Cari Blog Ini

Kamis, 12 Maret 2015

Tentang MAKMUM MASBUK

Pertanyaan:
Kami melihat banyak orang memasuki masjid ketika imam sedang rukuk. Bersamaan dengan ia melakukan takbiratul ihram *), imam mengucapkan sami’allahu liman hamidah. Orang ini tidak mungkin membaca tasbih dalam rukuknya. Apakah dia teranggap mendapatkan satu rakaat meskipun tidak sempat membaca tasbih, atau dia harus menambah satu rakaat lagi setelah imam salam?

Jawab:
Siapa yang melakukan takbiratul ihram ketika imam bangkit dari rukuk, rakaat tersebut tidak teranggap. Demikian pula orang yang takbiratul ihram lalu bertakbir untuk rukuk kemudian turun ke rukuk dalam keadaan imam bangkit dari rukuk, rakaatnya tidak teranggap. Sebab, dia tidak dapat menyertai imam saat rukuk dengan kadar yang cukup agar rakaat itu teranggap. Dia harus menambah satu rakaat sebagai penggantinya setelah imam salam. Siapa yang melakukan takbiratul ihram dan mendapatkan imam sedang rukuk, lantas ia pun rukuk dengan kadar yang cukup untuk melakukannya secara thuma’ninah, dia teranggap mendapatkan rakaat tersebut, menurut jumhur (mayoritas) ulama. Hal ini berdasarkan hadits,
ﺇِﺫّﺍ ﺟِﺌْﺘُﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﺳُﺠُﻮﺩٌ ﻓَﺎﺳْﺠُﺪُﻭﺍ ﻭَﻻَ ﺗَﻌُﺪُّﻭﻫَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺩْﺭَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻛْﻌَﺔَ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺩْﺭَﻙَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ
“Jika kalian mendatangi shalat dan kami sedang sujud, sujudlah, namun hal itu janganlah dihitung. Barang siapa mendapati rakaat tersebut berarti ia mendapatkan shalat.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak)
Demikian pula hadits,
ﻣَﻦْ ﺃَﺩْﺭَﻙَ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺩْﺭَﻙَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ
“Barang siapa mendapati satu rakaat, berarti ia telah mendapatkan shalat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.

Ketua: Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh;
Wakil: Abdur Razzaq Afifi;
Anggota: Abdullah bin Ghudayyan.

[Fatawa al-Lajnah, 7/316—317]

Sumber: Asy Syariah Edisi 087

*) Termasuk kesalahan dalam shalat adalah tidak takbiratul ihram bagi masbuk yang mendapati imam sedang ruku’. Ini adalah kesalahan besar karena takbiratul ihram adalah rukun sholat, maka wajib baginya melakukan takbiratul ihram dalam keadaan dia berdiri, kemudian setelah itu baru boleh baginya untuk ruku’ bersama imam. Dan takbiratul ihram sudah mencukupi takbir untuk ruku’ (takbir intiqol), tapi jika dia bertakbir untuk ihram (takbiratul ihram) lalu bertakbir juga untuk ruku’ maka maka itu yang lebih sempurna dan lebih berhati-hati. Wallahu a'lam.

###

ASY SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RAHIMAHULLAH

Tanya:
Apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang mendatangi shalat Jumat dalam keadaan imam sedang duduk tasyahhud pada shalat Jumat?

Jawaban:
Apabila seseorang datang dalam keadaan imam duduk tasyahhud di shalat Jumat, ia telah tertinggal shalat Jumat. Maka ia masuk jamaah shalat bersama imam dan mengerjakan shalat Dhuhur 4 rakaat, karena ia telah tertinggal dari shalat Jumat. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Barangsiapa yang mendapatkan 1 rakaat shalat, maka ia telah mendapatkan shalat tersebut."
Sehingga kebalikan dari hadits ini, apabila ia mendapatkan kurang dari 1 rakaat, berarti ia tidak mendapatkan shalat tersebut. Dan telah diriwayatkan dari Rasullullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang mendapatkan 1 rakaat shalat Jumat, ia mendapatkan shalat Jumat."
Yaitu ia mendapatkan shalat Jumat apabila mendatanginya pada rakaat yang ke-2.

Sumber:
Majmu Fatawa wa Rasa-il asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin 16/61

Alih bahasa:
Abdulaziz Bantul
Mahad Ibnul Qoyyim, Balikpapan

TIS (Thalab Ilmu Syar'i)

###

ASY SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RAHIMAHULLAH

Tanya:
Seorang musafir mendatangi shalat Jum’at di suatu masjid, dan mendapati jama’ah shalat pada tasyahhud akhir, apakah dia shalat 4 raka’at atau shalat dengan shalatnya mereka (yakni shalat Jum’at, pent.)?

Jawab:
Seorang musafir tidak diwajibkan mengerjakan shalat Dzuhur melainkan dengan diqashar. Apabila ia mendapati shalat jama’ah kurang dari 1 raka’at, wajib baginya mengerjakan shalat Dzuhur, dan shalat Dzuhur baginya adalah dengan diqashar 2 raka’at saja, karean dia bukanlah seorang muqim akan tetapi seorang musafir. Adapun apabila dia mendapati shalat jama’ah 1 raka’at, dia menambah 1 raka’at dan teranggap baginya sebagai shalat Jum’at.

Sumber:
Majmu’ Fatawa wa Rasa-il asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin 16/61

Alih bahasa:
Abdulaziz Bantul
Ma’had Ibnul Qoyyim, Balikpapan

TIS

###

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah

Tanya:
Jika aku masuk masjid sedangkan imam sudah shalat Jumat pada posisi duduk tasyahud, apakah aku harus menyempurnakan shalat Jumat ataukah harus shalat Zhuhur?

Jawab:
Jika makmum masbuq hanya mendapati shalat Jumat pada sujud (dari rakaat terakhir) atau tasyahud, maka ia harus SHALAT ZHUHUR, bukan shalat Jumat. Sebab, seseorang teranggap mendapatkan shalat jika ia mendapatkan (minimal satu) rakaat.
Hal ini berdasar sabda Nabi:
من أدرك ركعة من الصلاة فقد أدرك الصلاة
Barangsiapa yg mendapatkan satu rakaat shalat, maka ia telah mendapati shalat (bersama imam).
(HR. al-Bukhari dalam mawaqitush shalah no. 546 dan Muslim dalam bab al masajid wa mawadhiu ash shalah no. 954)
Juga sabda beliau:
من أدرك ركعة من الجمعة فليضف إليها أخرى وقد تمت صلاته
Barangsiapa mendapatkan satu rakaat pada shalat Jumat, hendaklah ia menambah satu rakaat lagi. Dengan demikian, sempurnalah shalat Jumatnya. (HR. an-Nasai)
Dari dua hadis di atas, diketahui bahwa makmum masbuq yang tidak mendapatkan satu rakaat pun maka berarti ia telah KEHILANGAN shalat Jumat, dan WAJIB BAGINYA untuk SHALAT ZHUHUR.

Sumber:
Majmu Fatawa 12/134
binbaz .org .sa/mat/1309

Majmuah Manhajul Anbiya

###

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله تعالى

Soal: 
بالنسبة لمن جاء يوم الجمعة والإمام في الركعة الأولى، هل يعتبر أدرك الجمعة؟
Seseorang mendatangi shalat Jumat ketika imam sedang (ruku’) pada rakaat pertama. Apakah dia teranggap telah mendapatkan shalat Jumat?

Jawaban:
نعم، حتى الركعة الثانية لو جاء، قبل أن يرفع الإمام رأسه، دخل معه والإمام لم يرفع رأسه من الركعة الثانية فقد أدرك صلاة الجمعة، فيضيف إليها ركعة أخرى بعد السلام، تعتبرُ جمعة
Ya, bahkan meskipun (saat imam sedang ruku’) pada rakaat yang kedua, asalkan imam belum mengangkat kepalanya dari ruku’.
Ia masuk (mengikuti shalat) bersama imam sebelum imam mengangkat kepalanya dari (ruku’ pada) rakaat kedua, maka dia terhitung telah mendapatkan shalat Jumat. Setelah imam salam, hendaklah dia menambahkan satu rakaat lagi. (Yang seperti ini) terhitung mendapatkan Jumat.

Sumber:
alfawzan .af .org .sa/node/15521

Alih bahasa:
Ustadz Abu Hatim al Jagiry

Forum Salafy Indonesia

###

Soal:
Bagaimana hukumnya seorang masbuk yang tertinggal dari shalat maghrib?

Jawab:
Masbuk yang tidak mendapati shalat jamaah sama sekali hendaknya mencari shalat jamaah yang lain apabila mampu. Jika tidak mendapatkan, dia shalat sendirian.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (Fatawa al-Lajnah, 7/327)

Sumber: Asy Syariah Edisi 087

Tentang MENJENGUK ORANG KAFIR

Al Ustadz Abu Ubaidah bin Damiri al Jawy

Dari Anas radhiyallahu anhu, beliau berkata:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَقَالَ لَهُ: أَسْلِمْ، فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْلَمَ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ
“Ada seorang anak kecil Yahudi yang bekerja membantu Nabi Shallallahu alaihi wasallam menderita sakit. Maka Nabi Shallallahu alaihi wasallam menjenguknya dan Beliau duduk di sisi kepalanya lalu bersabda: Masuklah ke dalam agama Islam. Anak kecil itu memandang kepada bapaknya yang berada di dekatnya, lalu bapaknya berkata: Taatilah Abul Qasim Shallallahu alaihi wasallam. Maka anak kecil itu masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wasallam keluar sambil bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari neraka.” [HR. Al-Bukhari]

Boleh bagi seorang muslim menengok orang kafir yang sakit, namun hal ini dengan syarat dia bukan kafir harbi (yang wajib diperangi) dan dia melihat bahwa dengan kunjungannya akan dapat menarik simpatik dia untuk masuk Islam.
Berkata Fadl bin Ziyad: “Aku mendengar Ahmad bin Hanbal ditanya tentang seorang muslim yang mengunjungi salah seorang dari kaum musyrikin, maka beliau menjawab: “Jika dia melihat, apabaila dia mengunjunginya untuk mengajaknya masuk Islam dan dia akan menerimanya, maka kunjungilah dia, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengunjungi anak kecil Yahudi, kemudian beliau mengajaknya untuk masuk Islam.”
Berkata Abu Dawud rahimahullah: “Aku mendengar al-Imam Ahmad ditanya tentang menjenguk seorang Yahudi atau Nashrani? Maka beliau menjawab: “Jika tujuannya ingin mengajak dia masuk Islam maka tidak mengapa.”
Dan di antara dalil yang menunjukan hal ini adalah kunjungan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada pamannya Abu Thalib, hal ini beliau lakukan dalam rangka mengajak pamannya untuk masuk Islam.

Sumber: Pelajaran Forum KIS