Cari Blog Ini

Selasa, 23 Juni 2015

Tentang UANG PENSIUN

Soal:
Seseorang yang sudah tidak bekerja lagi mendapatkan gaji tiap bulan sampai bulan keempat. Bolehkah ia mempergunakan uang gaji tersebut?

Jawab:
Jika dari pemerintah atau perusahaan sebagai subsidi, diperbolehkan. Namun, apabila bukan subsidi, tetapi gaji bulanan atas pekerjaan kita (yang ternyata kita sudah tidak bekerja), tidak boleh diambil. Jika dari asuransi, dirinci lagi. Jika dari uang gaji kita yang dipotong tiap bulan, boleh diambil sejumlah nominal gaji saja; tetapi jika dari selain itu, lebih baik tidak diambil karena bukan hak kita.
(al-Ustadz Muhammad Afifuddin)

Sumber: Asy Syariah Edisi 083

Tentang BEKERJA DI KANTOR PAJAK

Soal:
Apa penyebab haramnya bekerja di kantor pajak?

Jawab:
Pajak dihukumi haram, karena:
1. Memakan harta sesama muslim dengan cara yang batil.
2. Tidak berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah, dan pemahaman salaf.
3. Tasyabbuh perbuatan orang-orang kafir dan pemerintah zalim.
4. Pajak di zaman salaf diterapkan terhadap orang kafir, bukan terhadap muslim. Selain itu, terdapat hadits yang menunjukkan bahwa pajak termasuk dosa besar. Lihat halaman 41 majalah edisi ini pada akhir hadits yang menyebutkan kisah wanita Ghamidiyah yang meminta agar dirinya dirajam karena telah berzina.
Ada kitab khusus yang membahas tentang pajak, ditulis oleh Fahd Nahsyali al-‘Adani, dan diberi pendahuluan oleh asy-Syaikh Muhammad al-Imam.
(al-Ustadz Muhammad Afifuddin)

Sumber: Asy Syariah Edisi 083

Tentang MEMBAYAR PAJAK

Soal:
Bagaimana hukum orang yang membayar pajak karena terpaksa? Sebab, kita akan diberi sanksi kalau tidak membayar.

Jawab:
Dengan kondisi seperti di negara kita, mau tidak mau kita harus membayar pajak. Oleh karena itu, lakukan demi meredam fitnah; sedangkan dosanya ditanggung oleh pihak yang mewajibkan.
(al-Ustadz Muhammad Afifuddin)

Sumber: Asy Syariah Edisi 083

Tentang IBU YANG TIDAK MAU MEMBERIKAN ASI KEPADA ANAKNYA

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa dalam mimpi beliau melihat azab sebagian pelaku maksiat. Di antara yang beliau lihat,
ثم انطلق بي، فإذا أنا بنساء ينهش ثديهن الحيات، قلت: ما بال هؤلاء؟! قيل: هؤلاء اللاتي يمنعن أولادهن ألبانهن
“Kemudian aku dibawa pergi. Tiba-tiba aku melihat para wanita yang buah dadanya dilahap oleh ular-ular. Aku bertanya, ‘Ada apa dengan mereka itu?’ Dijawab, ‘Mereka adalah para wanita yang menghalangi anak-anak mereka dari air susu mereka’.”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, dan dinyatakan sahih oleh al-Allamah al-Albani dalam Shahihul Mawarid (no. 1509).

Al-Albani memberi keterangan,
فيه تنبيه قوي على تحريم ما تفعله بعض الزوجات من إرضاعهن أولادهن الإرضاع الصناعي، من غير عذر شرعي، محافظة منهن على نهود أثدائهن تشبهاً منهن بالكافرات أو الفاسقات
“Dalam hadits ini ada peringatan yang keras tentang haramnya perbuatan sebagian ibu yang memberi susu kepada anak mereka dengan susu buatan, tanpa ada alasan yang syar’i. Mereka melakukan hal itu untuk menjaga buah dada mereka agar tetap kencang. Hal ini mereka lakukan karena tasyabbuh (menyerupai) perbuatan para wanita kafir dan fasik.”

Oleh karena itu, hendaknya para wanita bersemangat menyusui anak-anak mereka dengan ASI, semampu mereka.

Sumber:
www .sahab .net/forums/index .php?showtopic=152370#entry712365

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

Tentang BUKA PUASA BERSAMA

Fatwa Lajnah Daimah

Pertanyaan: 
سمعت من بعض الإخوة أن الإفطار الجماعي – أكان ذلك في شهر رمضان أو في صيام النافلة – بدعة. فهل هذا صحيح؟
Saya mendengar dari sebagian ikhwah bahwa acara buka bersama baik di bulan Ramadhan atau pada puasa sunnah adalah perkara bidah.
Apakah ini benar?

Jawaban:
لا بأس بالإفطار جماعيًّا في رمضان وفي غيره، ما لم يعتقد هذا الاجتماع عبادة؛ لقوله تعالى:  لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا، لكن إن خيف بالإفطار جماعيًّا في النافلة الرياء والسمعة لتميز الصائمين عن غيرهم كره لهم بذلك
Tidak mengapa untuk berbuka bersama baik pada bulan Ramadhan atau selainnya, selama tidak meyakininya sebagai sebuah ibadah.
Sebagaimana firman Allah:
Tidak ada dosa bagi kalian untuk makan bersama-sama ataupun secara terpisah.
Akan tetapi, untuk puasa sunnah, jika dikhawatirkan timbulnya riya dan sumah yang membedakan antara orang-orang yang berpuasa dan tidak dengan adanya buka bersama tersebut, maka ini dimakruhkan.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Wabillahi taufiq wasallallohu ala nabiyina muhammad wa ala alihi wasahbihi wasallam.

Lajnah daimah lilbuhuts ilmiyah wal ifta.
Ketua:
- Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Anggota:
- Abdul Aziz alu Syaikh,  
- Bakr Abu Zaid,  
- Abdullah Gudyan,  
- Sholeh al Fauzan
(Fatwa no: 15.616 jilid: 9 Hal: 35)

Sumber: 
www .alifta .net/fatawa/fatawaDetails .aspx?BookID=3View=PagePageNo=4PageID=13573

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

Tentang SALAT TARAWIH EMPAT RAKAAT DENGAN SEKALI SALAM

Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah

Pertanyaan: 
Ini pertanyaan dari situs Miratsul Anbiya:
هل تجوز صلاة التراويح بتسليمة واحدة أربع ركعات يعني أربع ركعات ويسلم بتسليمة؟
Bolehkah shalat tarawih empat rakaat dengan sekali salam?

Jawaban:
لأ، لا يصح ذلك؛ وإن كان قد حصل قبل ليلتين في المسجد النبوي ويحصل أحيانًا، والحق أن الصلاة أربع ركعات بسلاٍم واحد باطلة؛ وذلك لأن عائشة أم المؤمنين-رضي الله تعالى عنها- تقول: ((مَا كَانَ النَّبِيُّ، عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ، يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلا غَيْرِهِ عَنْ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، فَيُصَلِّي أَرْبَعًا فَلا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثًا)) فقولها: ((أَرْبَعًا فَلا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ)) المراد الوصف لهذه الأربع الركعتين فالركعتين؛
Tidak, itu tidak benar/sah, meskipun hal itu terjadi dua malam yang lalu di Masjid Nabawi dan dilakukan sesekali.
Yang benar, shalat (tarawih) empat rakaat dengan sekali salam hukumnya batil (tidak sah).
Sebab, Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu anha mengatakan, “Nabi shallallahu alaihi wasallam tidaklah menambah shalat (malam) pada bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagusnya dan lamanya. Setelah itu, beliau shalat 3 rakaat.”
Ucapan Aisyah, “Beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagusnya dan lamanya…,” yang dimaksud dengan 4 rakaat di sini ialah dilakukan 2 rakaat, 2 rakaat.
قد يقول قائل: من أين جئت بهذا؟! نقول له: من حديثها نفسها فإن حديث هذا متفق عليه وحديثها عند مسلم جاءت فيه: (( أربعًا يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ)) فوجب حمل هذا المطلق على المقيد ؛وجب حمل هذا العام على الخاص، فحديث مسلم أربعًا تقول: ((فَلا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ)) فإذا كان يسلم من كل ركعتين فهو تفسير للحديث المطلق فحينئذٍ لابد من التسليم من كل ركعتين؛ وحينئذٍ فيتوافق مع حديث ((صَلاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى)) فعادة الأربع على هذا الوصف يسلم من كل اثنتين وعادة يسلم من كل اثنتين هي قول -صلى الله عليه وسلم- صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى
Jika ada yang bertanya, “Dari mana engkau datangkan (pemaknaan) ini?”
Kita jawab kepadanya,
“Dari hadits Aisyah sendiri. Hadits yang (disebutkan di atas) ini adalah yang muttafaqun alaih (diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim). Adapun hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan, ‘… 4 rakaat, beliau salam setiap 2 rakaat.’
Maka dari itu, yang mutlak (yang diriwayatkan secara muttafaqun alaih) wajib dibawa kepada yang muqayyad (yang diriwayatkan oleh Muslim saja). (Lafadz) yang umum wajib dibawa kepada (lafadz) yang khusus.
Pada riwayat Muslim yang menyebutkan 4 rakaat, Aisyah mengatakan, “…jangan engkau tanya tentang bagusnya dan lamanya, beliau salam setiap 2 rakaat.”
Apabila Nabi shallallahu alaih wasallam salam setiap 2 rakaat, ini adalah tafsir bagi hadits yang (menyebutkan lafadz) mutlak. Oleh karena itu, diharuskan untuk memberi salam setiap 2 rakaat.
Jika demikian, pemahaman ini selaras dengan hadits, “Shalat malam itu 2 rakaat, 2 rakaat.”
Maka, 4 rakaat tersebut dilakukan dengan cara ini, yaitu salam setiap 2 rakaat. Kebiasaan salam setiap 2 rakaat ini adalah sabda beliau shallallahu alaihi wasallam, “Shalat malam dan siang hari 2 rakaat 2 rakaat.”
فلابد أن يسلم من كل اثنتين؛ فإذا قام إلى ذلك يجب عليه أن يرجع ويجلس كما لو قام في الفجر إلى ثالثة، يجب عليه أن يرجع ويجلس ويتشهد ثم يسجد للسهو ثم يسلم
Jadi, harus ada salam setiap 2 rakaat. Apabila seseorang bangkit (setelah 2 rakaat, tidak salam), dia wajib untuk duduk kembali. Hal ini sebagaimana ketika dalam shalat subuh, seseorang bangkit ke rakaat ke-3 maka dia wajib untuk duduk kembali, bertasyahud, kemudian sujud sahwi, baru melakukan salam.
وأما الحديث الذي في أبي داوود أربع بسلام فهذا شاذ مخالف للأحاديث الصحيحة؛ وإذا كان كذلك فرحم الله الإمام أحمد حينما قال: من قام إلى ثالثة في صلاة الليل فهو كمن قام إلى ثالثة في صلاة الفجر   إيش يعني؟! صلاته باطلة إن كان متعمدًا، وإن كان ناسيًا نُبه فيسجد للسهو، يتشهد ويسجد للسهو؛ ولو كان قد وقف يجب عليه أن يرجع ولو كان قد شرع في قراءة الفاتحة يجب عليه أن يرجع ثم يتشهد ويسلم هذا هو الصحيح في هذه المسألة
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (yang menyebutkan) 4 rakaat dengan sekali salam, ini adalah hadits yang syadz, menyelisihi hadits-hadits yang sahih.
Karena masalah ini memang demikian, semoga Allah merahmati al-Imam Ahmad ketika mengatakan, “Barang siapa bangkit ke rakaat ke-3 pada shalat malam, dia seperti bangkit ke rakaat ke-3 pada shalat subuh.”
Apa makna ucapan beliau ini? Shalatnya batal, apabila dia lakukan dengan sengaja. Apabila dia melakukannya karena lupa, dia diingatkan lalu melakukan sujud sahwi. Dia bertasyahud lalu melakukan sujud sahwi. Meskipun sudah berdiri, dia wajib duduk kembali. Walaupun sudah mulai membaca al-Fatihah, dia wajib duduk kembali, kemudian bertasyahud dan salam.
Inilah pendapat yang benar dalam masalah ini.

Sumber: 
ar .miraath .net/fatwah/4063

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia