Pertanyaan:
هل كان الأذان الأول في عهد عثمان رضي الله عنه يرفع قبل الأذان بنحو ساعة كما يفعل في بعض مساجد الجمعة عندنا ... أم أنه قريب من الأذان الثاني كما هو حاصل في الحرم
Apakah adzan pertama (pada hari jum'at) di masa Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu dikumandangkan sekitar satu jam sebelum adzan (kedua) seperti yang dilakukan pada sebagian masjid di tempat kami atau (adzan pertama) dikumandangkan mendekati adzan kedua seperti yang terjadi di Masjidil Haram?
Jawaban:
Berkata Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh hafidhahullahu ta'ala:
الذي يظهر أن عثمان رضي الله عنه لما سن الأذان الأول يوم الجمعة سنه لأجل تنبيه الناس وتذكيرهم ليوم الجمعة ليستعدوا ويتهيئوا بالغسل ويتخففوا من بيعهم فالذي يظهر أن وقته كان مبكرا. وفي بلادنا يضعون غالبا ساعة بين الأذان الأول والثاني. أما ما يفعل في الحرمين من كون الأذان الأول والثاني ليس بينهما سوى دقائق فشيخ الإسلام ابن تيمية يقول هذا غير مشروع ويرى أن هذا لا يؤذي غرضه فإن هذا الأذان الأول والثاني متقاربان ما هناك شيء ينفع لأنه يؤذن ثم يقومون فيصلون ثم يؤذن الثاني
Yang dhahir, bahwa Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu ketika menerapkan adanya adzan pertama hari jum'at dalam rangka mengingatkan kaum muslimin akan hari jum'at agar supaya mereka bersiap-siap untuk mandi dan menyegerakan jual-beli mereka. Dan yang dhahir, (waktu adzan pertama) itu di waktu pagi. Dan di negeri kami kebanyakan menetapkan satu jam jarak antara adzan pertama dan kedua. Adapun yang dilakukan di Masjidil Haram dimana adzan pertama dan kedua, tidak ada jarak kecuali beberapa menit saja, maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa HAL INI TIDAK DISYARIATKAN, dan beliau memandang bahwa hal itu tidak mengantarkan kepada yang dimaksud karena jarak antara adzan pertama dan kedua yang sangat berdekatan, sehingga tidak ada sesuatu yang memberikan manfaat, karena ketika selesai dikumandangkan adzan (pertama) lalu berdiri untuk shalat maka dikumandangkanlah adzan kedua.
وشيخ الإسلام يبحث موضوع قيام المصلين في الحرم إذا جاؤوا قبل الوقت وصلوا تحية المسجد وما يسر الله ثم جلسوا يتلون القرآن ويذكرون الله وينتظرون الصلاة أذن الأذان الأول فقام الناس يصلون يقول هذه الصلاة لا أصل لها لمن صلى وجلس وأما المواصل فلا شيء عليه لأن الجمعة لا صلاة لها قبلها وإنما السنة لها أن تكون بعدها فالسنة أن يكون بين الأذان الأول والثاني مقدار ما يحصل به التنبيه
Syaikh Islam membahas permasalahan berdirinya kaum muslimin di Masjidil Haram pada saat mereka datang sebelum waktunya, kemudian mereka shalat tahiyatul masjid dan mengerjakan amalan apa saja yang Allah berikan kemudahan lalu duduk membaca Al quran, berdzikir kepada Allah sambil menunggu tibanya waktu shalat, maka ketika dikumandangkan adzan pertama, maka mereka berdiri untuk mengerjakan shalat, maka shalat yang seperti ini, kata Syaikhul Islam TIDAK ADA ASALNYA, yaitu bagi seseorang yang shalat dan duduk. Adapun orang yang menyambung shalatnya (tahiyatul masjid) maka tidak mengapa, karena tidak ada shalat sunnah (khusus) jum'at, dan yang sunnah adalah setelah shalat jum'at. Sehingga yang sesuai sunnah adalah dimana jarak antara adzan pertama dan kedua adalah sebatas waktu yang kaum muslimin perhatian dan memungkinkan untuk melakukan persiapan menghadiri shalat jum'at.
وهيئة كبار العلماء قد أرشدوا إلى أن يكون أذان الحرمين الأول والثاني أن يكون بينها وقت مناسب يؤخذ بالتدريج
Dan Haiah Kibarul Ulama sudah mengarahkan agar supaya adzan di Haramain dilakukan dengan adanya jarak yang sesuai antara adzan pertama dan kedua yang diambil secara bertahap.
ونسأل الله أن يوفق الجميع لما فيه الخير
Kita memohon kepada Allah agar senantiasa memberikan taufik kepada kita sekalian terhadap perkara-perkara kebaikan.
Juga Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullahu ditanya:
ألاحظ أثناء صلاة الجمعة في الحرمين الشريفين قيام بعض المصلين لأداء ركعتين بعد فراغ المؤذن من النداء للأذان الأول أرجو من سماحة الوالد بيان الحق في هذا الفعل
Saya memperhatikan dipertengahan shalat jum'at di Masjidil Haram adanya sebagian kaum muslimin berdiri untuk melaksanakan shalat dua rakaat setelah selesai adzan yang pertama, saya berharap Syaikh bisa menjelaskan kebenaran tentang amalan ini?
جزاكم الله خيرا وأطال عمركم على طاعته
Semoga membalasmu dengan kebaikan dan memanjangkan umur di atas ketaatan kepada-Nya.
Jawaban:
لا أعلم في الأدلة الشرعية ما يدل على استحباب هاتين الركعتين لأن الأذان المذكور إنما أحدثه عثمان بن عفان رضي الله عنه في خلافته لما كثر الناس في المدينة أراد بذلك تنبيههم على أن اليوم يوم الجمعة وتبعه الصحابة في ذلك ومنهم علي رضي الله عنه واستقر بذلك كونه سنة لقول النبي صلى الله عليه وسلم: عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ
Saya tidak mengetahui adanya dalil-dalil syar'i yang menunjukkan dianjurkannya (mustahab) mengerjakan shalat dua rakaat tersebut, karena sesungguhnya adzan yang disebutkan, itu dimunculkan di zaman Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu di masa kekhilafahannya dikarenakan jumlah kaum muslimin yang bertambah banyak di kota Madinah. Di mana beliau melakukan hal itu, dalam rangka mengingatkan kaum muslimin bahwa hari itu adalah hari jum'at, dan hal ini (adanya adzan pertama hari jum'at) itu diikuti oleh para sahabat yang lain, diantara mereka adalah Ali bin Abu Thalib, dan hal itu telah ditetapkan sebagai amalan sunnah, berdasarkan hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ
"Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya para khalifah yang terbimbing dan mendapatkan hidayah Allah, dan komitmenlah kalian dengan sunnah tersebut serta gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian."
وقد ذهب بعض أهل العلم إلى شرعية الركعتين بعد هذا الأذان. لعموم قول النبي صلى الله عليه وسلم: بين كل أذانين صلاة بين كل أذانين صلاة. ثم قال في الثالثة: لمن شاء
Meskipun ada sebagian para ulama berpendapat disyari'atkannya shalat dua rakaat setelah adzan ini (adzan pertama) berdasarkan keumuman hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
بين كل أذانين صلاة بين كل أذانين الصلاة
"Antara dua adzan ada shalat, antara dua adzan ada shalat."
Kemudian Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengatakan yang ketiga:
لمن شاء
"Bagi siapa siapa yang menghendaki."
والأظهر عندي أن الأذان المذكور لا يدخل في ذلك. لأن مراد النبي صلى الله عليه وسلم بالأذانين: الأذان والإقامة فيما عدا يوم الجمعة أما يوم الجمعة فإن المشروع للجماعة أن يستعدوا لسماع الخطبة بعد الأذان، والله ولي التوفيق
Namun yang nampak bagi saya bahwa adzan yang disebutkan (adzan pertama) tidak masuk dalam hadits tersebut, karena yang dimaksudkan Nabi shallallahu'alaihi wasallam dengan dua adzan adalah adzan dan iqamah selain hari jum'at, adapun hari jum'at maka yang disyari'atkan bagi kaum muslimin adalah mempersiapkan diri untuk mendengarkan khutbah setelah adzan.
Wabillahi taufik.
(Majmu' Fatawa wa Rasaail Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz Jilid ke-12)
Alih bahasa: Al Ustadz Abdul Haq Balikpapan hafizhahullah
TIS (Thalab Ilmu Syar'i)
###
Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry حفظه الله
Pertanyaan:
بارك الله فيكم شيخنا، يقول: هل يشرع الرد أو المتابعة مع المؤذن في الاذآن الثاني في الجمعة؟
Semoga Allah memberikan barakah kepada Anda wahai Syaikh kami. Penanya berkata: Apakah disyariatkan menjawab atau mengikuti ucapan muadzin di dalam adzan kedua pada hari jumat?
Jawaban:
لا فرق في الأذان الأول والثاني في أمره صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بالمتابعة قال عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ-: إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ وهذا عام
Tidak ada perbedaan pada adzan pertama maupun kedua di dalam perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Bila kalian mendengar muadzin, ucapkanlah seperti yang diucapkannya. Ucapan beliau ini bersifat umum.
Sumber:
ar .miraath .net/fatwah/11096
Alih bahasa: BBM Qonitah Menyapa
Forum Salafy Indonesia