Cari Blog Ini

Selasa, 19 Juli 2016

Berjalan-jalan setelah makan malam

💊 *BAGI YANG INGIN MENJAGA KESEHATAN*

📝 Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah:

📜"Diantara wasiat para tabib bagi yang ingin menjaga kesehatan:

_Hendaknya seseorang berjalan-jalan setelah makan malam beberapa langkah walaupun seratus langkah. Dan jangan tidur setelahnya (setelah makan) karena itu sangat berbahaya._"

📚 Zaadul Ma'aad 4-223

🍏 Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS)
Senin, 5 Syawwal 1437H/ 10 Juli 2016
________________________________
🇸🇦 Arabic

آثار وفوائد سلفية:
قال ‏ابن القيم :

في وصايا الأطباء لمن أراد حفظ الصحة :

أن يمشي بعد العَشَاء خطوات

ولو مائة خطوة

ولا ينام عقبه فإنه مضر جدا

[ زاد المعاد٢٢٣-٤ ]

🕋•┈┈┈┈•••Edisi•••┈┈┈┈┈•🕋
IIII مجموعة الأخوة السلفية •✦• MUS IIII
ⓣ http://bit.ly/ukhuwahsalaf

➥ #fawaaid #kesehatan

Idul Fitri : Antara Tuntunan Syar'i dan Tuntutan Tradisi

🌺🔹🌺🔹🌺🔹
*‘Iedul Fitri Antara Tuntunan Syar’i dan Tuntutan Tradisi*

-------
Oleh : Al Ustadz Syafi'i Al Idrus _hafidzahullah_

🌹  ‘Iedul Fitri merupakan hari istimewa bagi kaum muslimin. Betapa tidak, syari’at telah menetapkannya sebagai Hari Besar dan hari perayaan bagi umat muslim sedunia. Oleh karena itu, syariat membolehkan pemeluknya untuk mengungkapkan kebahagiaan dan keriangan pada hari tersebut. Akan tetapi, tentu saja ada tetap rambu-rambu syari’at yang harus diperhatikan.

🌺 Jika kita cermati bagaimana masyarakat kita selama ini merayakan ‘Iedul Fitri, niscaya kita dapati ‘Iedul Fitri disisi mereka masih sebatas tradisi dengan seabrek agenda keluarga yang jauh dari nilai-nilai islami. Lebih dari itu seabrek pelanggaran syari’at dilakukan pada hari agung ini.

*Berikut ini beberapa bentuk pelanggaran yang paling sering terjadi di Hari Raya ‘Iedul Fitri. Kami menyebutkannya sebagai contoh dan tidak bermaksud membatasi membatasi :* 

✔ *Takbiran*

Ketika  selesai melaksanakan puasa Ramadhan dan memasuki bulan Syawwal, kita diperintah oleh Allah utk banyak bertakbir.

Allah ta'ala berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون

َ“Dan hendaklah kalian menyempurnakan bilangan (bulan Ramadhan) dan  bertakbir mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepada kalian dan agar kalian bersyukur" *al-Baqarah: 185*

*```Takbir ini dimulai semenjak terlihatnya hilal pada bulan Syawwal.```*

Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata: _“Masuk dalam perintah (bertakbir) disini bertakbir pada saat terlihat Hilal bulan Syawwal hingga selesai khutbah ‘Ied”._ *(Taisir Karimir Rahman, Asy-Syaikh as-Sa’di)*

Hanya saja, dalam prakteknya terjadi banyak sekali pelanggaran. Diantaranya adalah yang disebut dengan acara *‘Takbiran’*. Di beberapa daerah kita saksikan acara tersebut dimeriahkan dengan lampion-lampion yang dibawa oleh anak-anak dan remaja-remaja masjid lengkap dengan kostum mereka. Tidak jarang pula acara tsb melibatkan group drumband. Berkeliling kampung atau rute tertentu.

Dengan disponsori oleh Panitia Hari Besar Islam (PHBI) setempat, acara tsb diperlombakan dengan sekian kategori. Persiapannya dilakukan dari jauh hari, yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pesertanya begitu sangat antusias untuk tampil terbaik dan memenangkan seluruh kategori yang diperlombakan.  

📉 *Menyoroti Penyimpangan Acara Takbiran*

Sungguh dahsyat tipu daya syaithan terlaknat dalam usahanya menyesatkan manusia. Kaum muslimin disibukkan dengan urusan yang sama sekali tidak pernah dilakukan oleh para pendahulu mereka. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang penuh dengan keutamaan dihabiskan dalam perkara yang sia-sia. Mereka begadang utk membuat lampion. Pada pagi hari mereka sibuk berlatih baris berbaris mengatur formasi. Seolah-olah amalan tersebut setara dengan I’tikaf di masjid Nabawi. Ikhtilat antara pemuda pemudi bukan pemandangan baru lagi.

Saat tiba malam ‘Iedul Fitri, mereka sibuk dengan make up dan berdandan agar tampil menarik di ajang perlombaan ini. Keramaian orang bagaikan suasana pasar malam memenuhi setiap jalan yang akan mereka lalui. Akan tetapi, bagaimana nasib masjid-masjid kaum muslimin di malam suci ini? Lengang.

Berkumandang adzan Isya’ seolah-olah mengingatkan mereka akan tipudaya si musuh abadi, seakan-akan meneriakkan ucapan, *_“Sadarlah kalian, wahai kaum muslimin! Kemarilah menuju kepada kemuliaan kalian!”_*.

Akan tetapi kumandang adzan yang begitu sangat dekat tersebut terdengar  sayup-sayup. Lah.. bagaimana mereka akan memenuhi panggilan tersebut sedang wajah mereka telah penuh make up?

Biaya besar telah dianggarkan oleh panitia penyelenggara. Harta umat yang merupakan amanah titipan Allah yang akan ditanyakan pertanggungjawabannya dihamburkan begitu saja. Mereka ikuti cara orang kafir dalam merayakan Hari Raya. *Lampion.. oh lampion.. tradisi siapakah kiranya?*

Dengan penuh percaya diri mereka berjalan menyusuri rute yang telah ditentukan. Mereka kumandangkan takbir secara jama’i, serempak dan kompak demi meraih medali, karena kekompakan takbir menjadi salah satu kategori. Sementara itu, takbir jama’i telah difatwakan sebagai amalan bid’ah oleh banyak ulama umat ini, diantaranya asy-Syaikh Ibnu Baz, asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh al-Albani.. _rahimahumullah_

✔ *Tabarruj dan Memakai wewangian*

Pada hari yang agung ini pemeluk Islam dianjurkan agar menampakkan syi’ar islami dengan keluar ke tanah lapang guna menjalankan shalat ‘Iedul Fitri. Anjuran diarahkan kepada segenap kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan para gadis yang berada dalam pingitan.

Sungguh suatu pemandangan yang sangat menyejukkan.

Hanya saja sungguh sangat disayangkan. Para muslimah keluar dengan dandanan lengkap menggunakan aksesoris dan perhiasan. Tidak luput pula memakai wewangian. Bersolek ala selebritis yang hendak main sinetron. Mungkin akan timbul pertanyaan, “Loh.. memang ada apa dengan yang demikian? Bukankah wanita memang sudah sewajarnya bersolek dan berdandan?”

✅ Islam tidak melarang seorang muslimah bersolek dan berdandan. Bahkan sangat dihasung dan ditekankan. Akan tetapi guna berkhidmat kepada suami. Adapun keluar berdandan dengan memakai minyak wangi yang akan bisa menimbulkan fitnah bagi kaum lelaki, maka sungguh hal itu bukan perbuatan terpuji dan bahkan sangat diingkari.

Rasulullah _shallallohu 'alaihi wa sallam_ bersabda :

وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا يَعْنِي زَانِيَةً

_“Dan seorang wanita, jika dia memakai minyak wangi lalu melewati suatu majelis, maka dia itu adalah (wanita) yang demikian dan demikian”, yaitu wanita pezina._ *(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari, dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani)*  

✔ *Mencukur Jenggot dan Isbal*

Adapun kebiasaan buruk kaum lelaki di Hari Raya Idul Fitri adalah mencukur jenggot dan memanjangkan celana di bawah mata kaki. Saat dinasehati bahwa hal tersebut melanggar larangan Nabi, mereka menjawab, “Sudah tradisi..!”
Rasulullah _shallallohu 'alaihi wa sallam_ bersabda:

مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ

_“Apa saja yang berada di bawah mata kaki dari kain sarung maka tempatnya adalah neraka”._ *( HR. Bukhari)*  

✔ *Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis*

Diantara tradisi yang masih sangat lestari adalah bersalam-salaman. Tradisi yang terpuji seandainya dilakukan dengan tuntunan syar’i. Tidak hanya dilakukan dalam momen lebaran akan tetapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dalih saling bermaaf-maafan, para pemuda-pemudi menggunakan kesempatan saling berjabat tangan. Apa artinya mendapatkan maaf dari sesama kalau dilakukan dengan cara yang mendatangkan murka Allah azza wa jalla?

Rasulullah _shallallohu 'alaihi wa sallam_ bersabda:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

_“Sungguh seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”_  *(HR. Thabrani dan Baihaqi. Disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani).*

✔ *Halal Bihalal*

Bentuk tradisi yang lainnya adalah acara *‘Halal Bihalal’*. Dimaksudkan dengan acara tersebut adalah saling memberikan maaf antara sesama. Dibuat seremonial khusus dengan mendatangkan seorang pembicara. Pengkhususan hari tersebut untuk saling meminta maaf adalah perkara yang tidak ada tuntunannya.

✔ *Rekreasi dan Pentas Musik*

Sekali lagi bentuk tradisi di Hari Raya ‘Iedul Fitri adalah Rekreasi. Setelah selesai dari tradisi saling mengunjungi biasanya mereka melakukan acara Rekreasi menuju ke tempat-tempat wisata dalam negri. Ada yang ke Kebun Binatang, tempat bersejarah, pantai, bahkan mengunjungi candi-candi. Bukankah candi merupakan tempat ibadahnya orang Hindu pemuja Dewa Dewi? Biasanya dalam momen tersebut di banyak tempat wisata diadakan Pentas Musik sebagai pelengkap hiburan yang ada sekaligus daya tarik bagi wisatawan. Dan telah menjadi rahasia umum bahwa Pentas musik merupakan ajang berbagai macam bentuk kemaksiatan.

🔹Demikianlah sebagian contoh pelanggaran syari’at yang sering terjadi di Hari Raya ‘Iedul Fitri. Semoga kita diberi kekuatan Allah azza wa jalla untuk bisa menghindari segala bentuk pelanggaran tersebut meskipun dikemas dalam bentuk tradisi.

Wallahu a’lam.

✏_____ 30 Ramadhan 1437 / 5 Juli 2016
-----------
📚 Telah dimuat di majalah *Qonitah* edisi 29/vol.03/1437H-2016M

📚 Dipublikasikan ulang :

📝 *Forum Ahlussunnah Ngawi* 📚