Cari Blog Ini

Rabu, 03 Juni 2015

Tentang MEMPERBANYAK ZIKIR

Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah (menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (al-Ahzab: 41-42)

Para pembaca rahimakumullah.
Dzikir merupakan amalan yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari kelalaian dengan terus-menerus menghadirkan hatinya kepada Allah. (Faidhul Qadir juz 5, hlm. 630)
Dzikir secara umum dapat dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Adapun dzikir dengan hati seperti bertafakkur yaitu memikirkan ciptaan Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, hukum-hukum Allah dan ayat-ayat Allah, dzikir dengan lisan seperti mengucapkan tahlil (Laa ilaaha illallah), tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar), membaca al-Qur'an, membaca hadits dll. Adapun dzikir dengan anggota badan seperti gerakan-gerakan yang dilakukan di dalam shalat. Namun yang dimaksud dengan dzikir dalam pembahasan kali ini adalah dzikir yang dilakukan dengan lisan.
Dalam ayat di atas Allah memerintahkan para hamba-Nya yang beriman untuk banyak berdzikir kepada-Nya sebagai Dzat yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada segenap makhluk-Nya. Allah memerintahkan mereka untuk banyak berdzikir pada setiap waktu, setiap keadaan dan di setiap tempat.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah seorang hamba yang banyak berdzikir kepada Allah, sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah, "Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan." (HR. Muslim no. 373)
Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa kepada Allah dengan doa berikut:
"Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan membaguskan diri dalam beribadah kepada-Mu." (HR. al-Bazzar dalam al-Musnad no. 2075, lihat ash-Shahihul Musnad no. 867)
Beliau pun memberikan wasiat yang demikian kepada sahabatnya. Sebagaimana yang dituturkan oleh sahabat Mu'adz bin Jabal. Pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memegang tangan Mu'adz bin Jabal seraya berkata, "Wahai Mu'adz, demi Allah aku mencintaimu, demi Allah aku mencintaimu." Kemudian beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, hendaklah setiap selesai shalat engkau mengucapkan:
"Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan membaguskan diri dalam beribadah kepada-Mu." (HR. Abu Dawud no. 1522)
Lebih dari itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberikan celaan yang keras kepada orang-orang yang malas untuk berdzikir kepada Allah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Permisalan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dengan orang yang tidak berdzikir; keadaannya seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR. al-Bukhari no. 6407)

Keajaiban dzikir Kepada Allah
Betapa banyak di dalam dzikir kepada Allah terdapat berbagai faedah dan keutamaan yang menakjubkan, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Dzikir akan mendatangkan ketentraman dan menghidupkan hati.

Di saat manusia sibuk dengan dunia dan menghadapi problematika hidup yang pelik akhirnya hati pun menjadi resah dan gundah gulana. Dengan dzikir, semua permasalahan tersebut akan terpecahkan, hati pun menjadi tenang dan optimis dalam menatap masa depan.
Allah berfirman, "…(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenteram." (ar-Ra'd: 28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Kedudukan dzikir bagi hati, ibarat air bagi ikan, bagaimana jadinya apabila ikan tanpa air?" (al-Wabilush Shayyib juz 1, hlm. 63)

2. Dzikir merupakan sebaik-baik amalan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ”Maukah aku kabarkan kepada kalian sebaik-baik amalan bagi kalian, yang lebih menambah perbendaharaan yang kalian miliki, akan meninggikan derajat kalian dan yang lebih baik bagi kalian dibandingkan dengan menginfakkan emas dan uang serta lebih baik bagi kalian dibandingkan kalian bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggal leher mereka atau mereka memenggal leher kalian?" Para sahabat menjawab, "Iya." Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, "Berdzikirlah kepada Allah." Mu'adz bin Jabal berkata, "Tidak ada sesuatu yang paling menyelamatkan dari azab Allah dibandingkan dengan dzikir kepada Allah." (HR. at-Tirmidzi no. 3377, lihat ash-Shahihul Musnad no. 1038)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda, "Tidak ada suatu amalan yang dilakukan oleh manusia yang paling menyelamatkan dirinya dari azab (Allah) dibandingkan dengan dzikir kepada Allah." Kemudian ada yang bertanya, "Tidak pula jihad fi sabiliIlah?" Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, "Tidak pula jihad fi sabiliIIah kecuali engkau memenggal (kepala musuh) dengan pedangmu sampai terputus." (HR. ath-Thabarani dalam Mu'jamul Ausath no. 2296, lihat Shahih at-Tharghib no. 1497)

3. Dzikir merupakan ibadah yang agung yang mengumpulkan seluruh amal ketaatan.

Ada seorang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam itu terasa banyak bagiku, maka beritahukanlah kepadaku suatu perkara yang akan aku jadikan sebagai pegangan." Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, "Jadikanlah lisanmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah." (HR. at-Tirmidzi no. 3375)

4. Dzikir dapat menggantikan beberapa amalan ketaatan yang tidak mampu dilakukan.

Suatu ketika sebagian sahabat yang miskin mengeluh kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi membawa derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan, mereka shalat sebagaimana kami shalat dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa serta mereka diberi kelebihan harta sehingga bisa berhaji, umrah dan jihad." Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu amalan yang kalian bisa mendapatkan apa yang telah mereka raih dan kalian bisa mengalahkan mereka serta tidak akan ada seorangpun yang lebih utama dari kalian kecuali orang yang melakukan sama seperti yang kalian lakukan.” Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah." Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Ucapkanlah tasbih, tahmid dan takbir sebanyak 33 kali setiap kali selesai shalat." (HR. al-Bukhari no. 843 dan Muslim no. 595)

Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata, "Terus-menerus berdzikir kepada Allah akan mewakili amalan-amalan ketaatan yang lain (yang bersifat sunnah) dan akan menggantikan kedudukan amalan-amalan tersebut. Sama saja apakah ibadah yang berupa jasmani atau harta seperti melaksanakan haji yang sunnah." (al-Wabilush Shayyib juz 1, hlm. 104)

5. Dzikir akan mendatangkan kekuatan dan semangat pada badan.

Ibnul Qayyim berkata, "Bahwasanya dzikir akan memberi kekuatan pada pelakunya sehingga dia dapat melakukan pekerjaan yang sebelumnya disangka berat untuk dilakukan ketika tanpa diiringi dengan dzikir." (al-Wabilush Shayyib hlm. 106)
Kemudian Ibnul Qayyim memberikan contoh sebagaimana yang beliau saksikan pada diri Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah guru beliau. Suatu hal yang menakjubkan terlihat pada kekuatan fisik Ibnu Taimiyah betapa kuatnya beliau di dalam berbicara, melangkah, mengarang berbagai karya tulis dan terjun dalam medan tempur melawan orang-orang kafir. Semua ini ada pada diri beliau karena banyak berdzikir kepada Allah.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776 disebutkan, bahwasanya apabila manusia tidur maka setan akan mengikat tengkuk kepalanya dengan 3 ikatan hingga tertidur lelap. Kemudian apabila dia terbangun dan berdzikir kepada Allah maka akan lepaslah satu ikatan. Kemudian apabila setelah itu dia berwudhu maka akan lepas ikatan berikutnya. Dan apabila setelah itu dia melakukan shalat maka akan lepaslah ikatan yang terakhir, sehingga saat terjaga dalam keadaan semangat dan bermuka ceria. Namun apabila sebaliknya maka dia pun bangun tidur dalam keadaan bermuka masam dan malas.
Suatu hari Fathimah mengeluhkan kepada sang ayah yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan beratnya pekerjaan rumah tangganya dan meminta seorang pembantu untuk meringankan pekerjaannya. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan nasehat kepada Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, "Maukah aku kabarkan kepada kalian berdua tentang sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta. Apabila kalian beranjak ke tempat tidur hendaklah bertakbir sebanyak 34 kali, bertasbih sebanyak 33 kali dan bertahmid sebanyak 33 kali. Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian berdua dibandingkan adanya seorang pembantu." (HR. al-Bukhari no. 3113 dan Muslim no. 2727)

6. Dzikir akan menjadi sebab kemenangan dan kebahagiaan.

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman apabila kalian bertemu musuh maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya (berdzikir dan berdoa) agar kamu beruntung." (al-Anfal: 4-5)

7. Dzikir merupakan sebab untuk meraih pahala dan ampunan dari dosa-dosa.

Allah berfirman, "Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (al-Ahzab: 35)

8. Dzikir akan menjadi sebab mendapatkan perlindungan bagi pelakunya nanti ketika menghadap Allah pada saat manusia dikumpulkan di padang mahsyar, yaitu pelakunya akan mendapatkan naungan Allah di saat tidak ada naungan sedikitpun pada hari itu kecuali naungan Allah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan AIlah." Di antaranya disebutkan, "…seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendirian kemudian meneteskan air matanya…". (HR. al-Bukhari no 660 dan Muslim no. 1031)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak (oleh Allah): orang yang berdzikir kepada Allah, orang yang terzhalimi dan pemimpin yang adil." (HR. al-Bukhari no. 8751, lihat ash-Shahihah no. 3374)

Apa yang kita uraikan di atas hanyalah sedikit di antara sekian banyak keajaiban dzikir. Bahkan al-Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Wabilush Shayyib telah menguraikan berbagai keajaiban dzikir lebih dari 100 keajaiban.
Al-Imam Ibnu Katsir asy-Syafi'i berkata, "Dan sungguh para ulama telah menulis dalam masalah dzikir terkait dengan dzikir petang dan pagi seperti an-Nasa'i, al-Ma'mari dan selain keduanya." (Tafsir Ibnu Katsir juz 6, hlm. 433)
Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang banyak berdzikir kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Wallahu a'lam bish shawab.

Penulis:
Ustadz Abu Abdirrahman Muhammad Rifqi

Buletin Al Ilmu Edisi No. 29/VIII/XIII/1436 H

###

MARI BERDZIKIR KEPADA ALLAH

Dzikrullah, menyebut nama-nama Allah yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi merupakan suatu ibadah agung yang tak ternilai balasannya. Lisan yang selalu basah dengan dzikrullah, membaca tasbih, takbir ataupun tahlil, yang disertai dengan hati yang khusyu’ akan membuahkan hasil yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata dan tak terbetik pula oleh bayangan manusia. Hatinya semakin tuma’ninah (tenang dan lapang), dipenuhi rahmat dan taufiq dari Allah. Sehingga ia mampu menghadapi semua problematika hidup ini dengan dada yang lapang dan hati yang sabar sambil mengharap keridhaan Allah. Bukankah Allah telah berfirman (artinya):
“Bukankah dengan berdzikir kepada Allah menjadikan hati itu tuma’ninah?” (Ar Ra’ad: 28)

Bersama kajian kita kali ini, akan dipaparkan tentang urgensi (pentingnya) dzikrullah (berdzikir kepada Allah) berdasarkan Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.

Kebutuhan Dzikrullah

Kebutuhan seorang hamba kepada dzikrullah bagaikan tubuhnya yang selalu butuh kepada makan dan minum. Bila ia lupa dari dzikrullah, maka pada hakekatnya ia dalam keadaan mati. Hatinya mati untuk mengagungkan kebesaran penciptanya dan mensucikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Penglihatan dan pendengarannya tiada berfungsi (mati) untuk mengagungkan ayat-ayat kauniyah (kesempurnaan penciptaan alam semesta) dan memperhatikan ayat-ayat syar’iyah (kesempurnaan hukum-hukum Allah). Dia berjalan dalam keadaan gelap gulita yang tiada dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Tenggelam dalam kekufuran, kezhaliman, kemaksiatan dan kebodohan, yang ia sadari maupun tanpa ia sadari. Sehingga pada hakekatnya ia adalah mati disebabkan lalai dari dzikir kepada Allah, seperti halnya ikan akan mati disebabkan kekeringan. Demikianlah yang ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya (artinya):
“Dan apakah orang yang sudah mati (sebelum mendapat hidayah dan taufiq dari Allah -pent) kemudian Kami hidupkan, lalu Kami berikan kepadanya cahaya yang terang (cahaya ilmu dan iman -pent), maka dengan cahaya tersebut ia bisa berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita (tenggelam dalam kekufuran, kezhaliman dan kemaksiatan) yang sekali-kali ia tidak dapat ke luar darinya?” (Al An’am: 122)

Demikian pula Rasulullah juga menegaskan di dalam sabdanya:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَ الَّذِي لاَيَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَ الْمَيِّتِ
“Permisalan orang yang berdzikir kepada Rabb-NYa dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (H.R. Al Bukhari: 6407 dari Abu Musa Al Asy’ari)

Bahkan Rasulullah menegaskan pula, bahwa rumah yang kosong dari dzikrullah ibarat rumah yang dihuni oleh orang mati. Sebagaimana beliau bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَيُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan rumah yang digunakan berdzikir pada Allah di dalamnya dan rumah yang tidak digunakan berdzikir pada Allah di dalamnya, seperti orang hidup dan orang yang mati.” (HR Muslim: 779 dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri)

Kewajiban Dzikrullah

Para pembaca, demikianlah kebutuhan seorang hamba terhadap dzikrullah, atas dasar itulah Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Di dalam Al Qur’anul Karim sangatlah banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah dzikrullah. Diantaranya perintah dzikrullah secara mutlaq, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun kedaannya, maka ia hendaknya selalu berdzikir kepada Allah. Sebagaimana firman Allah (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kalian kepada Allah dengan dzikir yang banyak dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan sore hari. Dia-lah yang memberi rahmat kepada kalian dan malaikat-Nya (memohonkan ampun untuk kalian) supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).” (Al Ahzab: 41)

Di dalam ayat-ayat Al Qur’an yang lain Allah juga memerintahkan dzikrullah tetapi dikaitkan dengan ibadah-ibadah besar yang lainnya. Maka perhatikanlah ayat-ayat Allah berikut ini:

1. Perintah dzikrullah setelah menunaikan shalat.

Allah berfirman (artinya):
“Jika kalian telah menunaikan shalat maka berdzikirlah kepada Allah sambil berdiri, duduk atau sambil berbaring di atas sisi kalian.” (An Nisa’: 103)

2. Perintah dzikrullah setelah menunaikan shaum (puasa).

Allah berfirman (artinya):
“Dan sempurnakanlah hitungan puasamu dan bertakbirlah kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan kepadamu agar kalian semua bersyukur.” (Al Baqarah: 185)

3. Perintah dzikrullah setelah menunaikan haji.

Allah berfirman (artinya):
“Jika kalian telah selesai menunaikan manasik haji kalian maka berdzikirlah kepada Allah, sebagaimana kalian mengingat (membangga-banggakan kebesaran) moyang-moyang kalian atau bahkan berdzikirlah lebih dari itu kepada Allah.” (Al Baqarah: 200)

4. Perintah dzikrullah disaat berjihad fii sabilillah.

Allah berfirman (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman jika kalian bertemu kelompok musuh, kokohkanlah diri-diri kalian dan perbanyaklah berdzikir mengingat Allah, agar kalian beruntung.” (Al Anfal: 45)

5. Perintah dzikrullah di dalam segala aktivitas untuk mencari karunia Allah.

Allah berfirman (artinya):
“Jika shalat jum’at telah ditunaikan, maka menyebarlah di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan perbanyaklah berdzikir kepada Allah agar kalian mendapatkan keberuntungan.” (Al Jumu’ah: 10)

Sehingga ibadah dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Sebagaimana firman Allah (artinya):
“Dan sungguh berdzikir kepada Allah adalah yang terbesar.” (Al Ankabut: 45)

Ayat diatas menerangkan bahwa dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Walaupun demikian, hal ini tidaklah bertentangan dengan dalil-dalil yang menerangkan bahwa ibadah shalat, shaum, haji merupakan ibadah yang amat besar pula, bahkan jihad sebagai puncak tertinggi amalan di dalam Islam. Karena tujuan ibadah itu pada hakekatnya untuk berdzikir kepada Allah. Dan ruh amalan-amalan ibadah itu adalah dzikrullah. Sehingga suatu ibadah yang diiringi dengan dzikrullah itu lebih besar daripada ibadah yang kosong dari dzikrullah. Oleh karena itu Allah berfirman: “Dan dirikanlah shalat dalam rangka untuk mengingat-Ku.” (Thaaha: 14)

Hakekat Dzikrullah

Hakekat dzikrullah akan membuahkan bagi hamba kesiapan untuk tunduk dan pasrah dalam menerima (melaksanakan) syari’at-syari’at-Nya serta selalu berupaya untuk mencari al haq (kebenaran). Bila ada seseorang yang lisannya senantiasa basah dengan dzikrullah tetapi perbuatannya malah banyak melanggar syari’at Allah dan enggan untuk mencari kebenaran, maka sesungguhnya ia masih belum memahami arti dzikrullah dengan sebenar-benarnya. Padahal Allah berfirman (artinya):
“Dan berdzikirlah mengingat Tuhanmu pada dirimu dengan penuh harap akan surga-Nya dan penuh rasa cemas akan siksa-Nya.” (Al A’raf: 205)

Di dalam ayat di atas Allah memerintahakan berdzikir dengan disertai raja’ (penuh harap) akan surga-Nya dan khauf (penuh rasa cemas) akan siksa-Nya. Bagaimana ia berharap akan masuk al jannah (surga), sementara ia masih melalaikan/meninggalkan amalan-amalan yang diwajbkan kepadanya? Dan bagaimana pula ia takut dari siksa-Nya yang amat pedih, sementara ia masih melakukan perbuatan-perbuatan keji yang justru akan memasukkannya ke dalam an-naar (neraka)?

Buah Dari Berdzikir

Dzikrullah memiliki keutamaan yang sangat banyak sekali. Bahkan Al Imam Ibnul Qayyim di dalam kitabnya Ighatsatul lahfan menyatakan bahwa keutamaan dari dzikirullah bisa mencapai seratus lebih. Diantara keutamaan berdzikir, sebagai berikut:

1. Menenangkan jiwa dan menguatkan hati.

2. Meraih keberuntungan di dunia dan akhirat.

3. Mengusir syaithan dan mengenyahkannya.

4. Mendapatkan ampunan dan balasan yang besar dari Allah.

Allah berfirman (artinya):
“Dan laki-laki maupun para wanita yang banyak berdzikir kepada Allah, sungguh Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab: 35)

Rasulullah bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ اَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ، قَالُوا: بَلى يَارَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kalian bila aku kabarkan tentang sebaik-baiknya amalan dan yang paling suci di sisi Penguasa Kalian (Allah), yang paling meninggikan derajat kalian, lebih baik daripada infaq emas maupun perak, bahkan lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh kemudian kalian menebas leher-leher mereka atau mereka yang menebas leher-leher kalian? Para sahabat seraya menjawab: “Tentu, Wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah berkata: “Dzikrullah.”(H.R. At Tirmidzi no. 3377, lihat Shahih At Tirmidzi 3/139 dari sahabat Abu Dzar)

“Barangsiapa mengucapkan:
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
seratus kali dalam sehari, maka dia mendapat pahala seperti pahala membebaskan sepuluh budak, ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan seratus keburukan, perlindungan dari gangguan setan pada hari itu hingga petang hari, dan tidak ada seseorang yang membawa sesuatu yang lebih utama daripada yang dibawa orang itu, kecuali orang yang melakukannya lebih banyak lagi. Barangsiapa yang mengucapkan سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ seratus kali dalam sehari, maka akan dihapuskan dosa-dosanya sekalipun dosa-dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R. Muslim no. 2691 dari sahabat Abu Hurairah)

Dan masih banyak lagi keutamaan dzikir-dzikir lainnya yang dituntunkan di dalam hadits-hadits yang shahih.

5. Senantiasa diingat oleh Allah.

Allah berfirman (artinya):
“Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Al Baqarah: 152)

Peringatan dari Lalai Berdzikir kepada Allah

Setelah kita mengetahui betapa besar urgensinya dzikrullah bagi seorang hamba dan bahkan merupakan perintah dari Allah, maka melalaikan dzikrullah merupakan perkara yang dilarang pula oleh-Nya. Bahkan Allah memberitakan tentang kerugian besar bagi orang yang melalaikan dzikir dan tersibukkan dengan selainnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai harta dan anak-anakmu melalaikan kalian dari berdzikir kepada Allah, dan siapa yang melakukan hal itu, maka mereka adalah orang-orang yang merugi.” (Al Munafiqun: 9)
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpun pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Rabbi, mengapa Engkau menghimpunku dalam kedaan buta padahal aku dahulunya dapat melihat.” Allah berfirman: “Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula hari ini kamupun dilupakan.” (Thaaha: 124-126)

Rasulullah bersabda:
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةً وَمَنِ اضْطَجَعَ مُضْطَجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةً
“Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis dalam keadaan tidak berdzikir kepada Allah, maka hal itu menjadi pengurang dan kerugian dari Allah terhadapnya. Dan barangsiapa yang berbaring di atas pembaringan dalam keadaan tidak berdzikir kepada-Nya, maka hal itu menjadi pengurang dan kerugian dari Allah terhadapnya.” (H.R. Abu Dawud no. 4856, lihat Shahihul Jami’ 5/342 dari sahabat Abu Hurairah)

Akhir kata, mudah-mudahan tulisan yang singkat ini dapat menumbuhkan dan memperkokoh dzikir kita kepada Allah dan mendorong kita untuk terus mempelajari dzikir-dzikir yang terdapat dalam hadits-hadits Rasulullah yang shahih.

http://buletin-alilmu.net/2006/09/19/mari-berdzikir-kepada-allah/

Tentang MELAKUKAN SALAT KETIKA TERTIMPA PERMASALAHAN PENTING, KESEDIHAN, DAN KESUSAHAN

Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan minta tolonglah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya itu berat (dilakukan) kecuali oleh orang-orang yang khusyu’. (Q.S al-Baqoroh ayat 45)
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى
Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu beliau berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam jika ditimpa permasalahan penting; kesedihan; kesusahan, beliau melakukan sholat. (H.R Abu Dawud, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

Sahabat Nabi Ibnu Abbas radhiyallahu anhu juga pernah mendapat berita duka meninggalnya saudaranya, Qutsam saat beliau dalam perjalanan. Kemudian beliau berhenti sejenak untuk sholat sunnah karena kesedihan itu kemudian melanjutkan perjalanan.
عَنْ عُيَيْنَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمن، عَنْ أَبِيْهِ: أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ نُعِيَ إِلَيْهِ أَخُوْهُ قُثَم وَهُوَ فِي سَفَرٍ، فَاسْتَرْجَعَ، ثُمَّ تَنَحَّى عَنِ الطَّرِيْقِ، فَأَناَخَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أَطَالَ فِيْهِمَا الْجُلُوْسَ، ثُمَّ قَامَ يَمْشِي إِلَى رَاحِلَتِهِ وَهُوَ يَقُوْلُ: وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dari Uyainah bin Abdirrohman dari ayahnya bahwa Ibnu Abbas pernah diberi kabar meninggalnya saudara laki-lakinya (yang bernama) Qutsam pada saat beliau sedang dalam perjalanan safar. Kemudian Ibnu Abbas beristirja’ (mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun) kemudian menepi di pinggir jalan, mengikat kendaraannya kemudian sholat dua rokaat, memanjangkan waktu duduknya. Kemudian beliau bangkit menuju kendaraannya sambil membaca (ayat):
Dan minta tolonglah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya itu berat (dilakukan) kecuali oleh orang-orang yang khusyu’. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya dan Said bin Manshur, dihasankan sanadnya oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:
Jika engkau ditimpa sesuatu hal yang membutuhkan kesabaran, bersabarlah dan kuatkanlah diri untuk menanggungnya. Ketahuilah sesungguhnya pertolongan (akan datang) bersama kesabaran dan sesungguhnya jalan keluar bersama kesempitan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sedangkan sholat akan menolong (menyelesaikan permasalahan) Dien maupun duniawi. Sehingga Rasul shollallahu alaihi wasallam disebutkan bahwa jika beliau dirundung permasalahan atau kesedihan (hazabahu amr), maka beliau bersegera menuju sholat. Allah menjelaskan dalam KitabNya bahwa sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Jika seseorang meminta pertolongan dengan sholat terhadap permasalahan yang dihadapinya, Allah akan memberikan kemudahan. Karena sholat adalah penghubung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang berdiri di hadapan Allah, bermunajat (berbisik), berdoa, mendekatkan diri kepadaNya dengan berbagai taqorrub yang ada dalam sholat, maka ini menjadi sebab datangnya pertolongan. (Syarh Riyaadish Sholihiin libni Utsaimin 1/29)

Salafy .or .id

Tentang PUASA RAMADAN 28 HARI

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz رحمه الله

Pertanyaan:
هل يجوز صيام 28 يوماً فقط من شهر رمضان؟
Apakah diperbolehkan menunaikan puasa Ramadhan hanya 28 hari saja?

Jawaban:
ثبت في الأحاديث الصحيحة المستفيضة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الشهر لا ينقص عن تسعة وعشرين يوماً ومتى ثبت دخول شهر شوال بالبينة الشرعية بعد صيام المسلمين ثمانية وعشرين يوماً فإنه يتعين أن يكونوا أفطروا اليوم الأول من رمضان فعليهم قضاؤه؛ لأنه لا يمكن أن يكون الشهر ثمانية وعشرين يوماً وإنما الشهر تسعة وعشرون يوماً أو ثلاثون
Telah pasti di dalam berbagai hadits yang shahih lagi banyak dari Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bahwa hitungan bulan itu tidak kurang dari 29 hari.
Dan ketika telah tetap, dengan bukti yang syari bahwa bulan syawal itu telah masuk setelah kaum muslimin baru menunaikan puasa 28 hari, maka dapat dipastikan bahwa mereka telah berbuka di hari pertama Ramadhannya sehingga wajib atas mereka mengqadhanya. Karena tidak mungkin hitungan bulan itu hanya 28 hari. Bulan itu hanyalah 29 atau 30 hari saja.

Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/420

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

Tentang PUASA RAMADAN 31 HARI

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz رحمه الله

Pertanyaan: 
سماحة الشيخ ما حكم الشخص الذي صام أول الشهر بالمملكة ثم سافر إلى بلد تأخر عنا في دخول الشهر هل يصوم واحداً وثلاثين يوماً؟
Samahatusy Syaikh, Apa hukum seorang yang berpuasa pada awal bulan di Kerajaan Saudi kemudian ia safar ke suatu negeri yang di sana penentuan masuk bulan Ramadhannya terlambat dari Saudi. Apakah ia berpuasa 31 hari?

Jawaban:
يصوم معهم ويفطر معهم ولو زادت أيامه؛ للحديث السابق: الصوم يوم تصومون، والفطر يوم تفطرون
Ia berpuasa bersama mereka dan berbuka (berhari raya) bersama mereka, meskipun bertambah bilangan puasanya. Berdasarkan hadits yang telah lalu:
الصوم يوم تصومون والفطر يوم تفطرون
Puasa itu pada hari kalian berpuasa dan berbuka itu pada hari kalian berbuka. (HR at-Tirmidzi di as-shaum bab ma jaa fish shaum yauma tashumuun no. 697)

Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/418

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

Tentang DUDUK MENGHADAP KHATIB KETIKA MENDENGARKAN KHUTBAH

Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله

Beliau berkata:
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على النبي الكريم محمد صلى الله عليه وسلم، وبعد
Segala pujian kesempurnaan hanya bagi Allah Rabb semesta alam. Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi yang mulia, Muhammad shallallahualaihi wasallam. Wa badu:
عن مطيع بن الحكم رضي الله عنه؛ أن النبي صلى الله عيه وسلم: (كان إذا صعد المنبر؛ أقبلنا بوجوهنا إليه) صحيح، الصحيحة برقم (2080). هذا وقد أورد البخاري الحديث في باب يستقبل الإمام القوم، واستقبال الناس الإمام إذا خطب، واستقبل ابن عمر وأنس رضي الله عنهم الإمام. ثم أسند تحته حديث أبي سعيد
Dari Muthi bin Al-Hakiim radhiyaallahu anhu:
Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam dahulu jika beliau naik mimbar, kami menghadapkan wajah-wajah kami kepada beliau. (Shahih, dalam As-Shahiihah no 2080)
Al-Imam Al-Bukhary telah membawakan hadits ini dalam Bab Menghadapnya Imam kepada jamaah, dan menghadapnya Jamaah kepada Imam ketika khutbah. Dan Ibnu Umar dan Anas radhiyallahu anhum menghadap imam. Kemudian beliau menyertakan hadits Abu Said radhiyallahu anhu setelahnya.
قال الحافظ في الفتح {2/402}: وقد استنبط المصنف من الحديث مقصود الترجمة، ووجه الدلالة منه أن جلوسهم حوله لسماع كلامه يقتضي نظرهم إليه غالبا، ولا يعكر على ذلك ما تقدم من القيام في الخطبة؛ لأن هذا محمول على أنه كان يتحدث وهو جالس على مكان عال وهم جلوس أسفل منه، وإذا كان ذلك في غير حال الخطبة كان حال الخطبة أولى؛ لورود الأمر بالاستماع لها، والإنصات عندها
Al-Hafizh dalam Fathul Baary 2/402 berkata: Penulis telah beristimbat dari hadits ini, maksud dari Isi Bab. Sisi pendalilannya, bahwasanya duduknya mereka (para shahabat) di sekeliling beliau untuk mendengarkan perkataan beliau, mengharuskan mereka melihat beliau secara keumuman. Tidak menutup kemungkinan ketika itu beliau berdiri ketika khutbah. Karena (hadits) ini ada kemungkinan kalau beliau sedang berbicara sambil duduk di tempat yang tinggi dan para shahabat duduk di tempat yang lebih rendah dari beliau.
Dan jika hal itu dilakukan pada selain khutbah, maka ketika khutbah tentu lebih utama, karena di sana ada perintah untuk mendengarkan khutbah dan diam ketika itu.
قال: من حكمة استقبالهم للإمام التهيؤ لسماع كلامه، وسلوك الأدب معه في استماع كلامه، فإذا استقبله بوجهه وأقبل عليه بحسده وبقلبه وحضور ذهنه؛ كان أدعى لتفهم موعظته، وموافقته فيما شرع له القيام لأجله
Beliau berkata:
Di antara hikmah disyariatkannya menghadap Imam adalah: Agar mempersiapkan diri mendengarkan perkataan Imam, menunaikan adab terhadap Imam ketika mendengarkan kalamnya. Maka jika menghadap imam dengan wajah dan menghadapkan badannya, dengan hatinya mencurahkan konsentrasinya, maka ini lebih mengena dalam memahami nasihat imam. Dan mencocoki apa yang disyariatkan untuk ia tunaikan karenanya.

Rujukan:
As-Silsilah ash-Shahihah no. 2080

Sumber:
www .sahab .net/home/?p=43

Alih bahasa:
Ustadz Abu Hafs Umar حفظه الله

Forum Salafy Indonesia