Cari Blog Ini

Senin, 24 Agustus 2015

Tentang HORMAT KEPADA BENDERA NEGARA DAN BERDIRI KETIKA DIKUMANDANGKAN LAGU KEBANGSAAN

Apakah boleh berdiri untuk menghormati lagu kebangsaan atau hormat kepada bendera?

Al Lajnah Ad Daimah:
Tidak boleh bagi seorang muslim berdiri untuk memberi hormat kepada bendera dan lagu kebangsaan.
Ini termasuk perbuatan bid’ah yang harus diingkari yang tidak pernah dilakukan di masa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam ataupun pada masa al-Khulafa’ Ar-Rasyidin Radiyallahu‘anhum.
Dan yang demikian ini bertentangan dengan kesempurnaan TAUHID yang wajib dan keikhlasan di dalam mengagungkan Allah semata, dan ini merupakan jalan menuju KESYIRIKAN.
Dan yang demikian ini juga termasuk sikap tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, dan merupakan sikap taklid (mengikuti) kebiasaan mereka yang jelek, serta menyamai mereka dalam sikap berlebihan terhadap para pemimpin dan tokoh-tokoh mereka.
Padahal, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita meniru seperti mereka atau menyerupai mereka.
Wa billahi at-Taufiq, wa shallaallhu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘alihi wa shahbihi wa sallam.
[Fatawa Al Lajnah Ad Daimah hal:149]

Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy @ WA Berbagi Ilmu Agama

Edisi:
مجموعة الأخوة السلفية
[-✪MUS✪-]

Tentang MENJULURKAN KAKI KE ARAH KITAB ATAU MELETAKKAN SESUATU DI ATAS KITAB

Imam Az Zurnuji rahimahullah berkata,

"Termasuk bentuk penghormatan yang mesti diperhatikan oleh seorang alim adalah:

- Janganlah dia menjulurkan kakinya kepada kitab.

- Letakanlah posisi kitab-kitab tafsir di atas semua kitab yang ada, dalam rangka mengagungkan kitab tafsir.

- Jangan pula meletakan sesuatu apapun di atas kitab (kitab jadi tatakan, pent).

Dahulu Ustadzuna Syaikhul Islam Burhanuddin menghikayatkan dari syaikh melalui para masyaikh, bahwa pernah ada seorang yang fakih pernah meletakan tempat tinta di atas kitabnya.
Maka dia pun ditegur 'Kamu tidak mendapat manfaat dari ilmumu..!'.

Silahkan lihat Ta'liimul Muta'allim-Imam Az Zurnuji, hal. 80, cet. Darush Shahabah

Tentang MELETAKKAN MUSHAF DI LANTAI

Fatwa Fadhilatus Syaikh al Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al Madkhali hafidzahullah

Pertanyaan:
ما حكم وضع المصحف على الأرض؟
Apa hukum meletakkan mushaf diatas bumi?

Jawaban Fadhilatus Syaikh hafidzahullah:
لا ينبغي ، هذا إذلال ، وأنا أرى بعض الناس يضع المصحف في الأرض وتستقبله أرجل المصلين إذا كان فيه صف قبله ، أرجل المصلين تستقبله ، فلا ينبغي هذا العمل وإن كان مسلم لا يدري فيعلم أن يحترم كتاب الله
"TIDAK BOLEH, ini merupakan suatu penghinaan, aku melihat sebagian orang meletakkan mushaf diatas bumi berhadapan langsung dengan kaki orang-orang yang sedang sholat, kaki-kaki orang yang sholat berhadapan dengannya.
Tidak sepantasnya perbuatan ini dilakukan.
Jika dia seorang muslim yang tidak tahu maka diajari untuk memuliakan Kitab Allah."

Sumber :
شريط بعنوان: الرد على أهل البدع جهاد
فتاوى فضيلة الشيخ العلامة ربيع بن هادي عمير المدخلي-حفظه الله-الجزء الأول: المقدمة-العقيدة-ص: 99l
Abdurrahman al Bakasy

FAWAID ILMIYYAH 1436/2015

WA Al Istifadah
WALIS

Tentang ZIKIR KETIKA ITIDAL

Bacaan Saat I’tidal
(ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq)

Ada beberapa wirid yang pernah dibaca oleh Rasulullah n saat berdiri i’tidal ini. Suatu saat Rasulullah n membaca satu zikir, di saat lain membaca zikir yang lain pula.

1. Rasulullah n membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Wahai Rabb kami, hanya untukmulah segala pujian.” (HR. al-Bukhari no. 732 dan Muslim no. 866 dari Abu Hurairah z)

2. Rasulullah n kadang membacanya tanpa huruf wawu (HR. Bukhari no. 789), yaitu:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

3. Kadang-kadang pula Rasulullah n menambahkan kata Allahumma (yang bermakna: Ya Allah) di depan wirid di atas sehingga bacaannya menjadi:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Ya Allah, Rabb kami, hanya untukmulah segala pujian.” (HR. al-Bukhari no. 795 dari Abu Hurairah z)

4. Atau beliau membacanya tanpa wawu:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
(HR. Muslim no. 902 dari Abu Musa al-Asy’ari z)

Faedah
Al-Imam an-Nawawi t berkata, “Terdapat hadits-hadits sahih yang menetapkan adanya huruf wawu dan tidak dibacanya huruf wawu. Riwayat yang banyak menyebutkan kedua-duanya. Pendapat yang terpilih adalah keduanya dibolehkan1, tanpa ada yang perlu ditarjih (dikuatkan).” (al-Minhaj, 4/342)
Yang utama dilakukan dalam hal ini adalah sekali waktu mengucapkan zikir yang ini, dan di waktu lain mengucapkan zikir yang lain lagi, demikian seterusnya. Melakukan keragaman demikian akan memberi tiga faedah:
1. Menjaga sunnah
2. Mengikuti sunnah
3. Menghadirkan hati/mengingatkannya. (asy-Syarhul Mumti’, 3/98)

5. Terkadang setelah mengucapkan: اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ, Rasulullah n menambahkan dengan:
مِلْءَ2 السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“Sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya.” (HR. Muslim no. 1067 dari hadits Abdullah ibnu Abi Aufa z)
6. Terkadang dengan:
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّناَءِ وَالْمَجْدِ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. Tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Tidak bermanfaat bagi-Mu kemuliaan/kedudukan orang yang memiliki kemuliaan.” (HR. Muslim no. 1072 dari Ibnu Abbas z)

7. Terkadang dengan:
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْد، أَهْلَ الثَّناَءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ. اللَّهُمَّ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. (Ucapan ini) yang paling pantas diucapkan seorang hamba. Dan semua kami adalah hamba-Mu semata. Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Tidak bermanfaat dari-Mu kemuliaan/kedudukan orang yang memiliki kemuliaan. (HR. Muslim no. 1071 dari Abu Sa’id al-Khudri z)3

8. Sekali waktu dalam shalat Lail, Rasulullah n mengucapkan:
لِرَبِّي الْحَمْدُ، لِرَبِّي الْحَمْدُ
“Hanya untuk Rabb segala pujian, hanya untuk Rabbku segala pujian.”
Beliau terus mengulang-ulangi ucapan ini, hingga lama berdirinya saat itu sama dengan lama ruku’nya. Padahal lama ruku’ beliau mendekati lamanya beliau berdiri pada rakaat yang pertama, yang beliau membaca surat al-Baqarah.4 (HR. Abu Dawud no. 874 dan yang lainnya dari hadits Hudzaifah z, dinyatakan sahih dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan al-Irwa’ no. 335)
9. Pernah seseorang yang shalat di belakang Rasulullah n membaca bacaan di bawah ini saat bangkit dari ruku’ setelah ucapan سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ5

“Wahai Rabb kami, hanya untuk-Mu lah segala pujian. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi di dalamnya.”
Seselesainya dari shalat, Rasulullah n bertanya, “Siapa yang mengucapkannya6 tadi?”
Orang itu berkata, “Saya, wahai Rasulullah.”
Rasulullah n bersabda, “Sungguh aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yang paling dahulu mencatatnya.” (HR. al-Bukhari no. 799 dari hadits Rifa’ah ibnu Rafi’ z)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab. (bersambung)



Catatan Kaki:

1 Boleh membacanya dengan memakai huruf wawu dan boleh pula tidak.

2 Kata (مِلْءَ) bisa dibaca dengan dhammah atau dengan fathah.
3 Hadits ini, kata al-Imam asy-Syaukani t, merupakan dalil disyariatkannya memanjangkan i’tidal dari ruku dan mengucapkan zikir ini. Banyak hadits yang menyebutkan panjangnya i’tidal ini. (Nailul Authar, 2/111)

4 Keterangan ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa berdiri i’tidal adalah rukun yang pendek, sebagaimana sebuah pendapat dalam mazhab Syafi’iyyah. Yang benar, berdiri i’tidal merupakan rukun yang panjang. Yang lebih memperjelas lagi tentang panjangnya rukun ini adalah hadits Anas ibnu Malik z yang dibawakan oleh Tsabit dari beliau. Anas berkata, “Aku ingin shalat mengimami kalian dengan tata cara yang pernah aku lihat Rasulullah n mengimami kami.”
Tsabit berkata, “Anas melakukan sesuatu yang aku belum pernah melihat kalian melakukannya. Apabila Anas mengangkat kepalanya dari ruku, ia berdiri tegak (dalam waktu lama) sampai-sampai ada yang berkata, ‘Anas lupa.’ Saat mengangkat kepalanya dari sujud, ia diam lama, hingga ada yang mengira, ‘Sungguh, Anas lupa’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
5 Dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan selainnya ada tambahan pada akhir bacaan lelaki tersebut yaitu:
مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضى
Tambahan ini sahih, sebagaimana dinyatakan demikian oleh al-Imam al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi n.
6 Rasulullah n mengisyaratkan bacaan yang dibaca lelaki yang disebutkan di atas.


Sumber: Asy Syariah Edisi 074

Tentang NAMA MALAIKAT PENCABUT NYAWA

Berkata Asy Syaikh Al Albany rahimahullah:
” Nama (malaikat pencabut nyawa) yang terdapat di dalam Al kitab dan As Sunnah adalah : Malakul Maut ,Dan adapun menamakannya dengan ‘izroil adalah termasuk sesuatu yang tidak memiliki dasar ,menyelisihi apa yang masyhur di kalangan manusia, Bisa jadi penamaan tersebut termasuk perkara isroiliyat.”
(ahkamul janaiz ,hal 156)

Berkata Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh:
” Sebagian manusia menamakan malakul maut dengan ‘izrooil ,akan tetapi (penamaan )ini tidak shohih.”
(at tafsir .2/285)

alih bahasa : ust abul fida as silasafy

WA washoya salaf

Hanya Sedikit Faedah

Tentang SALAT RAWATIB 12 RAKAAT SEHARI SEMALAM

Amalan-Amalan Ringan Yang Siapa Mengerjakannya, Allah Akan Bangunkan Untuknya Sebuah Rumah di Surga

من صلى أربعاً قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب وركعتين بعد العشاء وركعتين قبل صلاة الفجر.

💐 عن أم حبيبة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله عليه الصلاة والسلام:
( من صلى في اليوم والليلة اثنتي عشرة ركعة تطوعاً بنى الله له بيتاً في
الجنة )

رواه مسلم (٧٢٨)أبو داود(١١٣٦) وابن حبان في صحيحه(٢٤٤٢)

وفي لفظ للترمذي (٤١٥) وصححه ( من صلى في يوم وليلة ثنتي عشرة ركعة بُني له بيت في الجنة : أربعاً قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب وركعتين بعد العشاء وركعتين قبل صلاة الغداة ) صححه ابن خزيمة في صحيحه(١١٨٨) وابن حبان في صحيحه(٢٤٤٣)والألباني في الجامع(٦٣٦٢)
وله شاهد عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله عليه الصلاة والسلام قال:( من ثابر على ثنتي عشر ركعة من السنة بنى الله له بيتاً في الجنة:
أربع ركعات قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب وركعتين بعد العشاء وركعتين قبل الفجر) قال المباركفوري في التحفة(٢/٢٥٥): إسناده لا ينحط عن درجة الحسن.

⃣Siapa saja yang sholat sunnah :
▪4 rakaat sebelum dzuhur,
▪2 rakaat setelahnya,
▪2 rakaat setelah maghrb,
▪2 rakaat setelah 'isya,
▪2 rakaat sebelum sholat shubuh.

🔰 Dari Ummu Habibah رضي الله عنها , dia berkata :
🔰 Rasulullah عليه الصلاة و السلام bersabda:

( Barang siapa yang shalat dalam sehari semalam 12 rakaat sebagai amalan sunnah,maka Allah akan bangunkan untuknya rumah di surga )

🍂 Diriwayatkan oleh Muslim (728),Abu Dawud (1136), dan Ibnu Hibban dalam kitab "Shahih" nya (2442)

🍂 Dan dalam lafadz At-Tirmidzi (415) dan beliau menshahihkannya,berbunyi :
(Barang siapa yang shalat dalam sehari semalam 12 rakaat, akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di surga,yakni sholat : 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelahnya, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah 'isya, 2 rakaat sebelum shalat subuh)

Dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya (1188), Ibnu Hibban (2443), dan Al-Albani dalam Al-Jami' (6362).

Dan hadits tersebut memiliki penguat dari 'Aisyah رضي الله عنها bahwa Rasulullah عليه الصلاة و السلام bersabda :

( Barang siapa yang membiasakan untuk shalat 12 rakaat sunnah, Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga.Yakni: 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelahnya, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah 'isya, dan 2 rakaat sebelum fajar ). Berkata Al-Mubarokafury dalam At-Tuhfah (255/2): Sanadnya tidak turun dari derajat hasan.

📝 Ditulis oleh Syaikh Badr bin Muhammad Al Badr (twitter)
📄 Diterjemahkan oleh Abu Kayyis Zain Al Ma'rufy

📎📎📎 FSS 📎📎📎