Allah subhanahu wata'ala berfirman, “Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isro’: 79)
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau.” (lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir, 3/54-55)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “ Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam).” (Muttafaqun ‘alaih)
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat: 15-18)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma) seandainya ia sholat di waktu malam.” (HR Muslim No. 2478 dan 2479)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya.” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185)
Suatu hari pernah diceritakan kepada.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang di antara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di waktu malam terdapat satu saat di mana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR Muslim No. 757)
Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam: “Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26)
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)
Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya), sampai menjelang fajar menyingsing.
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya.”
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini.”
Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan: “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah.”
Al-Imam Hasan Al-Bashri juga pernah menegaskan: “Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab: “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.”
(Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad
Farid)
###
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Sesungguhnya qiyamul lail (sholat malam) adalah kemulyaan bagi kaum beriman dan merupakan amalan yang bisa memasukkan seseorang ke dalam Jannah.
Jibril berkata:
يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ
Wahai Muhammad, kemuliaan seorang mukmin adalah qiyaamul lail (H.R atThobarony, dishahihkan al-Hakim dan disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby)
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرْفَةً يُرَى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا فَقَالَ أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَلَانَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَبَاتَ لِلَّهِ قَائِمًا وَالنَّاسُ نِيَامٌ
Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang bisa terlihat bagian luarnya dari dalamnya dan bagian dalamnya dari luarnya. Abu Musa bertanya: Untuk siapa itu wahai Rasulullah? Rasul bersabda: untuk orang yang baik (lembut) dalam ucapannya, memberi makan, dan begadang di waktu malam dengan qiyaamul lail pada saat manusia tertidur (H.R Ahmad, atThobarony, Abu Ya’la, dishahihkan al-Hakim, dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Bushiry dan al-Mundziri).
أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
Sebarkan salam, berilah makan, sholatlah (di waktu malam) pada saat manusia tidur, niscaya kalian masuk ke dalam surga dengan selamat (H.R atTirmidzi, dishahihkan al-Hakim dan disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby)
Bahkan qiyaamul lail bisa menjadi sebab seseorang terselamatkan dari adzab anNaar. Pada saat Abdullah bin Umar (Ibnu Umar) sedang tidur di masjid waktu beliau masih bujang, beliau bermimpi dibawa oleh dua Malaikat menuju ke arah anNaar, hingga beliau berdoa kepada Allah: Aku berlindung kepada Allah dari anNaar, beliau ucapkan itu tiga kali. Kemudian beliau bertemu dengan satu Malaikat lagi yang menyatakan: janganlah takut, karena engkau adalah seorang yang sholih (baik). Kemudian Ibnu Umar bangun dari tidurnya, dan keesokan harinya ia ceritakan hal itu kepada Hafshah (saudara perempuannya yang merupakan istri Nabi shollallahu alaihi wasallam). Hafshah menceritakan mimpi Abdullah bin Umar itu kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.
Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam kemudian bersabda:
إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ رَجُلٌ صَالِحٌ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ
Sesungguhnya Abdullah adalah seorang yang sholih kalau seandainya ia sholat malam (H.R al-Bukhari no 6510)
Dalam riwayat lain Nabi menyatakan:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ
Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah (bin Umar) jika dia sholat malam (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Sejak saat itu, Abdullah bin Umar senantiasa menjaga qiyaamul lail. Tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit.
Ibnu Batthol di dalam syarh Shahih al-Bukhari menjelaskan: di dalam hadits ini (terdapat faidah) bahwa qiyaamul lail bisa menyelamatkan seseorang dari anNaar.
Sangat banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan qiyaamul lail yang menunjukkan semestinya kita bersemangat dalam mengerjakannya.
Janganlah seseorang menyengaja meninggalkan qiyaamul lail kecuali karena sebab sakit, capek yang sangat, safar, dan udzur lain. Semestinya seseorang ketika akan tidur malam ia berniat untuk bangun qiyaamul lail. Kalau ternyata sudah berniat bangun namun ketiduran, Alhamdulillah itu shodaqoh dari Allah, tercatat kita melakukan qiyaamul lail (padahal tidur).
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ فَيُصَلِّيَ مِنَ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنُهُ حَتَّى يُصْبِحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
Barangsiapa yang mendatangi tempat tidurnya dalam keadaan berniat ia akan bangun qiyaamul lail (sholat malam) kemudian dikalahkan oleh perasaan kantuk hingga pagi, maka tercatat apa yang diniatkannya. Dan tidurnya adalah shodaqoh dari Tuhannya (H.R Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al-Albany)
Kalau seandainya dalam dugaan kuat ia tidak akan bisa bangun sebelum Subuh, maka ia bisa melakukan qiyaamul lail (witir) sebelum tidur. Sebagaimana wasiat Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada tiga orang Sahabat: Abu Hurairah, Abu Dzar, dan Abud Darda’ radhiyallahu anhum :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata: Kekasihku (Nabi Muhammad) shollallahu alaihi wasallam berwasiat kepadaku 3 hal: Puasa tiga hari tiap bulan, dua rokaat di waktu Dhuha, dan berwitir sebelum aku tidur (H.R al-Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثَةٍ لَا أَدَعُهُنَّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَبَدًا أَوْصَانِي بِصَلَاةِ الضُّحَى وَبِالْوَتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَبِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
Dari Abu Dzar –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Orang yang aku cintai (Nabi Muhammad) shollallahu alaihi wasallam berwasiat kepadaku 3 hal yang aku insyaAllah tidak akan meninggalkannya selama-lamanya. Ia mewasiatkan kepadaku dengan sholat Dhuha dan witir sebelum tidur dan puasa 3 hari pada setiap bulan (H.R anNasaai, dishahihkan al-Albany)
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لَا أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ
Dari Abud Darda’ radhiyallahu anhu beliau berkata: Orang yang aku cintai (Nabi Muhammad) shollallahu alaihi wasallam berwasiat kepadaku 3 hal yang aku tidak akan meninggalkannya sepanjang hidupku: Puasa 3 hari tiap bulan, sholat Dhuha, dan agar aku tidak tidur hingga aku melakukan witir (H.R Muslim)
Jika seseorang menyengaja meninggalkan sholat witir secara terus menerus, maka ia adalah seorang yang jelek, yang tidak diterima persaksiaannya, menurut al-Imam Ahmad (lihat al-Mughni karya Ibnu Qudaamah (3/378), as-Showaa-‘iqul Mursalah karya Ibnul Qoyyim (4/1348)), syarh Riyadhis Sholihin libni Utsaimin).
Maka yang harus dilakukan adalah berusaha untuk selalu melakukan qiyaamul lail, dan berjuang berjihad melawan hawa nafsu menolak perasaan ‘ujub dalam diri. Kita harus menyadari bahwa belum tentu sholat yang kita lakukan diterima oleh Allah, maka apa yang menyebabkan kita merasa bangga dengan amalan kita kalau amalan itu belum tentu diterima? Karena itu disunnahkan untuk memperbanyak istighfar di akhir malam (di waktu sahur) setelah kita melakukan qiyaamul lail, salah satunya sebagai bentuk pengakuan demikian kurangnya ibadah sholat malam yang kita persembahkan kepada Allah tersebut.
wa Al I’tishom