Cari Blog Ini

Kamis, 23 Juni 2016

MENJAMAK SHALAT KARENA KHAWATIR TERLEPAS KEMASLAHATAN SHALAT BERJAMAAH

--------------------
✅ MENJAMA' KARENA KHAWATIR TERLEPAS KEMASLAHATAN SHALAT BERJAMA'AH

▶ Berkata asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ;

"Menjama' (shalat) tidak terbatas sebabnya hanya safar semata. Akan tetapi safar merupakan salah satu sebab dari sebab-sebab jama'. Disana terdapat sebab-sebab lain selain safar yang seseorang bisa menjama' (shalat)nya.

Diantaranya apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma saat memberitakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjama' (shalat) di Madinah bukan karena takut atau pun karena hujan.

Maka (Ibnu Abbas) radhiyallahu 'anhu ditanya, "Kenapa beliau melakukan hal tersebut ?". (Ibnu Abbas) menjawab, "Beliau tidak ingin memberatkan umat". Yaitu Beliau tidak ingin membebani umat perkara yang memberatkan mereka.

Berdasarkan hal ini, disaat mana meninggalkan jama' itu akan memberatkan atau menyulitkan umat, maka boleh untuk menjama' ..."

Beliau rahimahullah juga menyatakan :

"Dan ketahuilah, sebagaimana menjama' itu diperbolehkan saat ada hajat, demikian pula (diperbolehkan) saat (dikhawatirkan) terlewatkan kemaslahatan shalat berjama'ah. Apabila jama'ah akan berpisah dan tidak shalat berjamaah, maka boleh bagi mereka menjama'..."

🖥 Sumber: http://binothaimeen.net/content/7872

--------
🇲🇨 Versi Teks Arabic 🇸🇦

قال الشيخ ابن العثيمين رحمه الله:

فالجمع لا يقتصر سببه على السفر وحده، بل السفر سبب من أسباب الجمع، وإلا فهناك أسباب أخرى غير السفر يجمعها ماذكره ابن عباس رضي الله عنهما حين أخبر أن النبي صلى الله عليه وسلم جمع في المدينة من غير خوف ولا مطر، فسئل رضي الله عنه لما صنع ذلك فقال: أراد ألا يحرج أمته. أي: أراد ألا يوقعها في الحرج. وعلى هذا فمتى كان في ترك الجمع حرج ومشقة فإنه يجوز الجمع....

ويقول أيضا:

واعلم أن الجمع كما يكون عند الحاجة إليه يكون أيضاً بفوات مصلحة الجماعة، فإذا كان هؤلاء الجماعة سيتفرقون ولا يصلون جماعة فإن لهم الجمع....

----------
📝 Alih Bahasa : Al Ustadz Syafi'i al Idrus hafizhahullah
📝 Forum Ahlussunnah Ngawi 📚
🔻🔻🔻🔻🔻🔻
🎯 Majmu'ah Ashhaabus Sunnah
🚀 ©hannel telegram : http://bit.ly/ashhabussunnah
➖➖➖➖➖➖

Sayyidul Istighfar

Penulis: Al-Ustadz Muhammad Ar Rifa’i

Termasuk dzikir yang utama dan doa yang barokah yang sepantasnya bagi setiap muslim untuk menjaganya dan membacanya disetiap pagi dan sore hari adalah yang telah datang dalam shahih Al Bukhari dari haditsu Syadad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam bahwasannya beliau bersabda :

سيد الاستغفار أن تقول

(Sayyidul Istighfar adalah engkau mengatakan) :

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَ أَنَا عَبْدُكَ وَ أَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

” Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu (yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang bisa mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.

من قالها من النهار موقنا بها فمات من يومه قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة و من قالها من الليل و هو موقن بها فمات قبل أن يصبح فهو من أهل الجنة . ‌

Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk surga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka ia termasuk penduduk surga.” (HR. Al-Bukhari – Fathul Baari 11/97)

Ini adalah doa yang agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan kembali menghadap kepada-Nya. Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar), yang demikian itu dikarenakan ia melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.
Diantara makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi dikalangan mereka.

Sisi lebih dari keutamaan doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah :

– Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan bahwa Allah adalah Al Ma’buud (sesembahan) yang haq dan tiada sesembahan yang haq yang selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak dibadahi dan ini merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah.

– Pernyataannya bahwa ia senantiasa tegak diatas janji dan kokoh diatas ikatan berupa iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan rasul-Nya. Menjalankan segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya sesuai kemampuan dan kesanggupannya.

– Kemudian ia berlindung kepada Allah Subhanahu dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat, baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa.

– Kemudian ia mengakui akan nikmat Allah yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serta pemberian-Nya yang tiada pernah berhenti.

– Dan ia mengakui atas dosa-dosanya, sehingga iapun lantas memohon ampunan kepada Allah Suhhanahu wa Ta’ala dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tiada yang bisa mengampuni segala dosa kecuali Allah Suhhanahu wa Ta’ala.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135)

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (Al Imran : 135)

Ini adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Karena itu ia menjadi seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling mencakup untuk kandungan maknanya yang mesti akan diampuni dosa-dosa.

Kemudian Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam menghakhiri penyebutan doa tersebut dengan menjelaskan pahala yang besar dan ganjaran yang luar biasa yang akan didapat oleh orang yang menjaga doa tersebut setiap pagi dan sore hari. Maka Beliau Shalallahu ‘alahi wa Sallam mengatakan :

“Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk surga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka ia termasuk penduduk surga.”

Hanyalah Seorang yang mengucapkan doa ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta ganjaran besar nan utama ini, karena ia telah membuka harinya dan menutupnya dengan penetapan Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Uluhiyyah-Nya. Dan pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap anugerah dan nikmat Allah. Pengakuannya dan kesadarannya akan kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah dihadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Ini semua merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya mendapat maaf dan ampunan, terbebas dari neraka dan masuk surga.

Wallahu a’lam bisshowab.

Kita memohon kepada Alloh Yang Maha Mulia berupa keutamaan dan anugerah-Nya.

(Lihat kitab Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar II/17-20. As Syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al Badr. ) Diringkas oleh Muhammad Ar Rifa’i)

WA al I’tishom

Read full article at http://salafy.or.id/blog/2016/06/23/sayyidul-istighfar/

Di antara keutamaan istighfar

ــ طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا . ‌

“Berbahagialah bagi orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak” (HR. Al Baihaqi, Imam Ahmad dalm Az Zuhd dan Dishahihkan Syaikh Al Albany. Lihat Shahih Al Jami’ no. hadits 3930)

“Siapa yang suka agar catatan amalnya membuat ia senang maka perbanyaklah padanya istighfar.” ( Hadits dihasankan syaikh Al Albany, lihat Shahihul jami’ no. hadits 5955)

ــ يا معشر النساء ! تصدقن و أكثرن الاستغفار فإني رأيتكن أكثر أهل النار إنكن تكثرن اللعن و تكفرن العشير ما رأيت من ناقصات عقل و دين أغلب لذي لب منكن أما نقصان العقل : فشهادة امرأتين تعدل شهادة رجل فهذا نقصان العقل و تمكث الليالي ما تصلي و تفطر في رمضان فهذا نقصان الدين . ‌

“Wahai sekalian wanita ! bershadaqahlah kalian dan perbanyaklah istighfar karena aku telah melihat kalian adalah mayoritas penduduk neraka. Sesungguhnya kalian banyak melaknat dan mengkufuri suami. Tidaklah aku dapati yang kurang aqalnya dan agamanya mampu mengalahkan yang mempunyai akal daripada kalian. Adapun kurang aqal : maka persaksian dua wanita sebanding persaksian satu laki-laki maka yang demikian adalah kurangnya aqal. Dan dia tinggal menjalani beberapa malam tanpa sholat dan dia berbuka (tidak puasa) di bulan ramadhan maka ini adalah kurangnya agama.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan lainnya. dan Dishahihkan Syaikh Al Albany. Lihat Shahih Al Jami’ no. hadits 7980)

ــ إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول : أنى لي هذا ؟ فيقال : باستغفار ولدك لك . ‌

“Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat derajatnya disurga, maka iapun berkata : Bagaimana ini bisa untukku? Maka dikatakan : disebabkan anakmu beristighfar (memohonkan ampun) untukmu. (HR. Ahmad, Al Baihaqi dan lainnya, Dishahihkan Syaikh Al Albany. Lihat Shahih Al Jami’ no. hadits 1617)

Allohul muwaffiq

WA al I’tishom

Read full article at http://salafy.or.id/blog/2016/06/23/diantara-keutamaan-istighfar/