Cari Blog Ini

Senin, 02 November 2015

Tentang MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN RADHIALLAHU ANHU

Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Tanya:

Apa maksud dari orang yang berkata Muawiyah bughot?

Jawaban:

Bughot adalah sebutan untuk para pemberontak. Ucapan semacam ini mengandung unsur celaan terhadap kemulyaan Sahabat Nabi.

Satu hal yang harus menjadi prinsip bagi setiap muslim adalah tidak membicarakan perselisihan seperti perang yang terjadi di antara para Sahabat Nabi. Contohnya adalah antara Ali dengan Muawiyyah. Keduanya adalah Sahabat Nabi yang mulya yang tidak boleh kita mencela salah satu dari mereka. Perselisihan yang terjadi di antara mereka adalah karena ijtihad di antara mereka. Bagi yang benar dapat dua pahala, yang keliru dapat satu pahala.

Dalam hal seperti ini Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا ذُكِرَ أَصْحَابِي فَأَمْسِكُوا
Jika disebut tentang para Sahabatku, maka tahanlah. (H.R atThobarony, dishahihkan Syaikh al-Albany)

Umar bin Abdil ‘Aziz pernah ditanya tentang perselisihan yang terjadi di antara para Sahabat. Beliau menjawab:
تلك دماء طهَّر الله منها سيوفنا فلا نخضِّب بها ألسنتنا
Itu adalah darah-darah yang pedang-pedang kita disucikan Allah darinya, maka janganlah kita warnai lisan-lisan kita dengannya. (al-Bahrul Muhiith karya az-Zarkasyi (6/187))

Maksud dari ucapan Umar bin Abdul Aziz tersebut adalah: kalau kita sudah tidak terlibat secara langsung dalam perselisihan itu, mengapa kita biarkan lisan kita membicarakan tentang mereka. Itu tidak ada manfaatnya. Justru menjerumuskan kita sendiri ke dalam dosa.

Membicarakan perselisihan semacam itu yang terjadi di antara para Sahabat Nabi akan menyebabkan sikap mencela salah satu pihak atau bahkan keduanya. Padahal mencela Sahabat Nabi menyebabkan laknat Allah.
مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
Barangsiapa yang mencela para Sahabatku, maka baginya laknat Allah, Malaikat, dan manusia seluruhnya. (H.R atThobarony, dihasankan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)

Kemudian perlu dijelaskan kepada kaum muslimin bahwa perang yang terjadi antara Ali dengan Muawiyah bukanlah karena berebut kekuasaan atau karena salah satu pihak merasa lebih utama dibandingkan yang lain. Namun karena perbedaan ijtihad di antara mereka. Sebagaimana hal ini nampak jelas dari ucapan Muawiyah yang dinukil oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy dalam Fathul Baari:
وقد ذكر يحيى بن سليمان الجعفي أحد شيوخ البخاري في كتاب صفين في تأليفه بسند جيد عن أبي مسلم الخولاني انه قال لمعاوية أنت تنازع عليا في الخلافة أو أنت مثله قال لا وأني لأعلم أنه أفضل مني وأحق بالأمر ولكن ألستم تعلمون أن عثمان قتل مظلوما وأنا بن عمه ووليه أطلب بدمه
Dan Yahya bin Sulaiman al-Ju’fi salah seorang syaikh (guru) al-Bukhari dalam kitabnya Shiffiin menyebutkan dengan sanad yang jayyid dari Abu Muslim al-Khoulaaniy bahwasanya beliau bertanya kepada Muawiyah: Anda berselisih dengan Ali dalam hal kekhilafahan atau anda (merasa) setara dengan beliau? Muawiyah berkata: Tidak. Aku sungguh tahu bahwasanya beliau (Ali) lebih utama dibandingkan aku dan lebih berhak untuk memerintah (menjadi pemimpin). Akan tetapi, bukankah kalian mengetahui bahwa Utsman telah terbunuh secara dzhalim sedangkan aku adalah putra pamannya dan walinya, maka aku meminta (hak terkait) darahnya (agar pembunuhnya (segera) dihukum secara Islam, pent). (Fathul Baari syarh Shahih al-Bukhari libni Hajar (13/86))

Ali bin Abi Tholib adalah Sahabat Nabi yang mulya, dan beliau adalah manusia terbaik pada umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam setelah Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Tidak perlu disebutkan keutamaan beliau yang berlimpah di jawaban ini karena kita sudah mengetahuinya. Bahkan bisa jadi pengetahuan kita tentang keutamaan Ali masih jauh lebih sedikit dibandingkan keutamaan-keutamaan yang sebenarnya beliau miliki.

Muawiyah adalah Sahabat Nabi, penulis wahyu, dan yang didoakan oleh Nabi:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِياً مَهْدِيّاً وَاهْدِهِ وَاهْدِ بِهِ
Ya Allah jadikanlah dia sebagai pemberi petunjuk dan yang mendapatkan petunjuk. Berilah ia petunjuk dan jadikan petunjuk dengannya. (H.R alBukhari dalam Tarikhul Kabiir dinyatakan sanadnya shahih oleh Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy)

Abdullah bin al-Mubarak menyatakan:
معاوية عندنا مِحْنة، فمن رأيناه ينظر إليه شزَراً اتهمناه على القوم
Muawiyah di sisi kami adalah ujian. Barangsiapa yang kami lihat memandang Muawiyah dengan kemarahan, kami curigai (sikapnya) terhadap para Sahabat Nabi.

Abdullah bin al-Mubarok ditanya oleh seseorang tentang Muawiyah, kemudian beliau menyatakan:
ما أقول في رجل قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: سمع الله لمن حمده. فقال خلفه: ربَّنا ولك الحمد
Apa yang aku akan katakan terhadap seseorang yang Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah”, kemudian dia mengucapkan di belakang beliau: “Robbanaa wa lakal hamdu”?

Beliau ditanya juga tentang siapa yang lebih utama Umar bin Abdil Aziz atau Muawiyah?
Abdullah bin al-Mubarok menjawab:
لتراب في منخري معاوية مع رسول الله صلى الله عليه وسلم خير وأفضل من عمر بن عبد العزيز
Sungguh satu debu pada hidung Muawiyah saat bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam lebih baik dan lebih utama dibandingkan Umar bin Abdil Aziz. (al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir (8/148))

Salafy.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar