Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juni 2015

Tentang BATALNYA PUASA KARENA SUNTIKAN DAN TINDAKAN TAMBAL ATAU CABUT GIGI

Asy Syaikh al-Utsaimin rahimahullah

Soal:
Apa hukum suntik pada siang hari bulan Ramadhan bagi orang yang berpuasa?

Jawaban:
Berobat dengan suntik bagi orang yang menjalankan puasa ada dua macam:
1. Suntik yang di dalamnya terdapat zat pengganti makanan dan minuman, maka batal puasanya karena sesungguhnya nash-nash syar'i menjelaskan apabila didapati makna yang demikian ini (keadaan suntik yang di dalamnya terdapat zat pengganti makanan dan minuman), maka puasanya batal.
2. Suntik yang di dalamnya tidak terdapat zat pengganti makanan dan minuman, maka sah puasanya karena tidak ada nash yang melarang baik secara lafazh maupun makna. Jenis suntikan seperti ini tidak dihukumi sebagai makanan ataupun minuman. Maka puasanya tetap sah sampai didapatkan perkara-perkara yang bisa menyebabkan rusak/batalnya puasa tersebut berdasarkan dalil-dalil syar'i.
[Lihat Majmu' Fatawa al-Utsaimin 19/215]

Sumber:
Buletin Al Ilmu Edisi No. 32/VIII/XIII/1436 H

###

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz رحمه الله

Pertanyaan:
إذا حصل للإنسان ألم في أسنانه، وراجع الطبيب، وعمل له تنظيفاً أو حشواً أو خلع أحد أسنانه، فهل يؤثر ذلك على صيامه؟ ولو أن الطبيب أعطاه إبرة لتخدير سنة، فهل لذلك أثر على الصيام؟
Apabila seorang itu sakit gigi lalu merujuk ke dokter. Kemudian dokter itu membersihkan giginya, menambal, atau mencabut salah satu giginya, apakah hal itu berpengaruh terhadap puasanya? Dan bagaimana seandainya dokter memberikan suntikan untuk membius gigi, apakah hal itu juga berpengaruh terhadap puasanya?

Jawaban:
ليس لما ذكر في السؤال أثر على صحة الصيام، بل ذلك معفو عنه، وعليه أن يتحفظ من ابتلاع شيء من الدواء أو الدم، وهكذا الإبرة المذكورة لا أثر لها في صحة الصوم؛ لكونها ليست في معنى الأكل والشرب. والأصل صحة الصوم وسلامته
Apa yang telah disebutkan dalam pertanyaan tidak berpengaruh terhadap keabsahan puasanya. Bahkan hal-hal tersebut termasuk diantara perkara yang dimaafkan. Hanya saja, wajib baginya untuk menjaga diri agar obat maupun darah tidak tertelan.
Demikian juga dengan suntikan yang telah disebutkan, tidak berpengaruh terhadap keabsahan puasanya. Karena suntikan tersebut tidak semakna dengan makan dan minum. Dan secara asal puasanya sah dan aman (tidak batal).

Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/496

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

###

Suntikan nutrisi: Membatalkan puasa. Adapun suntikan otot, pembuluh darah atau kulit maka tidak membatalkan. (asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh)

Suntik Penicilin: Tidak membatalkan puasa. (asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh)

Suntik Insulin bagi penderita diabetes: Tidak membatalkan puasa. (al-Lajnah ad-Daimah)

Suntik bius (anastesi) pada gigi, menambal dan membersihkannya: Tidak membatalkan puasa. (asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahulloh)

Sumber: Tanbiihaat Syahri Ramadhon

Alih Bahasa: al Ustadz Syafi’i al Idrus Hafidhohulloh

Faedah dari Majmu’ah Manaabir al-Kitab was Sunnah dengan sedikit perubahan.

Forum Ahlussunnah Ngawi

Tentang JARAK ANTARA DUA KAKI KETIKA BERDIRI DALAM SALAT

BERAPA JARAK ANTARA DUA KAKI SEORANG YANG SHALAT (KETIKA BERDIRI)?

Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani رحمه الله‎ menjawab:
ليس فى هذا السؤال سُنة والمسلم إذا صلى وحده أو إماماً وقف الوقفة التى يرتاح لها سواء فرج بين قدميه خمس أصابع كما تقول بعض المذاهب بدون حُجة أوأكثر من ذلك أو أقل
Tidak ada (dalil dari) sunnah untuk (jawaban) pertanyaan ini. Seorang muslim jika shalat sendirian, atau menjadi imam, ia boleh berdiri dengan yang nyaman/mudah baginya, sama saja apakah membentangkan kedua kakinya sejarak lima jari, seperti yang dikatakan oleh sebagian madzhab dengan tanpa hujjah atau lebih dari itu atau kurang dari itu.
أما إذا كان يُصلى فى الصف فهناك وقفة متكلفة لابد منها؛ لابد من التفريج بين القدمين بحيث يلتصق القدم اليمنى بقدم جاره اليسرى ويكون الصف كما قال تعالى: كالبنيان المرصوص
Adapun jika ia shalat di dalam shaf, maka di sana ada berdiri yang ditetapkan. Harus merenggangkan kedua kakinya sehingga kaki yang kanan menempel dengan kaki kiri temannya, menjadi barisan yang seperti Allah Taala katakan:
Seperti bangunan yang kokoh.
تسوية الصفوف مع تسوية الأقدام والمناكب هذا من واجبات الصلاة كما قال-عليه الصلاة والسلام-: سووا صفوفكم فإن تسوية الصفوف من إقامة الصلاة؛ وفى رواية: من تمام الصلاة
Lurusnya shaf itu bersamaan dengan lurusnya kaki dan bahu, ini termasuk kewajiban dalam shalat. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
Luruskan shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk menegakkan shalat. Dalam riwayat lain: Termasuk kesempurnaan shalat.
فالصلاة لا تسوى فيها الصفوف ناقصة بدليل هذا الحديث؛ فلابد من التراص وهذا التراص يتطلب فرجة تختلف من إنسان لآخر
Maka shalat yang shafnya tidak lurus itu akan berkurang nilainya berdasarkan hadits ini. Maka harus merapat, dan merapatnya ini menuntut adanya jarak antara dua kaki yang berbeda-beda antara seorang dengan lainnya.
وينبغى أن يُلاحظ الرجال فضلا عن النساء أن التفريج بين القدمين لاينبغى المبالغة فيه بحيث يكون فيه فرجة بين المناكب
Dan hendaknya seorang laki-laki itu memperhatikan, lebih-lebih wanita, bahwasanya merenggangkan kedua kaki itu tidak sepantasnya berlebih-lebihan. Sampai terjadi jarak/celah di antara dua bahu.
بعض السلفيين ينقل رجله إلى الذى بجواره مجرد ما يشعرأنه مست قدم جاره قدمه يهرب عنه؛ فينقلها نقلة ثانية! أفأنت تُكره الناس حتى يكونوا مؤمنين مجرد ما تنقل قدمك وفهمت أنه ليس على السُنة اتركه
Sebagian ikhwan salafiyin memindahkan kedua kakinya ke kaki teman sebelahnya. Ketika temannya merasakan kaki temannya menyentuh kakinya dia spontan bergeser. Lalu ikhwan ini menggeser kakinya kali yang kedua! Apakah engkau memaksa manusia sampai mereka beriman semuanya dengan semata-mata engkau memindahkan kakimu? Dan engkau telah paham, kalau ini tidak termasuk sunnah, maka tinggalkanlah.
وبالعقل لصق المنكب بالمنكب أحسن من لصق القدم بالقدم والتفريج بين المنكبين
Dan secara akal, menempelkan bahu dengan bahu itu lebih baik daripada menempelkan kaki dengan kaki lalu terjadi celah di antara dua bahu.
{Selesai perkataan Asy-Syaikh Al-Allaamah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله‎ dari kitab Syarh Al-Adabil mufrad}

Sumber:
www .ajurry .com/vb/archive/index .php/t-29794 .html

Alih bahasa:
Ustadz Abu Hafs Umar hafizhahullah

Forum Salafy Indonesia

Tentang BATALNYA PUASA KARENA MEMAKAI CELAK, INAI, ATAU MAKE UP LAINNYA

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz رحمه الله

Pertanyaan:
ما حكم استعمال الكحل وبعض أدوات التجميل للنساء خلال نهار رمضان؟ وهل تفطر هذه أم لا؟
Apa hukum menggunakan celak dan sebagian alat-alat kecantikan bagi para wanita di siang hari bulan Ramadhan? Apakah wanita ini berbuka (batal puasanya) atau tidak?

Jawaban:
الكحل لا يفطر النساء ولا الرجال في أصح قولي العلماء مطلقاً، ولكن استعماله في الليل أفضل في حق الصائم. وهكذا ما يحصل به تجميل الوجه من الصابون والدهان وغير ذلك مما يتعلق بظاهر الجلد، ومن ذلك الحناء والمكياج وأشباه ذلك، كل ذلك لا حرج فيه في حق الصائم، مع أنه لا ينبغي استعمال المكياج إذا كان يضر بالوجه. والله ولي التوفيق
Celak tidaklah membuat wanita maupun laki-laki berbuka menurut pendapat yang paling benar diantara dua pendapat para ulama secara mutlak. Hanya saja, penggunaannya di malam hari itu lebih utama pada hak seorang yang berpuasa.
Demikian juga dengan alat-alat kecantikan wajah seperti sabun, cat kecantikan, dan selainnya yang berkaitan dengan kulit luar. Diantaranya juga hina (inai), make up, dan yang semisalnya. Semua itu tidak  menjadi masalah pada hak seorang yang berpuasa. Hanya saja tidak boleh menggunakan make up bila hal itu dapat membahayakan wajah.
Dan Allah sajalah pemberi taufik.

Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/497

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

###

Celak: Tidak membatalkan puasa. (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin)

Pelembab bibir: Tidak membatalkan puasa, dengan syarat tidak ada yg tertelan sedikitpun darinya. (asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh)

Make up: Tidak membatalkan puasa. (asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh)

Sumber: Tanbiihaat Syahri Ramadhon

Alih Bahasa: al Ustadz Syafi’i al Idrus Hafidhohulloh

Faedah dari Majmu’ah Manaabir al-Kitab was Sunnah dengan sedikit perubahan.

Forum Ahlussunnah Ngawi