Cari Blog Ini

Minggu, 10 Mei 2015

Tentang HAID DAN NIFAS

Apakah yang Dimaksud dengan Haid?

Jawab:
Haid secara bahasa artinya adalah sesuatu yang mengalir. Sedangkan secara istilah, haid adalah keluarnya darah yang berasal dari rahim wanita dewasa sebagai suatu kebiasaan (bukan karena luka, penyakit, keguguran, atau kelahiran) pada waktu tertentu.
Darah haid berasal dari penebalan dinding rahim. Gumpalan darah tersebut sebagai persiapan makanan bagi janin. Jika tidak hamil, darah itu akan dikeluarkan sebagai darah kotor yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Namun, pada wanita hamil, darah itu bermanfaat bagi janin sebagai sumber makanan. Karena itu wanita yang hamil tidak mengalami haid.
Haid adalah fitrah kewanitaan yang Allah tetapkan bagi wanita keturunan Adam. Pada saat berangkat haji bersama rombongan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, ibunda kaum beriman Aisyah radhiyallahu anha mengalami haid dan beliau menangis. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menghiburnya dan menyatakan bahwa itu adalah ketetapan Allah untuk para wanita:
إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ
Sesungguhnya ini adalah ketetapan Allah untuk putri-putri (keturunan) Adam. (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Apakah Darah Haid Memiliki Ciri-Ciri Khusus?

Jawab:
Ciri-ciri darah haid: merah pekat kehitam-hitaman, kental terkadang bergumpal-gumpal, dan baunya khas (amis). Ciri khas tersebut sudah dikenal oleh para wanita.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ دَمَ الْحَيْضِ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ
Sesungguhnya darah haid adalah darah kehitam-hitaman yang sudah dikenal. (H.R Abu Dawud dan anNasaai, dishahihkan Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Albany)

Apa Saja yang Tidak Boleh Dilakukan oleh Wanita yang Haid?

Jawab:
Wanita haid tidak boleh:
1. Sholat
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda kepada Fathimah bintu Abi Hubaisy:
إِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ
Jika datang (masa) haid, tinggalkanlah sholat. (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)
2. Berpuasa (shoum)
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ
Bukankah seorang wanita jika haid ia tidak sholat dan tidak berpuasa? (H.R al-Bukhari dari Abu Said al-Khudry)
3. Berdiam diri di masjid *)
Sebagaimana perintah Nabi agar wanita yang haid menjauhi tempat sholat (musholla tanah lapang) saat Ied. (H.R al-Bukhari dari Hafshah)
4. Memegang mushaf al-Quran **)
لَا تَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا وَأَنْتَ طَاهِرٌ
Janganlah menyentuh al-Quran kecuali engkau dalam keadaan suci. (H.R al-Hakim, dishahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahaby, Ibnul Mulaqqin, al-Munawy)
5. Berhubungan suami istri
Sebagaimana dalam al-Quran surat al-Baqoroh ayat 222. Meski suci dari haid namun belum mandi, belum boleh berhubungan suami istri.
6. Thawaf di Baitullah ***)
Pada saat Aisyah mengalami haid dalam perjalanan haji, Rasul menyatakan:
فَافْعَلِي مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي
Lakukanlah apa yang dilakukan orang yang berhaji selain thawaf di Baitullah, hingga engkau suci. (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

Bolehkah Bagi Seorang Wanita Haid Membaca al-Quran Tanpa Menyentuh Mushaf?

Jawab:
Ya, boleh. Karena Nabi memerintahkan kepada Aisyah yang mengalami haid untuk melakukan hal-hal yang dilakukan oleh Haji kecuali thawaf. Telah dimaklumi bahwa para jamaah haji juga tidak terlepas dari membaca al-Quran. Hal ini sebagaimana difatwakan Syaikh Bin Baz (Fataawa Islamiyyah 4/25).

Apakah Tanda-Tanda Berhentinya Haid?

Jawab:
Tanda berhentinya haid ada 2:
1. Munculnya lendir putih agak keruh sebagai pertanda suci (al-Qoshshotul baidha’). Cairan tersebut sudah dikenal oleh para wanita sebagai pertanda berhentinya masa haid.
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ أَبِي عَلْقَمَةَ عَنْ أُمِّهِ مَوْلَاةِ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ النِّسَاءُ يَبْعَثْنَ إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ بِالدِّرَجَةِ فِيهَا الْكُرْسُفُ فِيهِ الصُّفْرَةُ مِنْ دَمِ الْحَيْضَةِ يَسْأَلْنَهَا عَنِ الصَّلَاةِ فَتَقُولُ لَهُنَّ لَا تَعْجَلْنَ حَتَّى تَرَيْنَ الْقَصَّةَ الْبَيْضَاءَ تُرِيدُ بِذَلِكَ الطُّهْرَ مِنْ الْحَيْضَةِ
Dari Alqomah bin Abi Alqomah dari ibunya bekas budak Aisyah –Ummul Mukminin- bahwasanya ia berkata: para wanita mengirimkan kepada Aisyah ‘dirojah’ (potongan kain terlipat) yang di dalamnya terdapat kapas yang mengandung darah haid kekuningan. Mereka bertanya tentang sholat (jika darah haidnya seperti dalam contoh tersebut). Aisyah menyatakan: Janganlah tergesa-gesa sebelum ia melihat al-Qoshshotul baidha’. Yang beliau maksudkan adalah suci dari haid. (H.R Malik dalam al-Muwaththa’)
2. Berhentinya darah dari kemaluan. Jika diletakkan pembalut atau kapas putih pada kemaluan, tidak ada darah sama sekali (tetap putih bersih).
Adakalanya wanita tidak mengeluarkan al-Qoshshotul baidho’ sebagai tanda suci, maka cukup dengan berhentinya darah mengalir menunjukkan telah sucinya wanita tersebut.

Ditulis oleh:
Al Ustadz Abu Ustman Kharisman
 
Salafy .or .id

*) Lihat postingan sebelumnya Tentang WANITA HAID MASUK MASJID ATAU MUSHALLA
**) Lihat postingan sebelumnya Tentang MEMBACA QURAN KETIKA HAID, JUNUB, BERHADAS BESAR, ATAU BERHADAS KECIL
***) Lihat postingan sebelumnya Tentang HAJI DAN UMRAH BAGI WANITA YANG SEDANG HAID

Tentang AKIKAH DENGAN MENYEMBELIH HANYA SATU EKOR KAMBING UNTUK SATU ANAK LAKI-LAKI YANG BARU LAHIR

Al Ustadz Qomar Suaidi

Soal:
Hanya memiliki satu ekor kambing untuk akikah anak lelaki?

Jawab:
Dalam hal ini hendaknya ia menunggu sampai memiliki dua ekor kambing, dan tidak menyembelih terlebih dahulu kambing yang dia miliki. Hal ini berdasarkan sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam,
عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ
“Untuk anak lelaki dua ekor kambing yang mukafi’ataan.” (Sahih, HR. Abu Dawud dan yang lain, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah)
Mukafi’atan dalam hadits ini ditafsirkan dengan beberapa penafsiran, di antaranya adalah mutaqaribatan, yakni seimbang.
Ada pula yang menafsirkan, ‘disembelih bersamaan’. Dawud bin Qais pernah bertanya kepada Zaid bin Aslam, ia mengatakan, “Aku bertanya kepada Zaid bin Aslam tentang makna mukafi’atan.” Beliau menjawab, “Dua kambing yang mirip, yang disembelih bersama-sama.” (Musykilul Atsar karya ath-Thahawi)

Sumber: Asy Syariah Edisi 086

###

Soal:
Bolehkah menyembelih seekor kambing saja untuk anak laki-laki?

Jawaban:
Jika seseorang hanya mampu menyembelih seekor kambing saja untuk anak laki-laki, maka hal itu telah mencukupi (boleh). Akan tetapi, jika Allah memberikan kelapangan rezeki kepadanya, maka hendaknya menyembelih dua ekor, karena itu lebih utama. (Lihat asy-Syarh al-Mumti', 7/492)

Sumber:
Buletin Al Ilmu Edisi No. 23/VI/XIII/1436 H

Penulis: Ustadz Abu Luqman

###

Pertanyaan: 
هل يجوز أن أذبح شاة واحدة أو جديًا واحدًا في حالة المولود ولد؟ وهل يكفي ذلك، وهل يجوز أن نشترك سبعة في بقرة في عقيقة واحدة حيث إن والدي لم يفعل لنا عقيقة؟
Apakah boleh saya menyembelih satu ekor kambing untuk satu anak laki-laki yang baru lahir? Apakah sudah mencukupi?
Dan apakah boleh saya berserikat pada satu ekor sapi untuk tujuh orang? Karena ayah kami belum mengaqiqahkan kami.

Jawaban:
وذبيحة واحدة عن الأنثى، هكذا أمر النبيّ صلى الله عليه وسلم أن يُعَقّ عن الولد شاتان، وأن يُعَقّ عن الجارية شاة، والمراد بذلك شاتان تجزئان في الضحية، يعني ثني (الجزء رقم : 18، الصفحة رقم: 217) ماعز، أو جذع ضأن، هذا هو السنة من الغنم، أما إذا عقّ بسُبع من البدنة والبقرة فأرجو أن يجزئ، لكن الأفضل الغنم
Yang sunnah ketika aqiqah adalah dengan menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak wanita. Demikianlah perintah Nabi shallallaahu alayhi wa sallam untuk menyembelihkan dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak wanita. Dan yang dimaukan di sini adalah dua ekor kambing yang sudah sampai umur sesembelihan. Yaitu kambing jenis maiz atau jaza atau dhan. Ini yang sunnah pada kambing. Adapun kalau dia menyembelih unta atau sapi untuk tujuh orang, maka aku berharap ini sudah mencukupi. Tapi yang afdhal dengan kambing.

Sumber:
www .alifta .net/fatawa

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia