Cari Blog Ini

Senin, 02 November 2015

Tentang MEMEJAMKAN MATA MAYIT YANG MASIH TERBUKA DAN MENDOAKAN SEORANG MUSLIM YANG BARU MENINGGAL DUNIA

Hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam:
وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: دَخَلَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى أَبِي سَلَمَةَ رضي الله عنه وَقَدْ شُقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اَلرُّوحَ إِذَا قُبِضَ، اتَّبَعَهُ الْبَصَرُ. فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ، فَقَالَ: لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ. فَإِنَّ اَلْمَلَائِكَةَ تُؤَمِّنُ عَلَى مَا تَقُولُونَ. ثُمَّ قَالَ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ، وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي اَلْمَهْدِيِّينَ، وَافْسِحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ، وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ
Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anha ia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam masuk ke rumah Abu Salamah sewaktu matanya masih terbuka, lalu beliau memejamkan matanya. Kemudian berkata: "Sesungguhnya ruh itu bila dicabut maka pandangannya mengikutinya." Maka menjeritlah orang-orang dari keluarganya, lalu beliau bersabda: "Janganlah kamu berdoa untuk dirimu sendiri kecuali demi kebaikan, karena sesungguhnya Malaikat itu mengamini apa yang kamu ucapkan." Kemudian beliau berdoa: "Ya Allah berilah ampunan kepada Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya ke tingkat orang-orang yang mendapat petunjuk, lapangkanlah baginya dalam kuburnya, terangilah dia di dalamnya, dan berilah penggantinya dalam turunannya."
Riwayat Muslim.

PENJELASAN:
Salah satu bentuk kemuliaan akhlaq Nabi adalah beliau biasa mengunjungi orang sakit. Nabi mengunjugi Abu Salamah yang sakit. Ketika dijenguk Nabi, Abu Salamah meninggal dunia dalam keadaan matanya terbuka. Kemudian Nabi menutup mata Abu Salamah, sambil berkata: Sesungguhnya ruh jika dicabut, akan diikuti oleh pandangan.
Mendengar sabda Nabi demikian, para kerabat dan keluarga yang berada di dekat jenazah Abu Salamah berteriak. Mereka baru tahu bahwa Abu Salamah telah meninggal. Mengetahui hal itu, Nabi membimbingkan kepada mereka untuk tidak mendoakan keburukan untuk diri mereka seperti kebiasaan Jahiliyyah, karena para Malaikat mengaminkan doa tersebut.
Kemudian Nabi mendoakan Abu Salamah dengan doa yang sangat indah, yaitu: permohonan ampunan Allah untuk Abu Salamah, pengangkatan derajatnya, perluasan dan penerangan di kuburnya, dan agar diberi pengganti yang baik untuk keluarga yang ditinggalkan (istri dan anak-anaknya).
Abu Salamah radhiyallahu ‘anhu adalah saudara sepersusuan Nabi. Beliau berdua pernah disusui oleh Tsuwaibah, bekas budak wanita Abu Lahab. Abu Salamah pernah melakukan 2 kali hijrah (ke Habasyah dan ke Madinah). Beliau juga pernah ikut dalam perang Badr dan perang Uhud, kemudian meninggal setelah perang Uhud.

Beberapa faidah yang bisa diambil dari hadits ini:
1. Disunnahkan memejamkan mata mayit yang terbuka dengan lemah lembut.
2. Larangan mendoakan keburukan seperti yang dilakukan orang-orang jahiliyyah. Jika mereka mendapatkan musibah, akan mengatakan: ‘duhai celaka’, atau ‘terputus tulang punggungnya’ dan ucapan-ucapan keburukan semisalnya. Seorang muslim hendaknya hanya mengucapkan ucapan yang baik saja.
3. Disunnahkan mendoakan ampunan Allah bagi seorang muslim yang baru meninggal dunia, sebagaimana yang dilakukan Nabi shollallaahu alaihi wasallam.
Ummu Salamah pernah mendengar sabda Nabi shollallaahu alaihi wasallam bahwa tidaklah seseorang muslim mendapatkan musibah, kemudian berdoa dengan suatu doa, kecuali Allah akan menggantikan musibah itu dengan yang lebih baik baginya. Doa itu adalah:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami kembali. Ya Allah, berikan aku pahala atas musibah ini, dan beri ganti aku dengan yang lebih baik. (H.R Muslim 1525)
Ummu Salamah membaca doa itu sebagai bentuk pengamalan terhadap Sunnah Nabi. Kemudian dalam hati ia bertanya: Siapakah gerangan yang lebih baik dari Abu Salamah?
Ternyata, setelah berakhir masa iddahnya, Nabi mengutus Hathib bin Abi Balta’ah untuk melamar Ummu Salamah menjadi istri Nabi. Hal itu juga merupakan terkabulnya doa Nabi kepada Allah untuk memberi ganti yang baik bagi keluarga dan keturunan Abu Salamah.

Disalin dari buku "Tata Cara Mengurus Jenazah Sesuai Sunnah Nabi Shollallaahu Alaihi Wasallam (Syarh Kitab al-Janaiz Min Bulughil Maram)". Penerbit Pustaka Hudaya, halaman 30-33.

Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman حفظه الله

WA Salafy Kendari

Tentang MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN RADHIALLAHU ANHU

Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Tanya:

Apa maksud dari orang yang berkata Muawiyah bughot?

Jawaban:

Bughot adalah sebutan untuk para pemberontak. Ucapan semacam ini mengandung unsur celaan terhadap kemulyaan Sahabat Nabi.

Satu hal yang harus menjadi prinsip bagi setiap muslim adalah tidak membicarakan perselisihan seperti perang yang terjadi di antara para Sahabat Nabi. Contohnya adalah antara Ali dengan Muawiyyah. Keduanya adalah Sahabat Nabi yang mulya yang tidak boleh kita mencela salah satu dari mereka. Perselisihan yang terjadi di antara mereka adalah karena ijtihad di antara mereka. Bagi yang benar dapat dua pahala, yang keliru dapat satu pahala.

Dalam hal seperti ini Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا ذُكِرَ أَصْحَابِي فَأَمْسِكُوا
Jika disebut tentang para Sahabatku, maka tahanlah. (H.R atThobarony, dishahihkan Syaikh al-Albany)

Umar bin Abdil ‘Aziz pernah ditanya tentang perselisihan yang terjadi di antara para Sahabat. Beliau menjawab:
تلك دماء طهَّر الله منها سيوفنا فلا نخضِّب بها ألسنتنا
Itu adalah darah-darah yang pedang-pedang kita disucikan Allah darinya, maka janganlah kita warnai lisan-lisan kita dengannya. (al-Bahrul Muhiith karya az-Zarkasyi (6/187))

Maksud dari ucapan Umar bin Abdul Aziz tersebut adalah: kalau kita sudah tidak terlibat secara langsung dalam perselisihan itu, mengapa kita biarkan lisan kita membicarakan tentang mereka. Itu tidak ada manfaatnya. Justru menjerumuskan kita sendiri ke dalam dosa.

Membicarakan perselisihan semacam itu yang terjadi di antara para Sahabat Nabi akan menyebabkan sikap mencela salah satu pihak atau bahkan keduanya. Padahal mencela Sahabat Nabi menyebabkan laknat Allah.
مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
Barangsiapa yang mencela para Sahabatku, maka baginya laknat Allah, Malaikat, dan manusia seluruhnya. (H.R atThobarony, dihasankan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)

Kemudian perlu dijelaskan kepada kaum muslimin bahwa perang yang terjadi antara Ali dengan Muawiyah bukanlah karena berebut kekuasaan atau karena salah satu pihak merasa lebih utama dibandingkan yang lain. Namun karena perbedaan ijtihad di antara mereka. Sebagaimana hal ini nampak jelas dari ucapan Muawiyah yang dinukil oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy dalam Fathul Baari:
وقد ذكر يحيى بن سليمان الجعفي أحد شيوخ البخاري في كتاب صفين في تأليفه بسند جيد عن أبي مسلم الخولاني انه قال لمعاوية أنت تنازع عليا في الخلافة أو أنت مثله قال لا وأني لأعلم أنه أفضل مني وأحق بالأمر ولكن ألستم تعلمون أن عثمان قتل مظلوما وأنا بن عمه ووليه أطلب بدمه
Dan Yahya bin Sulaiman al-Ju’fi salah seorang syaikh (guru) al-Bukhari dalam kitabnya Shiffiin menyebutkan dengan sanad yang jayyid dari Abu Muslim al-Khoulaaniy bahwasanya beliau bertanya kepada Muawiyah: Anda berselisih dengan Ali dalam hal kekhilafahan atau anda (merasa) setara dengan beliau? Muawiyah berkata: Tidak. Aku sungguh tahu bahwasanya beliau (Ali) lebih utama dibandingkan aku dan lebih berhak untuk memerintah (menjadi pemimpin). Akan tetapi, bukankah kalian mengetahui bahwa Utsman telah terbunuh secara dzhalim sedangkan aku adalah putra pamannya dan walinya, maka aku meminta (hak terkait) darahnya (agar pembunuhnya (segera) dihukum secara Islam, pent). (Fathul Baari syarh Shahih al-Bukhari libni Hajar (13/86))

Ali bin Abi Tholib adalah Sahabat Nabi yang mulya, dan beliau adalah manusia terbaik pada umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam setelah Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Tidak perlu disebutkan keutamaan beliau yang berlimpah di jawaban ini karena kita sudah mengetahuinya. Bahkan bisa jadi pengetahuan kita tentang keutamaan Ali masih jauh lebih sedikit dibandingkan keutamaan-keutamaan yang sebenarnya beliau miliki.

Muawiyah adalah Sahabat Nabi, penulis wahyu, dan yang didoakan oleh Nabi:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِياً مَهْدِيّاً وَاهْدِهِ وَاهْدِ بِهِ
Ya Allah jadikanlah dia sebagai pemberi petunjuk dan yang mendapatkan petunjuk. Berilah ia petunjuk dan jadikan petunjuk dengannya. (H.R alBukhari dalam Tarikhul Kabiir dinyatakan sanadnya shahih oleh Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy)

Abdullah bin al-Mubarak menyatakan:
معاوية عندنا مِحْنة، فمن رأيناه ينظر إليه شزَراً اتهمناه على القوم
Muawiyah di sisi kami adalah ujian. Barangsiapa yang kami lihat memandang Muawiyah dengan kemarahan, kami curigai (sikapnya) terhadap para Sahabat Nabi.

Abdullah bin al-Mubarok ditanya oleh seseorang tentang Muawiyah, kemudian beliau menyatakan:
ما أقول في رجل قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: سمع الله لمن حمده. فقال خلفه: ربَّنا ولك الحمد
Apa yang aku akan katakan terhadap seseorang yang Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah”, kemudian dia mengucapkan di belakang beliau: “Robbanaa wa lakal hamdu”?

Beliau ditanya juga tentang siapa yang lebih utama Umar bin Abdil Aziz atau Muawiyah?
Abdullah bin al-Mubarok menjawab:
لتراب في منخري معاوية مع رسول الله صلى الله عليه وسلم خير وأفضل من عمر بن عبد العزيز
Sungguh satu debu pada hidung Muawiyah saat bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam lebih baik dan lebih utama dibandingkan Umar bin Abdil Aziz. (al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir (8/148))

Salafy.or.id

Tentang PUASA SENIN KAMIS

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah radhiallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari senin? Maka beliau menjawab:
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فيه وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أو أُنْزِلَ عَلَيَّ فيه
“Itu adalah hari yang aku dilahirkan padanya, dan aku diutus, atau diturunkan kepadaku (wahyu).” (HR. Muslim: 1162)

Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya dari Aisyah radhiallahu anha bahwa beliau ditanya tentang puasanya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam, maka beliau menjawab:
وَكَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
“Adalah beliau senantiasa menjaga puasa pada hari senin dan kamis.” (HR. Tirmidzi (745), Ibnu Majah: 1739, An-Nassai (2187), Ibnu Hibban (3643), dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih Ibnu Majah)

Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallahu ‘alaihi wasalam berpuasa pada hari senin dan kamis. Lalu ada yang bertanya: sesungguhnya engkau senantiasa berpuasa pada hari senin dan kamis? Beliau menjawab:
تُفَتَّحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يوم الإثنين وَالْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ فِيهِمَا لِمَنْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شيئا إلا الْمُهْتَجِرَيْنِ يُقَالُ رُدُّوا هَذَيْنِ حتى يَصْطَلِحَا
“Dibuka pintu-pintu surga pada hari senin dan kamis, lalu diampuni (dosa) setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang yang saling bertikai, dikatakan: biarkan mereka berdua sampai keduanya berbaikan.” (HR. Tirmidzi (2023), Ibnu Majah (1740), dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Tentang ORANG YANG MENGAKU KETURUNAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM

Asy Syeikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin

Tanya:
Apakah masih didapati di zaman kita dari kalangan ahlul bait Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam? Dan apakah boleh bagi orang yang mengaku ahlul bait (istilahnya "Sayyid" sebagaimana yang diakui oleh kaum Rofidhoh) dengan pengakuan bahwa mereka adalah wali Allah, kemudian mereka singgah di pedesaan, sehingga para penduduk desa memberikan hadiah hadiah dan sajian sajian kepada mereka dengan harapan mereka bisa mendatangkan kemanfaatan dan bisa menolak madhorot?

Jawab:
Kami katakan kepada mereka yang mengaku punya garis keturunan Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam, TUNJUKKAN BUKTI dari sisilah kalian!
Dan perlu diketahui bahwa Rosulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam tidak memiliki anak laki laki yang hidup sampai dewasa sampai menikah kemudian memiliki anak, adapun anak anak laki laki yang dinisbahkan kepada beliau bukanlah anak anak laki laki dari keturunan ashobah beliau Shollallahu Alaihi Wa Sallam.
Oleh karena itu kita katakan kepada setiap orang yang mengaku ahlul bait, tunjukkan bukti silsilah kalian! Kalau mereka tidak bisa menunjukkannya maka telah jelas kebathilan dan kedustaan mereka.
Kalau seandainya mereka benar dengan silsilah mereka, maka kami katakan tidaklah dengan kalian sebagai ahlul bait merupakan kemuliaan bagi kalian, apabila kalian tidak berada diatas syareat Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam, karena yang paling penting adalah kalian mengamalkan syareat Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam.
Kalau kalian di atas syareat yang benar maka bagi kalian hak keislaman dan hak sebagai kerabat Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam.
Adapun sekedar kerabat Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam tidak akan memberi manfaat sedikitpun.
Ini Abu Lahab paman Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam saudara dari bapaknya tidak bermanfaat kedekatan nasabnya dengan Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam, bahkan Allah menurunkan satu surat yang menceritakan kejelekannya sampai hari kiamat
تبت يدا أبي لهب وتب، ما أغنى عنه ماله وما كسب سيصلى نارا ذات لهب... السورة
Yang jelas kita membutuhkan pengakuan ini dengan bukti silsilah, ketika benar sisilah mereka dan mereka benar benar ORANG ORANG YANG SHOLIH yng berjalan diatas syareat Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam secara dhohir dan batin maka bagi mereka hak islam dan hak kekerabatan dengan Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam.
Kalau mereka bukan orang yang sholih maka mereka adalah DAJJALUN, tidak ada hak bagi mereka sedikitpun, dan TIDAK ADA BAROKAH dari amalan mereka dan tidak ada barokah dari keadaan mereka.
Dan secara dhohir ketika mereka masuk di pedesaan, di tempat orang orang memiliki daya pikir yang masih rendah, kemudian mereka hanya mengaku ngaku, dan secara dhohir mereka DUSTA, mereka bukanlah orang yang berjalan diatas syareat Allah ta'ala.
Maka mereka tidak pantas dihormati dan dimuliakan, atau diberi hadiah hadiah dan yang lainnya.

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=126813

Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy

Berbagi ilmu agama

Tentang PAKAIAN WANITA DI DEPAN ANAK LAKI-LAKI YANG MASIH KECIL

Asy-Syaikhah Ummu Abdirrahman Faizah hafizhahallah

Tanya:
العفو ياشيختي... هل يجوز ظهور وجه اليهم لاطفال؟
Al'afwu ya Syaikhahku, apakah boleh menampakkan wajah dihadapan anak lelaki yang masih kecil?

Jawab:
سئل الشيخ محمد العقيل حفظه كم عمر الصبي الذي يغطى عنه الوجه؟ فقال: اذا دخل الصبي الى النساء وسألته ماذا عند النساء فقال:  عندهم طعام وحلويات. فهذا  مازال صغيرا على فطرة الاطفال فلا يغطى عنه لانه لايفهم. اما اذا دخل الى النساء وسألته ماذا رأيت عند النساء فقال: يوجد نساء جميلات وشعورهن طويلة. فهذا الصبي يفهم فيغطى منه. يعني 6 سنوات لا يلاحظ امر النساء كثيرا
Ditanya Asy-Syaikh Muhammad Al-'Aqil hafizhahullah, berapa batasan umur anak laki-laki yang kita (para wanita) menutup wajah darinya?
Maka beliau berkata:
Jika masuk seorang anak laki-laki kecil ke dalam perkumpulan para wanita dan ditanyakan padanya, "Apa yang engkau dapati dari para wanita tersebut?"
Lalu dia menjawab,
"Aku mendapati makanan dan permen/kembang gula." Maka anak ini masih kecil, diatas fitroh seorang anak.
Maka (para wanita) tidak menutup wajah darinya disebabkan dia masih belum paham.
Adapun jika anak tersebut masuk pada kumpulan para wanita dan dia ditanya, "Apa yang engkau dapati dari para wanita tersebut?" Lalu dia menjawab, "Aku mendapati wanita yang cantik-cantik dan rambut-rambut  mereka panjang." Maka anak seperti ini, sudah paham.
Hendaknya (para wanita) menutup wajah darinya.
Asy-Syaikhah hafizhahallah menambahkan,
"Yakni anak usia 6 tahun, kebanyakannya tidak memperhatikan keadaan para wanita."

Diterjemahkan oleh Ummu Aiman Balikpapan hafizhahallah pada hari Senin 28 Sya'ban 1436H / Ahad 14 Juni 2015

Sumber:
WA طالبات العلم
WA Admin Salafiyat Indonesia (ASIA)

Tentang WANITA BERHIAS DI DALAM RUMAH KETIKA SUAMI TIDAK ADA

Apa boleh istri berhias di dalam rumahnya, sementara suami tidak hadir?Jazakillahu khairan.

JAWABAN

Berhias di dalam rumah ketika suami tidak ada, adalah perbuatan sia-sia, kecuali untuk perawatan diri, membersihkan kulit dan wajah demi untuk menyenangkan hati suami ketika datang nantinya.
Barakallahu fiik.

Kamis, 17 Dzulhijah 1436 H / 01 Oktober 2015

Dijawab oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali Bahmid hafizhahallah

Nisaa` As-Sunnah