Cari Blog Ini

Selasa, 04 November 2014

Tentang MENGAMBIL MAKANAN YANG JAUH LETAKNYA

Umar bin Abi Salamah radhiallahu anhuma berkata,
ﻛُﻨْﺖُ ﻓِﻲ ﺣَﺠْﺮِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﺎﻧَﺖْ ﻳَﺪِﻱ ﺗَﻄِﻴْﺶُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﺤْﻔَﺔِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻲ: ﻳَﺎ ﻏُﻼَﻡُ، ﺳَﻢِّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻛُﻞْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻚَ ﻭَﻛُﻞْ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﻠِﻴْﻚَ
Dulu aku berada dalam asuhan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika makan, tanganku berkeliling di piring. Lalu beliau mengatakan padaku, "Nak, ucapkan bismillah. Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu.” (HR. Al- Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Hadits ini menjelaskan tentang tidak bolehnya menjulurkan tangan dan badan (untuk mengambil makanan yang jauh letaknya) sehingga mengganggu yang lain. Hendaknya ia meminta agar diambilkan oleh saudaranya apa yang diinginkannya.

Dikecualikan dalam hal ini (artinya boleh dia makan yang bukan di sekitarnya) pada dua keadaan, sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama:
Pertama, apabila dia mengetahui bahwa yang hadir tidak mempedulikan hal itu atau tidak marah, maka diperbolehkan.
Anas bin Malik radhiallahu anhu bercerita, “Seorang penjahit mengundang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk makan, lalu aku pergi bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan aku melihat beliau mencari-cari labu di pinggir nampan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, apabila ada lauk pauk yang beraneka ragam dan tidak akan sampai tangannya melainkan dengan mengulurkannya.

Tentang MEMULAI MAKAN DARI PINGGIR

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﻭُﺿِﻊَ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡُ ﻓَﺨُﺬُﻭْﺍ ﻣِﻦْ ﺣَﺎﻓَﺘِﻪِ ﻭَﺫَﺭُﻭْﺍ ﻭَﺳْﻄَﻪُ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﺒَﺮَﻛَﺔَ ﺗَﻨْﺰِﻝُ ﻓِﻲْ ﻭَﺳْﻄِﻪِ
“Jika makanan diletakkan, maka mulailah dari pinggirnya dan jauhi (memulai) dari tengahnya, karena sesungguhnya barakah itu turun di tengah-tengah makanan.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Majah no. 3277 dari shahabat Ibnu ‘Abbas dan Al-Imam Ahmad no. 3268 dari shahabat Abdullah bin Bisir Al-Mazini, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Ibnu Majah no. 2650, Al-Irwa` no. 1980 dan 1981, 7/34-39, Al-Misykat no.4211 dan Ash-Shahihah no. 393.

Tentang MAKAN DAN MINUM DENGAN TANGAN KANAN

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻛَﻞَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻠْﻴَﺄْﻛُﻞْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻪِ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺷَﺮِﺏَ ﻓَﻠْﻴَﺸْﺮَﺏْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻪِ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﺑِﺸِﻤَﺎﻟِﻪِ ﻭَﻳَﺸْﺮَﺏُ ﺑِﺸِﻤَﺎﻟِﻪ
"Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila makan dia makan dengan tangan kiri, dan apabila minum dia minum dengan tangan kiri.” (HR. Muslim no. 5332 dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada seorang wanita yang sedang makan dengan tangan kirinya, “Jangan kamu makan dengan tangan kiri. Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagimu tangan kanan." Atau beliau berkata, "Sungguh Allah telah memberimu tangan kanan.” (HR. Ahmad no. 16756 dari seorang imra`ah shahabat Nabi (istri shahabat), dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Jilbabul Mar`ah Muslimah, hal. 71)

Umar bin Abi Salamah radhiallahu anhuma berkata,
ﻛُﻨْﺖُ ﻓِﻲ ﺣَﺠْﺮِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﺎﻧَﺖْ ﻳَﺪِﻱ ﺗَﻄِﻴْﺶُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﺤْﻔَﺔِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻲ: ﻳَﺎ ﻏُﻼَﻡُ، ﺳَﻢِّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻛُﻞْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻚَ ﻭَﻛُﻞْ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﻠِﻴْﻚَ
Dulu aku berada dalam asuhan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika makan, tanganku berkeliling di piring. Lalu beliau mengatakan padaku, "Nak, ucapkan bismillah. Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu.” (HR. Al- Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Salamah ibnul Akwa’ radhiallahu anhu berkata,
ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻼً ﺃَﻛَﻞَ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑِﺸِﻤَﺎﻟِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻛُﻞْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻚَ. ﻗَﺎﻝَ: ﻻَ ﺃَﺳْﺘَﻄِﻴْﻊُ. ﻗَﺎﻝَ: ﻻَ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺖَ. ﻣَﺎ ﻣَﻨَﻌَﻪُ ﺇِﻻَّ ﺍﻟْﻜِﺒْﺮُ، ﻓَﻤَﺎ ﺭَﻓَﻌَﻬَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻓِﻴْﻪِ
Ada seseorang yang makan di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan tangan kirinya, maka Rasulullah pun menegur, "Makanlah dengan tangan kananmu!" Dia menjawab, "Aku tidak bisa." Beliau bersabda, "Kamu benar-benar tidak bisa." Tidak ada yang menghalangi orang itu kecuali kesombongan. Maka setelah itu dia pun tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya. (HR. Muslim no. 2021)

Tentang MEMBACA BISMILLAH SEBELUM MULAI MAKAN

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻛَﻞَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻃَﻌَﺎﻣﺎً ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞْ: ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ؛ ﻓَﺈِﻥْ ﻧَﺴِﻲَ ﻓِﻲْ ﺃَﻭَّﻟِﻪِ ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞْ: ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓِﻲْ ﺃَﻭَّﻟِﻪِ ﻭَﺁﺧِﺮِﻩِ
“Apabila salah seorang dari kalian (hendak) memakan suatu makanan maka bacalah bismillah (dengan menyebut nama Allah), dan apabila dia lupa (untuk membaca) di awalnya maka ucapkanlah bismillah fii awwalihi wa akhirihi (dengan menyebut nama Allah pada awalnya dan akhirnya).” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi serta dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani)

Beliau shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺴْﺘَﺤِﻞُّ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﺬْﻛَﺮَ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
"Sesunguhnya setan menghalalkan (baginya) makanan apabila tidak disebut nama Allah pada (saat memakan)nya.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺑَﻴْﺘَﻪُ ﻓَﺬَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻟِﻪِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻃَﻌَﺎﻣِﻪِ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ: ﻻَ ﻣَﺒِﻴْﺖَ ﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻻَ ﻋَﺸَﺎﺀَ. ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺬْﻛُﺮِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻟِﻪِ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ: ﺃَﺩْﺭَﻛْﺘُﻢُ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﺖَ. ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﺬْﻛُﺮِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﻃَﻌَﺎﻣِﻪِ، ﻗَﺎﻝَ: ﺃَﺩْﺭَﻛْﺘُﻢُ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﺖَ ﻭَﺍﻟْﻌَﺸَﺎﺀَ
"Jika seseorang masuk rumahnya dan berdzikir kepada Allah saat masuk dan makannya, setan akan mengatakan pada teman-temannya, ‘Tidak ada tempat bermalam dan makan malam bagi kalian.’ Namun jika dia masuk rumah tanpa berdzikir kepada Allah ketika masuknya, setan akan mengatakan, ‘Kalian mendapatkan tempat bermalam.’ Jika dia tidak berdzikir kepada Allah ketika makan, setan akan mengatakan, ‘Kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam.’" (HR. Muslim no. 2018 dari Jabir radhiallahu anhu)

Hudzaifah radhiallahu anhu berkata,
ﻛُﻨَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮْﻧَﺎ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻃَﻌَﺎﻣًﺎ ﻟَﻢْ ﻧَﻀَﻊْ ﺃَﻳْﺪِﻳَﻨَﺎ، ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺒْﺪَﺃَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻴَﻀَﻊَ ﻳَﺪَﻩُ. ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺣَﻀَﺮْﻧَﺎ ﻣَﻌَﻪُ ﻣَﺮَّﺓً ﻃَﻌَﺎﻣًﺎ. ﻓَﺠَﺎﺀَﺕْ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٌ ﻛَﺄَﻧَّﻬَﺎ ﺗُﺪْﻓَﻊُ، ﻓَﺬَﻫَﺒَﺖْ ﻟِﺘَﻀَﻊَ ﻳَﺪَﻫَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ، ﻓَﺄَﺧَﺬَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑِﻴَﺪِﻫَﺎ. ﺛُﻢَّ ﺟَﺎﺀَ ﺃَﻋْﺮَﺑِﻲٌّ ﻛَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﻳُﺪْﻓَﻊُ، ﻓَﺄَﺧَﺬَ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ : ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺴْﺘَﺤِﻞُّ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﺬْﻛَﺮَ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﻬَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ ﻟِﻴَﺴْﺘَﺤِﻞَّ ﺑِﻬَﺎ. ﻓَﺄَﺧَﺬْﺕُ ﺑِﻴَﺪِﻫَﺎ. ﻓَﺠَﺎﺀَ ﺑِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟْﺄَﻋْﺮَﺑِﻲِّ ﻟِﻴَﺴْﺘَﺤِﻞَّ ﺑِﻪِ ﻓَﺄَﺧَﺬْﺕُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ، ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ، ﺇِﻥَّ ﻳَﺪَﻩُ ﻓِﻲ ﻳَﺪِﻱ ﻣَﻊَ ﻳَﺪِﻫَﺎ
Biasanya kalau dihidangkan makanan di hadapan kami bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, kami tidak pernah meletakkan tangan kami (untuk menyentuh hidangan itu) sampai Rasulullah memulai meletakkan tangan beliau. Suatu ketika, dihidangkan makanan di hadapan kami bersama beliau. Tiba- tiba datang seorang budak perempuan, seakan-akan dia terdorong (karena cepatnya), lalu meletakkan tangannya di hidangan itu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam langsung memegang tangannya. Setelah itu, datang seorang A’rabi, seakan-akan dia terdorong. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menahan tangannya. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya setan menghalalkan makanan yang tidak disebut nama Allah atasnya. Tadi dia datang bersama budak perempuan itu untuk mendapatkan makanan dengannya, maka aku pegang tangannya. Lalu dia datang lagi bersama A’rabi tadi untuk mendapatkan makanan dengannya, maka aku pun memegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan- Nya, sungguh tangan setan berada dalam genggamanku bersama tangan budak perempuan itu.” (HR. Muslim no. 2017)

Wahsyi bin Harb radhiallahu anhu berkata,
ﺃَﻥَّ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺄْﻛُﻞُ ﻭَﻻَ ﻧَﺸْﺒَﻊُ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻠَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﻔْﺘَﺮِﻗُﻮْﻥَ. ﻗَﺎﻟُﻮﺍ: ﻧَﻌَﻢْ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺎﺟْﺘَﻤِﻌُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻃَﻌَﺎﻣِﻜُﻢْ ، ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﺳْﻢَ ﺍﻟﻠﻪِ ، ﻳُﺒَﺎﺭَﻙْ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴْﻪِ
Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengeluh kepada beliau, "Wahai Rasulullah, kami ini makan, tapi tidak merasa kenyang." Rasulullah berkata, "Barangkali kalian makan sendiri-sendiri." Mereka menjawab, "Iya." Beliau pun mengatakan, "Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah, niscaya kalian akan diberkahi pada makanan itu.” (HR. Abu Dawud no. 3764 dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

Umar bin Abi Salamah radhiallahu anhu berkata,
ﻛُﻨْﺖُ ﻓِﻲ ﺣَﺠْﺮِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﺎﻧَﺖْ ﻳَﺪِﻱ ﺗَﻄِﻴْﺶُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﺤْﻔَﺔِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻲ: ﻳَﺎ ﻏُﻼَﻡُ، ﺳَﻢِّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻛُﻞْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻚَ ﻭَﻛُﻞْ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﻠِﻴْﻚَ
Dulu aku berada dalam asuhan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika makan, tanganku berkeliling di piring. Lalu beliau mengatakan padaku, "Nak, ucapkanlah bismillah. Makanlah dengan tangan kananmu. Dan makanlah makanan yang dekat denganmu.” (HR. Al-Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Dalam hadits yang lain dari Shahabat yang membantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selama 18 tahun, dia bercerita bahwa dia selalu mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila mendekati makanan mengucapkan bismillah. (HR. Muslim)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Yang benar adalah wajib membaca bismillah ketika makan. Dan hadits-hadits yang memerintahkan demikian adalah shahih dan sharih. Dan tidak ada yang menyelisihinya serta tidak ada satupun ijma’ yang membolehkan untuk menyelisihinya dan mengeluarkan dari makna lahirnya. Orang yang meninggalkannya akan ditemani setan dalam makan dan minumnya.”

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab beliau Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (1/152) mengatakan:
“Membaca tasmiyah di permulaan makan adalah Bismillah dan tidak ada tambahan padanya. Dan semua hadits-hadits yang shahih dalam masalah ini tidak ada tambahan sedikitpun. Dan saya tidak mengetahui satu hadits pun yang di dalamnya ada tambahan (bismillahirrahmanirrahim).”

Tentang MENYISIR RAMBUT SETIAP HARI

Rosululloh shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻻ ﻳﻐﺘﺴﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﻦ ﻓﻀﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻭﻻ ﺗﻐﺘﺴﻞ ﺑﻔﻀﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﺒﻮﻝ ﻓﻲ ﻣﻐﺘﺴﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﻤﺘﺸﻂ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ
Artinya: “Tidak boleh bagi seorang laki-laki mandi dari sisa mandi istrinya, dan tidak boleh bagi seorang perempuan mandi dari sisa mandi suaminya, dan tidak boleh kencing di tempat dia mandi, dan tidak boleh bersisir setiap hari.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shohih)
Syaikh Muqbil menjadikan hadits ini dalam satu bab di dalam Al Jami’ Ash Shohih No. 2833, Bab Makruhnya Bersisir Setiap Hari.

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahulloh dalam Tahdzibus Sunan:
”Sesungguhnya seorang hamba itu diperintahkan untuk memuliakan rambutnya dan dilarang berlebih-lebihan dalam bermewah-mewah, maka hendaknya dia memuliakan rambutnya dan tidak menjadikan bermewah-mewah itu adat kebiasaannya bahkan semestinya bagi dia untuk merapikannya berselang hari."
(HASYIYAH AUNUL MA`BUD 11/147‏)

Berkata Ibnu Bathol rahimahulloh:
”Yang dimaksud dengan merapikan rambut adalah menyisir rambut kepala dan jenggot serta meminyakinya. Hal ini merupakan bagian dari kebersihan dan dianjurkan dalam syariat. Allah berfirman:
ﺧُﺬُﻭﺍ ﺯِﻳﻨَﺘَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﻛُﻞِّ ﻣَﺴْﺠِﺪٍ
Artinya: “Pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid.“ [QS.Al-A`raf :31]
Adapun hadits yang disebutkan di dalamnya larangan untuk merapikan rambut kecuali berselang waktu maka maksudnya adalah tidak boleh berlebih-lebihan dalam bermewah-mewah."
(Dinukil dari FATHUL BARY No. 5926)

Tentang MEMULIAKAN RAMBUT DENGAN MENYISIRNYA DAN MEMINYAKINYA

Rambut merupakan nikmat dari sekian nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya dan merupakan indikasi (tanda) keindahan serta kecantikan, dan ketiadaannya merupakan aib dan kekurangan sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim tentang kisah tiga orang bani Israil: si sopak, si botak, dan si buta. Lalu Allah ingin menguji mereka, maka Allah mengutus kepada mereka seorang malaikat dan di dalam kisah itu disebutkan, (Maka malaikat itu mendatangi si botak dan berkata, “Apa sesuatu yang paling kamu sukai?” Berkata si botak, “Rambut yang indah dan hilang kebotakan yang ada padaku yang karenanya orang-orang menghinaku.” Maka malaikat itu mengusap kepala si botak dan hilanglah kebotakan yang ada padanya dan diberi rambut yang indah).

Dan Rosululloh shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk memuliakan rambut, membersihkan dan merapikannya, sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Dawud dari hadits Abu Huroiroh radhiallahu anhu, bahwasanya Rasululloh shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺷَﻌْﺮٌ ﻓَﻠْﻴُﻜْﺮِﻣْﻪُ
Artinya: “Barangsiapa yang memiliki rambut hendaklah dia memuliakannya.” (AS-SILSILAH ASH-SHOHIHAH Hal. 500)

Akan tetapi jangan menjadikan hal itu sebagai adat kebiasaan yang menyibukkan dari perkara-perkara agama. Rosululloh shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻻ ﻳﻐﺘﺴﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﻦ ﻓﻀﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻭﻻ ﺗﻐﺘﺴﻞ ﺑﻔﻀﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﺒﻮﻝ ﻓﻲ ﻣﻐﺘﺴﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﻤﺘﺸﻂ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ
Artinya: “Tidak boleh bagi seorang laki-laki mandi dari sisa mandi istrinya dan tidak boleh bagi seorang perempuan mandi dari sisa mandi suaminya dan tidak boleh kencing di tempat dia mandi dan tidak boleh bersisir setiap hari.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shohih. Dan Syaikh Muqbil menjadikan hadits ini dalam satu bab di dalam Al Jami’ Ash Shohih No. 2833, Bab Makruhnya Bersisir Setiap Hari)

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahulloh dalam Tahdzibus Sunan:
”Sesungguhnya seorang hamba itu diperintahkan untuk memuliakan rambutnya dan dilarang berlebih-lebihan dalam bermewah-mewah, maka hendaknya dia memuliakan rambutnya dan tidak menjadikan bermewah-mewah itu adat kebiasaannya bahkan semestinya bagi dia untuk merapikannya berselang hari, dan pemahaman inilah yang lebih tepat dalam memaknai dua hadits tersebut. Wabillahit taufiq." (HASYIYAH AUNUL MA`BUD 11/147)

Berkata Ibnu Bathol rahimahulloh:
”Yang dimaksud dengan At-tarjil (merapikan rambut) adalah menyisir rambut kepala dan jenggot serta meminyakinya. Hal ini merupakan bagian dari kebersihan dan dianjurkan dalam syariat. Allah berfirman:
ﺧُﺬُﻭﺍ ﺯِﻳﻨَﺘَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﻛُﻞِّ ﻣَﺴْﺠِﺪٍ
Artinya: “Pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid.“ [QS.Al-A`raf :31]
Adapun hadits yang disebutkan di dalamnya larangan untuk merapikan rambut kecuali berselang waktu maka maksudnya adalah tidak boleh berlebih-lebihan dalam bermewah-mewah. Dan diriwayatkan dari Abu Umamah bin Tsa’labah, bahwasanya Rosululloh shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺒَﺬَﺍﺫَﺓَ ﻣِﻦَ ﺍﻹِﻳﻤَﺎﻥِ
Artinya: ”Kelusuhan itu sebagian dari iman.”
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahulloh:
”Dan hadist ini (hadits Abu Umamah) shohih, disebutkan dalam sunan Abu Dawud. Makna Al-badzaadzah adalah kelusuhan, dan yang dimaksud di sini adalah meninggalkan bermewah-mewahan serta berlebih-lebihan dalam berpakaian serta kesederhanaan di dalamnya dalam keadaan dia memiliki kemampuan dan bukan dalam rangka mengingkari nikmat Allah."
(Dinukil dari FATHUL BARY No. 5926)

Dan termasuk sunnah dalam bersisir, hendaknya bersisir dengan tangan kanan dan memulainya dari sebelah kanan. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori (No. 168) dan Imam Muslim (No. 268) dari hadits Aisyah radhiallahu anha:
ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻌﺠﺒﻪ ﺍﻟﺘﻴﻤﻦ ﻓﻲ ﺗﻨﻌﻠﻪ ﻭﺗﺮﺟﻠﻪ ﻭﻃﻬﻮﺭﻩ ﻭﻓﻲ ﺷﺄﻧﻪ ﻛﻠﻪ
Artinya: ”Nabi shallallahu alaihi wasallam menyukai At-tayammun (yakni mendahulukan yang kanan) dalam memakai sandalnya, dalam menyisir rambutnya, dalam bersucinya, dan dalam segala urusannya.”
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahulloh:
"Dan At-tayammun dalam bersisir itu dengan memulainya dari sisi kanan dan melakukannya dengan-tangan kanan." (AL FATH No. 5926)

Sumber: darussalaf[dot]or[dot]id