuk negeri ini. Pemurtadan oleh penjajah juga tidak semata menyasar suku-suku terasing, tetapi masyarakat muslim, dengan dukungan yang besar dari pemerintah Hindia Belanda kala itu.
“Hasil”nya kita rasakan sekarang. Konflik sesama anak bangsa yang berbeda agama seperti di Maluku dan Poso adalah peninggalan para penjajah yang akan terus kita warisi. Kristenisasi telah memecah daerah konflik tersebut baik secara geografis maupun ideologis. Sebut saja Desa Sirisori di Pulau Saparua. Karena Kristenisasi penjajah, desa ini pecah menjadi dua: Sirisori Islam dan Sirisori Kristen. Kala Maluku tengah di-settingmemanas, warga Kristen berulah menyerang tetangganya yang beragama Islam.
Begitulah, jika akidah Kristen telah bersemi di dalam dada, tetangganya yang masih mempunyai pertalian darah sekalipun, tak segan akan dibantai.
Di luar cara-cara halus yang selama ini jamak dilakukan, kaum salibis nyatanya berani menabuh genderang perang di saat mereka minoritas. Apa jadinya jika Kristenisasi yang ditarget tahun 2020 berhasil? Jangan jadi penonton, mari kita lawan derasnya arus pemurtadan. Ingat, Kristenisasi tidak akan pernah berhenti.
Sumber: Asy Syariah Edisi 106
###
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam menjadi sasaran utama proyek Kristenisasi, bahkan bisa dikatakan sebagai basisnya. Sejak zaman penjajahan Belanda, misi ini sudah dijalani. Bahkan, di antara pernyataan salah seorang Gubernur Jenderalnya, “Belanda tidak akan meninggalkan Indonesia sampai berhasil mengkristenkan penduduknya.”
Pernyataan ini termuat dalam buku Kristenisasi di Poso. Kenyataannya pun demikian. Banyak sekali peninggalan-peninggalan bangsa Belanda di Indonesia yang bersyiar Kristen.
Berbagai cara ditempuh oleh misionaris untuk menjalankan proyek Kristenisasi. Adapun sejauh mana keberhasilannya, perlu dipelajari lebih lanjut. Yang jelas, sensus penduduk 1999 menunjukkan jumlah umat Islam Indonesia menurun drastis dari 90% menjadi 75%, sedangkan pemeluk Kristen naik menjadi 19%.
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ يَشۡتَرُونَ ٱلضَّلَٰلَةَ وَيُرِيدُونَ أَن تَضِلُّواْ ٱلسَّبِيلَ ٤٤
“Tidakkah kamu memerhatikan orang yang diberi sebagian dari Kitab, mereka membeli kesesatan dan menghendaki agar kalian tersesat dari jalan yang benar.” (an-Nisa: 44)
Di antara proyek jangka panjang misionaris internasional adalah menciptakan Indonesia sebagai pusat perkembangan agama Kristen di Asia Pasifik. Hal ini dinyatakan langsung oleh seorang pendeta bernama George Anatore dariThe Land Family Church, Singapura, di Hotel Shangrila, Jakarta, dalam acara seminar kerjasama Global Mission Singapore dan Galilea Ministry Indonesia, 9—12 Juni 1998.
Seorang peneliti dan penginjil Belanda bernama Hendrik Kraemer menyatakan, “Jawa Barat adalah wilayah paling gelap di Indonesia dan sangat tertutup bagi Injil. Oleh karena itu, aktivis DWM (Daulos World Mission) berikrar: Kita harus merebut tanah Pasundan bagi Kristus.” Proyek ini mereka namakan dengan Yerikho 2000. Selain di Jawa Barat, proyek ini digerakkan di Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Proyek ini berpusat di Rawamangun (Jakarta Timur) dan Tangerang (Banten).
Kajian Cara-cara yang mereka tempuh untuk melancarkan misi Kristenisasi tersebut adalah sebagai berikut.
Propaganda dan pemalsuan terhadap kitab suci al-Qur’an
Beberapa tahun yang lalu sempat beredar di internet dan menggegerkan sebagian publik Indonesia berita tentang “The True Furqan”. Al-Qur’an dipalsukan oleh Evangelis (Ev) Anis Sharrash. Di dalamnya muncul surat-surat aneh, seperti al-Iman, al-Muslimun, al-Washaya, dan at-Tajassud. Di antara isinya adalah memuji-muji Yesus.
Kasus ini tidaklah mengkhawatirkan, karena Allah ‘azza wa jalla telah berfirman tentang al-Qur’an,
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan pastilah Kami akan menjaganya.” (al-Hijr: 9)
قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَرٖ مِّثۡلِهِۦ مُفۡتَرَيَٰتٖ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ١٣
Katakanlah, “Datangkanlah sepuluh surat semisal dengan al-Qur’an, dan ajaklah siapa saja selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Hud: 13)
Dalam surat Yunus, Allah ‘azza wa jalla berfirman,
قُلۡ فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٣٨
Katakanlah, “Buatlah sebuah surat seperti al-Qur’an dan ajaklah siapa saja di antara kalian yang (mampu membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang jujur.”(Yunus : 38)
Di antara yang dilakukan oleh salah satu aliran Kristen ialah membaca Injil mereka sabagaimana cara kaum muslimin melagukan al-Qur’an.
وَإِنَّ مِنۡهُمۡ لَفَرِيقٗا يَلۡوُۥنَ أَلۡسِنَتَهُم بِٱلۡكِتَٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ
“Dan di antara mereka ada yang memutarbalikkan lidahnya seperti membaca kitab agar kalian menyangka yang dibaca adalah kitab, padahal itu bukanlah kitab.” (Ali ‘Imran: 78)
Kasus yang serupa namun lebih terselubung adalah ajakan untuk mencetak al-Qur’an dan Injil dalam satu sampul. Hal ini sebagaimana berita yang sampai kepada al-Lajnah ad-Da’imah. (Lihat Fatawa al-Lajnah no. 19402)
Yang paling sering terjadi adalah penyebaran buku-buku plesetan ayatayat al-Qur’an dan hadits, seperti buku yang ditulis oleh Pendeta R.M. Nurdin (seorang murtad). Di antaranya berjudul Ayat-Ayat Penting dalam al-Qur’an, ash-Shadiqul Mashduq (Kebenaran yang Benar) danSirrullah Akbar (Rahasia Allah yang Mahabesar).
Mahabenar Allah ‘azza wa jalla yang telah menyebutkan sifat mereka dalam firman-Nya,
وَجَعَلۡنَا قُلُوبَهُمۡ قَٰسِيَةٗۖ يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَنَسُواْ حَظّٗا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِ
“Dan Kami jadikan hati-hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya. Mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.” (al-Maidah: 13)
Selain buku, bermunculan pula tulisan dalam bentuk buletin, brosur, dan pamflet. Judul yang dipilih seolah-olah islami. Bertebaran pula stiker kaligrafi Arab tetapi isinya pujian kepada Yesus.
Misionaris yang mengaku mantan tokoh Islam
Para misionaris—di kalangan umat Kristen dikenal dengan sebutan “duta-duta Injil”—tidak segan-segan mengaku sebagai mantan haji atau pernah haji/hajah, mantan ustadz dan ustadzah, atau berasal dari keluarga tokoh Islam semisal kiai, atau lulusan sekolah-sekolah tinggi Islam. Pengakuan-pengakuan seperti itu (yang kebanyakannya dusta) mereka rekam dalam kaset dan video kemudian dipublikasikan.
Ada juga misi dengan meniru adat, kebiasaan, dan atribut-atribut yang ada dalam komunitas muslim. Contohnya, mengadakan tilawatul Injil seperti tilawah al-Qur’an, memakai peci (songkok), memakai sajadah, dan mendendangkan kasidah yang menyanyikan pujian-pujian kepada Yesus.
وَقَدۡ مَكَرُواْ مَكۡرَهُمۡ وَعِندَ ٱللَّهِ مَكۡرُهُمۡ وَإِن كَانَ مَكۡرُهُمۡ لِتَزُولَ مِنۡهُ ٱلۡجِبَالُ ٤٦
“Dan mereka membuat makar-makar mereka, padahal ada di sisi Allah makar mereka tersebut, meskipun makar mereka membuat gunung-gunung menjadi lenyap.” (Ibrahim: 46)
Merusak akhlak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوّدَان هِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada bayi yang dilahirkan melainkan lahir di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
“Cukup seseorang itu dikatakan berdosa karena menelantarkan orang yang berada dalam tanggungannya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang sahih, dari Abdillah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma)
Oleh karena itu, selain memerhatikan agama dirinya pribadi, kedua orangtua wajib menanamkan akidah yang benar kepada putra-putrinya dan memerhatikan akhlak anak-anaknya. Sebab, di antara program pokok proyek Kristenisasi adalah perusakan akhlak dengan berbagai media.
Cara ini mereka anggap cukup berhasil. Seakan-akan mereka tahu hadits berikut,
إِن لَم تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Jika engkau tidak merasa malu, lakukanlah sesuka hatimu.”
Pemurtadan dengan cara perusakan akhlak ini dinyatakan langsung oleh tokoh misionaris bernama Samuel Swimer, seorang Yahudi yang menjabat menjadi direktur organisasi misi Kristen. Dalam konferensi misionaris di Quds (1935 M), dia berkata yang kurang lebih maknanya, “Misi utama kita bukanlah mengharuskan umat Islam menjadi Kristen, melainkan mengeluarkan seorang muslim dari Islam sehingga menjadi orang yang tidak berakhlak selayaknya seorang muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”
Oleh sebab itu, kini Kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan umat Islam dari agama, baru setelah itu memurtadkannya.
Kawin antaragama dan tunangan antara pemuda Kristen dan muslimah atau sebaliknya, adalah salah satu program mereka. Tidak jarang, kasus pemuda Kristen menghamili gadis muslimah yang berujung akad nikah di gereja karena tidak mau menanggung malu.
Adapun si Kristen tidak mau menikahi kecuali dengan ala Kristen. Tidak sedikit pula pemuda Islam tergoda oleh wanita Kristen yang membawa misi.
PKL (Praktik Kerja Lapangan) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) sekolah-sekolah tinggi Kristen mengarah ke program ini.
Sebenarnya, cara ini sudah mereka terapkan sejak beberapa waktu silam. Pada 278 H, ada seorang pemuda bernama ‘Abdah bin Abdur Rahim. Menurut al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, pemuda yang nahas nasibnya ini awalnya adalah anggota pasukan mujahidin di negeri Romawi. Saat kaum muslimin mengepung salah satu daerah di negeri tersebut, pemuda tersebut melihat seorang wanita Romawi yang membuatnya jatuh hati hingga menyuratinya, “Adakah jalan bagiku untuk memilikimu?”
Wanita tersebut mengirim balasan dan berkata, “Masuklah ke agama Nasrani, dan silakan menemuiku.”
Dia pun menyanggupinya.
Setelah kaum muslimin berhasil menembus benteng negeri tersebut, mereka dikagetkan dengan keberadaan pemuda tersebut di sisi sang wanita Kristen. Peristiwa tersebut membuat kaum muslimin kebingungan dan keheranan, apa gerangan penyebabnya sampai demikian?
Setelah berjalan beberapa waktu, dia ditanya, “Bagaimana nasib al-Qur’anmu? Bagaimana nasib jihadmu? Bagaimana pula nasib shalat-shalatmu dan puasa-puasamu?”
Dia menjawab, “Al-Qur’an telah dilupakan dariku kecuali firman Allah ‘azza wa jalla,
رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡ كَانُواْ مُسۡلِمِينَ ٢ ذَرۡهُمۡ يَأۡكُلُواْ وَيَتَمَتَّعُواْ وَيُلۡهِهِمُ ٱلۡأَمَلُۖ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ ٣
“Kadang-kadang orang-orang kafir itu berharap sekiranya mereka dahulu muslim. Biarlah mereka di dunia ini makan dan bersenang-senang serta dilalaikan oleh angan-angan mereka. Kelak mereka akan mengetahui.” (al-Hijr: 2—3)
Kemudian dia berkata, “Sekarang, aku telanjur punya anak dan harta bersama mereka (Nasrani).” (al-Bidayah wan Nihayah, 11/74)
Di Indonesia, metode ini sudah ditawarkan sejak lama dan membuahkan hasil. Bahkan, di antara korbannya adalah putra-putri tokoh agama.
Media-media informasi, elektronik maupun cetak menjadi sarana mereka yang paling efektif untuk merusak akhlak masyarakat kaum muslimin dengan menayangkan film pergaulan bebas, pornografi, wanita-wanita foto model, dan yang lainnya. Diperparah lagi oleh munculnya dunia internet yang semakin tidak terkendali di akhir-akhir ini.
Oleh karena itu, segenap keluarga muslim mesti waspada dan perhatian penuh akan keselamatan diri dan putra-putri mereka.
Santunan/pinjaman dana untuk biaya kesehatan dan perekonomian
Trik ini juga telah cukup banyak menelan korban (memurtadkan sejumlah umat Islam). Sebab, dengan kenyataan yang ada, kondisi sebagian umat Islam ialah sebagaimana yang disebutkan oleh
Allah ‘azza wa jalla dalam firman-Nya,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ ١١
“Dan di antara manusia ada yang beribadah kepada Allah hanya di bagian tepi; jika ia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika ia ditimpa cobaan, dia berbalik ke belakang (murtad). Rugilah ia dunia akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” (al-Hajj: 11)
Pembagian mi instan atau bantuan uang yang dijalankan oleh misionaris beberapa tahun silam, akhir-akhir ini dimodifikasi menjadi peminjaman modal. Bermunculan sekian banyak koperasi Kristen yang melayani kebutuhan masyarakat tanpa banyak syarat.
Saat nasabah mengalami kesulitan mengembalikan dana tersebut, mereka tawarkan untuk dibayar dengan agama.
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَٰرَتُهُمۡ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ ١٦
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan (bayaran) petunjuk. Tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat hidayah.” (al-Baqarah: 16)
Hal yang serupa mereka tawarkan kepada masyarakat yang membutuhkan biaya pengobatan. Misi ini didukung oleh rumah sakit Kristen yang banyak tersebar di Indonesia.
Biaya pendidikan
Biaya kuliah yang kian mahal juga menjadi pintu yang mereka manfaatkan untuk mengkristenkan kaum muslimin. Universitas dan sekolah tinggi yang didirikan oleh kaum Kristen relatif lebih murah, belum lagi beasiswa bagi yang bersedia masuk Kristen.
Yang lebih memilukan lagi, bermunculan sekolah-sekolah tinggi Kristen dikemas dengan nama yang seolah-olah Islami. Misalnya, Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola oleh Yayasan (Kristen) Misi Global Kalimatullah dan (STT) Apostolos yang menyediakan kurikulum Islamologi.
Lapangan pekerjaan
Tidak ketinggalan penyediaan lapangan kerja juga menjadi lahan subur Kristenisasi. Sebab, mereka tahu bahwa banyak masyarakat Indonesia membutuhkan lapangan pekerjaan. Mereka pun siap menyalurkan tenaga kerja dengan gaji yang menggiurkan.
Syaratnya, orang tersebut harus mengikuti program-program yang telah mereka susun sebagai upaya pendekatan ke agama Nasrani dan menjauhkannya dari kewajiban-kewajiban Islam, seperti dipersulitnya shalat dan puasa.
Maka dari itu, kami menasihati kaum muslimin agar ekstra hati-hati dan tidak memasukkan putra-putrinya ke lembaga-lembaga pendidikan Kristen. Demikian pula anggota keluarga yang sakit hendaknya tidak dirawat di rumah sakit Kristen, yang tim kerohaniannya siap mentalqin pasien yang sekarat dengan talqin ala Kristen. Wal ‘iyadzu billah.
Bantuan untuk fasilitas ibadah
Salah satu upaya misionaris untuk menarik simpati umat Islam ialah memberi bantuan fasilitas ibadah, sumbangan untuk perayaan hari besar Islam, pembagian THR, dan beberapa fasilitas lainnya. Bahkan, ada masjid yang mendapat sumbangan pembangunan dari gereja dan ditandai dengan prasasti resmi sebagaimana yang terjadi di daerah sekitar Salatiga, Jawa Tengah.
Menjauhkan umat Islam dari bahasa Arab
Sebab, ketidaktahuan akan bahasa Arab menyebabkan umat kesulitan memahami dan berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, yang notabene berbahasa Arab.
Mereka menginginkan umat Islam buta huruf Arab sebagaimana buta hurufnya sebagian Bani Israil. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَمِنۡهُمۡ أُمِّيُّونَ لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّآ أَمَانِيَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ٧٨
“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami kitab (sucinya) kecuali hanya membaca saja dan mereka hanya menduga-duga.” (al-Baqarah: 78)
Memanfaatkan jalur politik
Partai-partai politik di negeri kita tidak luput dari incaran misionaris. Hampir setiap parpol mesti ada anggotanya ada yang beragama Kristen. Bahkan, tidak jarang politikus Kristen menduduki jabatan penting dalam partai, yang berlanjut sampai menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.
Ini tentu saja menjadi pintu bagi misionaris untuk menawarkan produk Kristen di dunia politik. Yang lebih parah dari itu semua, keberhasilan Kristen menjadi anggota parpol yang membawa suara Islam atau sebaliknya partai Kristen dengan tokoh atau aktifis Islam.
Tentu tidak sepatutnya kaum muslimin yang memiliki al-wala’ (loyalitas dan kecintaan) danal-bara’ (antipati dan berlepas diri) dalam agamanya, rela menjadikan orang kafir sebagai kepercayaannya. Allah ‘azza wa jalla telah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةٗ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِي صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ ١١٨
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang dari luar kalian sebagai teman kepercayaan, karena mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kalian. Mereka berharap kalian hancur. Telah tampak kebencian dari mulut mereka dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah kami terangkan kepada kalian ayat-ayat Kami jika kalian mau mengerti.” (Ali ‘Imran: 118)
Namun, itulah dunia politik. Kawan menjadi lawan, lawan pun bisa menjadi kawan, ketika dirasa menguntungkan.
Infiltrasi budaya
Banyak tradisi Kristen yang sudah memasyarakat di Indonesia. Sudah terjadi apa yang disabdakan oleh Rasulullah,
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jejak-jejak umat sebelum kalian.” (HR. at-Tirmidzi, beliau berkata, “Hadits hasan sahih.”)
Dalam riwayat yang lain,
وَلَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
“Seandainya mereka masuk ke lubang dhab (hewan serupa dengan biawak), kalian pun akan ikut masuk.”
Acara-acara perayaan semisal ulang tahun, hari ibu, dan valentine day yang biasa dirayakan oleh umat Kristen, di Indonesia ikut dirayakan oleh kaum muslimin dengan meriah.
Rangkaian dan taburan bunga di kuburan seakan-akan Islami padahal itu adalah tradisi orang kafir, di antaranya Kristen. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَرُدُّوكُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡ فَتَنقَلِبُواْ خَٰسِرِينَ ١٤٩
“Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menaati orang kafir niscaya mereka akan mengembalikan kalian ke belakang (murtad), sehingga kalian kembali menjadi orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran: 149)
Pemilihan daerah minus sebagai basis
Program yang semestinya mendapatkan kepedulian serius umat Islam secara umum dan para dai serta pemerintah secara khusus adalah kepedulian terhadap daerah minus dan pedalaman. Sebab, daerah-daerah ini dipilih oleh misionaris sebagai basis Kristenisasi sejak beberapa tahun silam dan telah menuai keberhasilan yang gemilang.
Keberhasilan tersebut didukung oleh karakteristik masyarakat pedalaman yang labil, sebagaimana disebutkan sifatnya oleh Allah‘azza wa jalla,
ٱلۡأَعۡرَابُ أَشَدُّ كُفۡرٗا وَنِفَاقٗا وَأَجۡدَرُ أَلَّا يَعۡلَمُواْ حُدُودَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ
“Orang-orang pedalaman itu lebih dahsyat kekufuran serta kemunafikannya, dan sangat wajar tidak mengetahui aturan-aturan yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.” (at-Taubah: 97)
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata pada tafsir ayat di atas, “Hal tersebut karena jauhnya mereka dari mengenal syariat agama, amalan-amalan, dan hukum-hukumnya.” (Taisirul Karimir Rahman)
Pembekalan wawasan Kristen kepada anak-anak
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan, “Para misionaris membagi-bagikan permen yang berbungkus cantik dan bagus kepada anak-anak. Mereka katakan, ‘Ini permennya Isa.’ Kemudian mereka mengambil permen yang kadaluwarsa, basi (berjamur -red.), terbuka bungkusnya dan kotor, dan mereka katakan, “Ini permen Muhammad.” Hal seperti ini membekas dalam benak anak-anak.
Para pelajar di negeri asing menegaskan bahwa cara seperti ini masih diterapkan dan terkadang disampaikan di sekolah, mengikuti arahan para gurunya. (Dikutip dari at-Tanshir, hlm. 93)
Santunan sosial berupa pangan sandang, kesehatan, dan beasiswa, menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata penduduk daerah-daerah yang minus dan terbelakang. Kondisi seperti ini menjadi prioritas utama bagi para duta-duta gereja untuk menjalankan misi mereka. Dana dan tenaga pun mereka persiapkan besar-besaran dengan dukungan banyak pihak dari berbagai negara.
Penutup
Kami ingatkan kepada kaum muslimin bahwa seruan misionaris kepada Kristenisasi dengan berbagai motifnya, tak ubahnya seruan setan.
إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ٦
“Hanyalah seruan setan kepada kelompoknya agar mereka menjadi penghuni neraka Sa’ir.” (Fathir: 6)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ٢٢
Dan setan berkata ketika hisab telah diputuskan, “Sesungguhnya Allah telah berjanji kepada kalian dengan janji yang benar, dan akupun telah berjanji kepada kalian tetapi aku menyelisihinya. Tidak ada kuasa untuk kalian melainkan sematamata mengajak kalian lantas kalian mematuhiku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencercaku, tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku tidak dapat menolong kalian dan kalian tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian menjadikanku sebagai sekutu (Allah) sejak dahulu. Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksa yang pedih.” (Ibrahim: 22)
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّبِعُواْ سَبِيلَنَا وَلۡنَحۡمِلۡ خَطَٰيَٰكُمۡ وَمَا هُم بِحَٰمِلِينَ مِنۡ خَطَٰيَٰهُم مِّن شَيۡءٍۖ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ١٢
Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, “Ikutilah jalan kami niscaya kami akan memikul dosa-dosa kalian.” Padahal mereka sedikit pun tidaklah memikul dosa-dosanya, sungguh mereka adalah orang-orang yang berdusta.(al-‘Ankabut: 12)
Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita dari tipu daya setan dan memberikan taufik kepada kita.
Wallahu a’lam bishshawab.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar
Sumber: Asy Syariah Edisi 106
###
Apa yang Harus Dilakukan Apabila Terjadi Kristenisasi?
Para misionaris dahulu dengan masa kini tentu berbeda. Walau misi yang didakwahkan tetap sama, namun metode yang ditempuh sudah berbeda. Dahulu, mereka biasa melakukan secara terang-terangan. Kini, kesan itu sudah nyaris tak terdengar.
Mereka bermain secara halus, bahkan cenderung menghindari publisitas, sembunyi-sembunyi. Seiring dengan peraturan dan perundangan yang banyak berubah terkait hubungan antarumat beragama, para misionaris banyak mengubah cara dakwah.
Dahulu begitu mudah didapat pamflet, selebaran, majalah, atau buku yang disampaikan oleh para misionaris. Kini, nyaris tidak terdengar mereka menyebarkannya. Dalam hal pendirian gereja saja, mereka sangat berhati-hati. Khawatir timbul resistensi (penolakan) dari warga beragama Islam.
Karena itu, mereka biasanya bergerak sembunyi-sembunyi saat mengumpulkan tanda tangan warga, lantas tiba-tiba gereja berdiri.
Apabila disinyalir kuat ada gerakan kristenisasi, hendaknya kaum muslimin merapatkan barisan. Di antara kaum muslimin hendaknya ada yang mempelajari ketentuan yang diberlakukan pemerintah terkait dengan penyiaran agama, seraya berupaya mengumpulkan data dan bukti telah terjadinya kristenisasi. Data dan bukti bisa dalam bentuk buku, pamflet, selebaran, maupun majalah yang berisi ajakan untuk beralih ke agama Kristen.
Catat setiap kesaksian dan peristiwa. Hindari main hakim sendiri. Jangan terpancing untuk bertindak anarkis. Laporkan kepada pihak berwajib aksi yang dilakukan oleh para misionaris. Waspadai setiap kegiatan mereka. Sebab, ada di antara mereka yang telah berbaur dengan masyarakat sehingga secara halus bisa memengaruhinya.
Sekarang adalah era keterbukaan. Tentu saja, pihak gereja atau misionaris bekerja secara cermat agar tidak kontraproduktif. Keadaan semacam ini yang harus dicermati secara saksama.
Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh kaum muslimin ialah tetap memberikan pembinaan kepada segenap warga beragama Islam. Caranya, menumbuhkan kesadaran beragama yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bekali umat dengan ilmu agama yang benar, sebagaimana para salafus saleh (para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in) telah mengajarkan dan mengamalkannya. Semoga dengan itu menjadi penangkal yang kokoh terhadap arus kristenisasi. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Menghadapi tipu daya kaum Nasrani di Indonesia perlu kesungguhan. Di antara upaya mereka dalam melumpuhkan kaum muslimin adalah dengan isu pluralisme. Dosen, mahasiswa, dan pelajar menjadi target utama. Di antara programnya adalah mengajak sebagian mereka menetap beberapa hari di tengah keluarga Nasrani, mengajak berkunjung ke gereja, melihat bagaimana kaum Nasrani beribadah di gereja.
Mereka tidak didakwahi secara lisan. Mereka hanya diminta untuk melihat dan mengamati, itu saja. Dari situ, akan timbul kekaguman terhadap agama orang lain. Nas’alullaha as-salamah. Kita berlindung kepada Allah ‘azza wa jalla dari tipu daya mereka.
Jangan ikuti hawa nafsu mereka. Jangan ikuti kesesatannya.
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin
Sumber: Asy Syariah Edisi 106