Cari Blog Ini

Senin, 10 Oktober 2016

Di Antara Orang-orang yang Beruntung

➖➖➖
🌷💎🎁
DIANTARA ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG

٣٩٢٩ - «طوبى لمن ملك لسانه ووسعه بيته وبكى على خطيئته» .
(حسن) [طص حل] عن ثوبان. الروض النضير ١٨٠.

"Beruntung orang yang mampu menguasai lisannya (dari mengucapkan yang tidak layak, pent.), luas rumahnya, dan selalu menangisi dosanya". (Hadits hasan dari Tsauban radhiyallahu 'anhu).

٣٩٣٠ - «طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا» .
(صحيح) [هـ] عن عبد الله بن بسر [حل] عن عائش 'ة [حم في الزهد] عن أبي الدرداء موقوفا. المشكاة ٢٣٥٦. الترغيب ٢/٢٦٨: الضياء.

"Beruntung orang yang mendapati banyak istighfar didalam lembaran catatan amalannya". (Hadits shahih, dari Abdullah bin Busr, Aisyah dan Abud Darda, riwayat Ahmad dalam Az-Zuhd, dan lainnya).

٣٩٣١ - «طوبى لمن هدي للإسلام وكان عيشه كفافا وقنع به» .
(صحيح) [ت حب ك] عن فضالة بن عبيد.

"Beruntung orang yang diberi petunjuk untuk Islam, kehidupannya cukup, dan dia merasa cukup dengannya". (HR. Tirmidzy dan lainnya, dari Fudlahah bin 'Ubaid).

-----
🗂 Sumber:
Shahiihul Jaami'is shaghair waziyaadatih, oleh Al-Imam Al-Albaany rahimahullah.

✍🏼 Alih bahasa:
Al-Ustadz Abu Hafsh Muhammad Tasyrif Al-Ambony حفظه الله.

*****
⬆ Fawaid Ilmiah dari Grup Telegram "Ikhwan SULTRA Menyapa".

➖➖➖
📚 WhatsApp Salafy Kendari
💻 Website Resmi || http://ahlussunnahkendari.com
📮 Channel Telegram || https://telegram.me/salafykendari

Gadis Kecilmu? Gadis Kecilmu?

Gadis Kecilmu?
Gadis Kecilmu?

(Sebuah Catatan untuk Kaum Ayah)

Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz

Miris dan mengerikan!!! Naudzu billah min dzalik.

Ingin menutup telinga dari kenyataan, tidak mungkin bisa kita lakukan. Telinga, mata dan perasaan kita telah tercabik-cabik hingga tak berbentuk lagi (bagi yang masih memiliki hati). Dan saya yakin, dari sekian banyak kaum muslimin, masih ada di antara mereka yang masih memiliki hati. Bagaimana dengan Anda?

Apa korelasi antara hati, Anda dan kalimat pembuka di atas? “Miris dan mengerikan!!! Naudzu billah min dzalik“.

Saya sedang berbicara tentang fakta pahit dan kenyataan yang tak terbantahkan. Beberapa bencana besar telah melanda negeri. Dekadensi dan keruntuhan moral telah menjadi bagian dari lantai dasar tempat kita berpijak di negeri ini. Secara khusus lagi yang ingin saya sentuh dalam catatan kecil ini adalah kaum remaja putri negeri.

Bukan menjadi rahasia lagi jika di negeri ini telah berlaku praktek-praktek asusila. Mengeksplotasi kaum remaja putri sebagai lumbung penghasilan seakan menjadi hal yang tidak asing lagi. Bencana ini semakin bergelombang lagi ketika kaum remaja putri itu sendiri tidak memiliki landasan hidup yang kokoh. Jauh dari karekter seorang gadis muslimah!

Hamil di luar nikah, trafficking, pemerkosaan, seks bebas, depresi, broken home dan nge-punk adalah contoh kecilnya. Apakah tidak terlalu besar kita berharap? Berharap lahirnya generasi Islam yang segagah para pendahulunya? Sementara calon-calon ibu yang akan melahirkan generasi tersebut malah dipinggirkan dan terlupakan?

Kali ini saya tidak ingin membicarakan mereka kaum awam. Mereka yang memang pada dasarnya tidak tertarik untuk berpegang dengan Islam sebagai pedoman hidup. Saya ingin “menyentil” kaum Ayah yang disebut-sebut orang sebagai kaum ngaji. Kaum Ayah yang -inginnya- mengikut Al Qur’an, As Sunnah dan Manhaj Salaf.Tentunya Anda dan saya sendiri termasuk, bukan?

Tulisan ini tentang gadis kecilmu dan gadis kecilku. Putri-putri tersayang kita. Baarakallahu fiikum

OOOOO_____OOOOO

Sebelumnya saya menyampaikan sejuta maaf untuk kaum Ibu. Bukan ingin mengecilkan arti seorang Ibu, bukan pula hendak melupakan jasa dan peran seorang Ibu. Hanya saja, kali ini saya ingin berbicara dengan kaum Ayah min qalb ilaa qalb. Dari hati ke hati.

Anak perempuan sangat diperhatikan oleh Islam. Zaman jahiliyah, seorang anak perempuan yang dilahirkan akan dikubur hidup-hidup. Bagi mereka, anak perempuan adalah cela yang mencoreng ”nama baik” keluarga. Anak perempuan dipandang rendah, tidak memiliki apa-apa, hanya beban saja dan tidak bisa diharapkan. Padahal, siapa yang telah bersusah payah mengandung dan melahirkan mereka? Ibu…Iya, Ibu mereka sendiri. Seorang perempuan.

Allah akan menuntut jawaban dan tanggung jawab dari mereka pada hari kiamat kelak. Allah berfirman tentang hari kiamat ;

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ

Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, (QS. 81:8)

Karena dosa apakah dia dibunuh, (QS. 81:9)

Ajaran Islam yang amat mulia dan luhur mengajarkan kepada kita untuk memberikan perhatian khusus kepada anak perempuan. Di pundak mereka lah harapan agar terlahir nantinya generasi Islam yang tangguh. Sebab, kaum Ibu adalah madrasah pertama dalam kehidupan.

Anak perempuan harus diperhatikan! Dan anak perempuan pun ingin selalu diperhatikan.

.

.

Secara khusus Rasulullah menjelaskan ;

مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

“Siapa saja orangnya yang diuji dengan sedikit saja (masalah) dari anak-anak perempuannya, namun ia tetap berlaku dengan baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi sebab penghalang dari api neraka” (Hadits Ibunda ‘Aisyah riwayat Bukhari dan Muslim)

Ada janji besar dan pahala indah untuk orangtua yang selalu bersabar di dalam mendidik, merawat, menjaga dan mengasihi anak perempuan sepenuh hati. Bila sebagian orang merasa “sedih” atau “kecil hati” dengan anak perempuan, Islam justru melecut, memotivasi dan mencambuk orangtua untuk member perhatian khusus terhadap anak perempuan.

Adakah yang tidak ingin bersama nabi Muhammad di hari kiamat? Ingin tahu salah satu caranya? Bacalah hadits berikut ini! Hadits Anas bin Malik riwayat Imam Muslim.

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ

“Siapa saja yang merawat dua anak perempuan sampai mereka baligh, Saya dan dia akan datang bersama di hari kiamat”

Sabda di atas diucapkan oleh nabi Muhammad dan setelah itu beliau menggabungkan jari jemarinya. Tanda betapa dekatnya orang itu dengan Rasulullah kelak. Subhaanallah! Wahai kaum Ayah, apakah Anda-Anda tidak tertarik?

Apakah janji ini hanya berlaku untuk mereka yang mendidik dua anak perempuan? Tidak! Di dalam sebuah riwayat yang dishahihkan oleh Al Albani (Ash Shahihah 1027), disebutkan jika janji di atas pun berlaku untuk orangtua yang mendidik, merawat dan menjaga seorang anak perempuan. Benar! Satu anak perempuan pun bisa menjadi jalan indah menuju surga bersama baginda Rasul.

Jangan sia-siakan peluang ini!!! Baarakallahu fiikum.

OOOOO_____OOOOO

Nah… sekarang saya ingin berbicara tentang peran penting seorang Ayah. Tahukah Anda, wahai Ayah? Seorang anak perempuan akan mengalami “mati rasa” bila tidak memperoleh perhatian yang cukup dari ayahnya. Sudahkah Anda menyadari, wahai Ayah? Seorang anak perempuan akan mengalami “hampa rasa” jika jiwanya tidak dibasahi oleh aliran kasih sayang seorang ayah.

Apakah saya mengada-ada? Ataukah Anda yang kurang peka? Apakah saya membuat-buat sendiri? Ataukah Anda yang tidak menyadari? Apakah Anda harus menunggu putri Anda “mati rasa” atau “hampa rasa” dan setelah itu barulah menyesal? Apakah Anda harus mendengarnya secara langsung dari mereka untuk percaya kata-kata saya? Padahal mereka lebih memilih untuk memendamnya di hati.Sungguh,wahai Ayah…

Inilah profil baginda Rasul sebagai seorang ayah!

Selalu dan selalu hal ini dilakukan oleh baginda Rasul kepada Fathimah. Setiap kali Fathimah datang berkunjung, baginda Rasul akan bangkit berdiri, menyambut dan mencium kening sang putri tercinta. Sudahkah hal ini Anda lakukan, wahai Ayah?

Betapa marahnya baginda Rasul ketika mendengar Ali bin Abi Thalib (menantu beliau, istri Fathimah) akan mempersunting putri Abu Jahal untuk dijadikan sebagai istri kedua. Sabda apa ketika itu dari baginda Rasul?

“Sungguh! Bani Hasyim bin Al Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkah putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Dan aku tidak izinkan mereka! Aku tidak izinkan mereka! Aku tidak izinkan mereka! Kecuali memang Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku untuk menikahi putri mereka!”

Kemudian beliu melanjutkan,

فَإِنَّمَا ابْنَتِي بَضْعَةٌ مِنِّي، يَرِيبُنِي مَا رَابَهَا وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا

“Sungguh! Putriku itu tidak lain dan tidak bukan adalah bagian diriku. Aku tidak senang sesuatu yang tidak ia senangi. Apa yang membuatnya tersakiti juga membuat diriku tersakiti” (HR Bukhari Muslim dari sahabat Al Miswar bin Makhramah)

Seperti inilah seorang ayah seharusnya!

Apakah Anda bisa turut merasakan kebahagiaan putri Anda? Ataukah Anda tidak pernah sama sekali mengerti, kapankah putri Anda bahagia dan kapankah ia bersedih? Apakah Anda bisa sama-sama merasakan sakit yang dirasakan oleh putri Anda? Ataukah malah Anda yang menyakiti hatinya? Cobalah jujur kepada diri sendiri!

Perhatian dan kasih penuh yang dicurahkan oleh nabi Muhammad telah membentuk karakter indah pada diri Fathimah. Hari-harinya selalu diteduhi dan dinaungi cinta sang ayah. Pantas saja jika Ibunda ‘Aisyah menyebut Fathimah sebagai orang yang paling mirip dengan baginda Rasul. Cara duduknya, cara berjalannya, cara berbicaranya dan segala-galanya.

Mengapa demikian?

Seorang ayah adalah figur terbaik untuk putrinya. Seorang ayah adalah cermin tempat putrinya berkaca dan membentuk kepribadiannya. Apapun akhirnya nanti pada karakter dan kepribadian seorang putri, maka ayahnya telah mengambil peranan tersendiri.

Sekarang pertanyaannya,”Akan menjadi seperti apakah Anda akan membentuk putri Anda???”

OOOOO_____OOOOO

Tahukah Anda, wahai Ayah? Apa yang sedang dan selalu dibayangkan dan diinginkan oleh putri Anda?

Ia ingin disayang sepenuh hati. Berharap cerita-cerita penggugah jiwa sebelum tidurnya. Ia ingin didekap dan digandeng tangannya sambil Anda menanamkan nilai-nilai hidup mulia di dadanya. Ia tak ingin –walaupun sekali- mendengar marahmu dalam kata-kata bernada tinggi.

Jangan marah dan jangan emosi ketika putri Anda menangis dan memegang erat tangan Anda ketika Anda akan pergi meninggalkan rumah. Itu tanda cintanya, wahai Ayah! Tangisannya adalah benang-benang cinta yang terajut kuat dalam lembaran kasih seorang putri kepada ayahnya.

Ia ingin mendengar kisah-kisah tentang ayahnya ketika muda, ketika kecilnya. Ia akan sangat bangga ketika melantunkan kembali kisah-kisah Anda,” Kata Abiku gini lhooo!” atau ” Abahku pernah cerita kayak gitu juga kok” atau “Abiku bilang itu nggak boleh karena dilarang Allah”. Iya, seorang putri tidak akan mudah melupakan pesan-pesan ayahnya.

Percaya ataukah tidak, wahai Ayah, seperti itulah faktanya!

Jangan terlambat, wahai Ayah! Sadarkah Anda di sana pun putri Anda mungkin terluka? Walau ia tidak secara jujur mengungkapkanya. Iya, barangkali ia sedang terluka di sana. Mengharapkan kasih sayangmu, kelembutanmu, perhatianmu, waktumu, kisah-kisahmu? Cobalah bertanya tentang doa-doanya untuk Anda.

Sebelum terlambat, raih dan genggam tangannya! Ucapkan maaf dengan setulus kata. Gantilah hari-harinya dahulu yang penuh dengan sendu menjadi hari-hari ceria. Biarkan ia tersenyum indah menikmati sepoinya angin, cerahnya malam dan sejuknya gemercik air.

Ingat, wahai Ayah! Gadis kecilmu itu barangkali akan menjadi gerbang menuju surgamu di hari akhirat kelak.

Amin yaa Arhamar Raahimiiin

_Daar El Hadith Dzamar Republic of Yemen_05.12.13 (19.42)

_sambil berdoa untuk gadis kecilku : Izzah Zainatus Shofaa bintu Mukhtar La Firlaz_

Sumber : ibnutaimiyah.org

Read full article at http://salafy.or.id/blog/2016/10/10/gadis-kecilmu-gadis-kecilmu/

Bantahan Atas Kemungkaran Syi’ah di hari Asyura’

Ketahuilah para pembaca yang budiman, diantara keyakinan syi’ah yang mungkar adalah…

Syi’ah meyakini bahwa bulan Muharram terkhusus tanggal 10 Muharram merupakan hari berkabung dan kesedihan. Bahkan sebagian mereka menganggap bayi yang lahir di bulan tersebut adalah orang-orang yang buruk perangainya.

Setiap tanggal 10 Muharram, kelompok yang mengaku-ngaku cinta ahlul bait (keluarga Nabi shallallahualaihi wasallam) itu melaksanakan acara rutin mereka dalam rangka mengenang hari terbunuhnya Husain bi Ali radhiyallahu anhuma yang biasa disebut dengan Al Husainiyah.

Pada hari itu mereka mengadakan pawai besar-besaran di jalan-jalan menuju Al-Huseiniyah. Dalam acara itu, mereka menyuguhkan makanan-makanan yang sengaja dimasak tidak enak; gosong, keasinan bahkan makanan-makanan yang sengaja diberi cuka.

Peserta pawai hanya mengenakan celana atau sarung saja sedangkan badannya terbuka. Selama pawai, mereka memukul-mukul dada dan punggungnya dengan tangan atau rantai besi sehingga meninggalkan bekas (luka memar) yang mencolok.

Beberapa laki-laki berpakaian menyerupai wanita dengan memakai pakaian wanita untuk menampilkan drama berkabung atas kematian Husain bin Ali radhiyallahu anhuma.

Kemudian, pada acara puncak, mereka mengenakan kain berwarna putih dan ikat kepala berwarna putih pula. Setelah itu, mereka menghantamkan pedang, pisau, atau benda tajam lainnya ke kepala dan dahi mereka sehingga darah pun bercucuran. Bahkan terkadang hal tersebut juga mereka lakukkan kepada bayi-bayi mereka. Mereka menganggap hal tersebut diperbolehkan selama dampak negatifnya aman, inilah yang diucapkan ulama’ mereka Muhammad Husain Al Awazi.

Tak sedikit di antara mereka yang menangis histeris. Wanita-wanita mereka keluar dengan rambut yang terurai usang dan wajah yang terkelu sambil memukul-mukul wajahnya, merobek-robek baju yang menggambarkan kesedihan.

Bahkan yang paling parah, di sela-sela acara tersebut mereka meneriakkan ya Husain ya Husain beristigasah kepada Husain radhiyallahu anhu atas apa yang mereka alami.

BANTAHAN

Para pembaca rahimakumullah, sebagai seorang muslim tentu kita juga sangat bersedih dengan peristiwa tragis nan menyayat hati yang menimpa cucu Rasulullah shallalahualaihi wasallam itu. Namun, Islam melarang pemeluknya yang tertimpa musibah untuk berucap atau berbuat sesuatu yang menunjukkan ketidak-ridhaan kepada keputusan Allah subhanahu wa ta’ala, seperti merobek baju, menampar pipi, menjambak rambut, menangis histeris, apalagi menyayat kepala dan dahi seperti yang dilakukan sebagian orang-orang syi’ah.

As Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menyebutkan bahwa apa yang dilakukan syi’ah adalah “bid’ah menjijikkan”, sebagiannya terkandung padanya kesyirikan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Bahkan anggapan mereka bahwa bayi yang lahir pada bulan Muharram akan memiliki perangai yang buruk itu adalah thiyarah yang termasuk bentuk kesyirikan seperti hadits Nabi shallalahu alaihi wasallam: “Thiyarah adalah kesyirikan” (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i). Ibnu Taimiyah menyebutkan hal yang senada dalam Majmu’ Fatawa Li Ibni Taymiyah (25/307) dan al Fatawa al Kubra (2/299) : bahwa hal tersebut adalah syiar (ciri/simbol) kaum jahiliyah.

Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda: ”Bukan dari golongan kami barang siapa yang menampar pipi, merobek baju, atau meratap dengan ratapan jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abdullah bin Mas’ud )

Lebih dari itu, bagi wanita yang meratapi mayit dan meninggal dalam keadaan belum bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan pakaian dari tembaga yang meleleh, sebagaimana dijelaskan Rasulullah shallalahualaihi wasallam dalam haditsnya yang diriwayatkan Al-Imam Muslim dari Abu Malik Al-Asy’ari.

Terlebih, dalam hal ini mereka menghidupkan kembali kedukaan yang telah lama berlalu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan dalam Minhajus Sunnah: “Menghidupkan kembali kedukaan dan ratapan tangis untuk musibah yang telah lama berlalu termasuk hal yang besar keharamannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya”.

Drama berkabung mereka dengan menampilkan kaum laki-laki yang menyerupai wanita itu adalah suatu yang diharamkan sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat lelaki yang berpakaian seperti model pakaian wanita dan (melaknat) wanita yang berpakaian seperti lelaki.” (HR. Abu Dawud no. 4098, Ahmad 2/325)

Begitu juga terkait dengan makanan-makanan yang disuguhkan pada acara tersebut yang sengaja dibuat tidak enak, ini merupakan tindakan yang sia-sia belaka dan tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahualaihi wasallam ketika meninggal orang-orang besar di sisi beliau seperti Hamzah bin Abdil Muthalib radhiyallahu anhu atau yang lainnya.

Adapun istigasah yang mereka lakukaan hari itu, dengan berdo’a kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, menganggap imam-imam mereka mengetahui perkara gaib, tanpa diragukan lagi bahwasanya hal itu adalah syirik besar berdasarkan kesepakatan ulama’ yang dinukilkan oleh syaikh Bin Baz rahimahullah.

Sungguh aneh apa yang mereka lakukan itu, begitu berkabungnya mereka atas terbunuhnya Husain bin Ali radhiyallahu anhu sehingga melakukan hal-hal yang sangat berlebihan itu bahkan beberapanya sampai pada kesyirikan. Padahal kita tahu telah terbunuh juga seseorang yang lebih utama dari Husain, yaitu ayahnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu dan sebelumnya juga telah terbunuh Umar bin al Khattab dan Utsman bin Affan radhiyallahu anhuma, akan tetapi syi’ah tidak menjadikan waktu terbunuhnya Ali, Utsman dan Umar radhiyallahu anhum sebagai hari berkabung. Tidaklah ini menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah hiasan tipu daya setan kepada mereka untuk menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap kaum muslimin.

Maka sekarang kita telah mengetahui bahwa apa yang dilakukan orang-orang syi’ah tersebut bukan hanya tidak ada dasarnya dalam Islam, bahkan ia bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Para pembaca yang budiman, peringatan 10 Muharram oleh orang-orang syi’ah, untuk mengenang terbunuhnya sahabat Husein radhiyallahu anhu tidak hanya diadakan di Iran saja, tetapi juga di negara-negara lainnya, seperti India, Pakistan, Lebanon, dan juga Indonesia, hanya saja tata caranya berbeda.

Bagaimanapun tata caranya, tetap saja rutinitas tersebut merupakan perkara bid’ah yang tidak pernah ada contohnya dari Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya. Karena tujuan mereka melakukan hal itu untuk menarik dan memikat hati kaum muslimin agar tertarik dan membela aqidah sesat mereka.

wallahu a’lam.

The post Bantahan Atas Kemungkaran Syi’ah di hari Asyura’ appeared first on Situs Resmi Ma'had As-Salafy.

Read full article at http://mahad-assalafy.com/2016/10/10/bantahan-kemungkaran-syiah-hari-asyura/