Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Agustus 2015

Tentang WANITA BEPERGIAN TANPA DIDAMPINGI MAHRAMNYA

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
‏عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تُسَافِرْ الْمَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ وَلَا يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ
Janganlah seorang wanita melakukan safar kecuali bersama mahramnya. Jangan pula ada seorang laki-laki yang menemuinya kecuali bila disertai mahramnya. (HR. al-Bukhari 1763, Muslim 1341)

Asy-Syakh Bin Baz berkata:
TIDAK DIPERBOLEHKAN seorang wanita muslimah safar baik dengan pesawat maupun kendaraan lain tanpa ada mahram yang menyertainya. Hal ini berdasarkan keumuman sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
Janganlah seorang wanita melakukan safar kecuali bersama mahramnya.
Sebab, adanya kemungkinan hal-hal yang tidak disukai atau terlarang terjadi pada wanita tersebut di pertengahan perjalanan pesawat, dengan sebab apapun, dalam kondisi tidak ada orang lain yang menjaga dan melindunginya.
Kemungkinan lain, bisa terjadi kerusakan pada pesawat. Sehingga pesawat tersebut harus mendarat darurat di selain bandara tujuan. Lalu penumpang harus menginap di hotel sembari menunggu proses perbaikan pesawat, atau menunggu pergantian pesawat lain.
Terkadang, penumpang harus menunggu untuk jangka waktu cukup lama; sehari atau bahkan lebih. Nah, dalam kondisi seperti ini, seorang wanita yang safar sendirian dihadapkan pada hal-hal yang berbahaya.
Kesimpulannya, hikmah hukum-hukum syariat Islam itu sangat banyak dan agung. Terkadang, sebagian kita tidak mengetahuinya. Yang jelas, kita wajib berpegang teguh dengan dalil-dalil syariat dan tidak menyelisihinya tanpa ada uzur yang diizinkan secara syari.
Semoga Allah memberi taufik kepada semua pihak untuk memahami agama dan teguh di atasnya. Dia-lah sebaik-baik Zat yang diminta.

Sumber:
www .binbaz .org .sa/mat/677

Majmuah Manhajul Anbiya

###

Pertanyaan:
أريد أن أسألكم عن حديث: لا يحل لامرأة تؤمن بالله واليوم الآخر تسير يومين إلا ومعها محرم؛ هل إن كانت تصل في أقل من يومين في طريق مأمون هل يجوز ذلك أم لا؟
Saya ingin bertanya kepadamu tentang hadis:
"Tidak halal bagi seorang perempuan yang dia beriman kepada Allah dan hari Akhir mengadakan perjalanan selama dua hari kecuali bersama mahramnya."
Apakah diperbolehkan atau tidak jika perjalanan dia kurang dari dua hari di jalanan yang aman?

Jawab:
الأحاديث متنوعة في هذا فيها يومان وفيها يوم وليلة وفيها يوم وفيها ليلة وفيها ثلاثة أيام وفيها مطلق، هذا على اختلاف الأسئلة يجيبهم على قدر سؤالهم عليه الصلاة والسلام في الحديث الجامع ما رواه الشيخان في الصحيحين عن ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: لا يخلون رجل بامرأة إلا ومعها ذو محرم، ولا تسافر المرأة إلا مع ذي محرم، فقال رجل: يا رسول إن امرأتي خرجت حاجة وإني اكتتبت في غزوة كذا وكذا، فقال له النبي: انطلق فحج مع امرأتك؛ والحديث الجامع: لا تسافر إلا مع ذي محرم؛ أي سفر يوم أو ليلة أو يومين أو ثلاث أو أكثر أو أقل؛ لأنها عورة وفتنة، وإذا لم يكن معها محرم يصونها ويلاحظها عن الخطر العظيم عليها
Hadits-hadits dalam permasalahan ini sangatlah bermacam-macam. Ada yang menyebutkan satu hari satu malam, ada yang menyebutkan satu hari saja, ada yang hanya satu malam, ada yang menyebutkan sampai tiga hari, dan ada juga yang mutlak tidak disebutkan batas waktunya.
Hal ini berdasarkan perbedaan pertanyaan yang dijawab oleh Rasulullah sesuai dengan pertanyaan mereka para sahabat.
Dalam hadist yang umum, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari sahabat Ibnu Abbas Rasul bersabda:
Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berdua-duaan) dengan seorang perempuan kecuali bersama mahramnya. Maka berdiri seorang laki-laki seraya bertanya:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri ingin berangkat haji, sedangkan aku telah mendaftarkan diri ikut suatu peperangan ini dan itu.
Maka Nabipun menjawab:
"Pergilah dan berhaji bersama istrimu."
Dalam hadits yang umum pula Rasul bersabda:
"Janganlah dia (perempuan) safar kecuali bersama mahram."
Segala bentuk safar, baik satu hari, satu malam, dua hari, tiga hari, baik yang lebih dari tiga hari atau kurang dari itu semua.
DIKARENAKAN WANITA ADALAH AURAT DAN FITNAH jika tidak ada bersama dia mahram yang yang melindungi dia serta memperhatikan dia dari bahaya yang besar atasnya.
فالشيء الجامع هو السفر وما يعدُّ سفراً هو الممنوع قد يكون يوماً، قد يكون يومين، قد يكون ثلاثة، وقد يكون أكثر من ذلك، ولا فرق بين الطائرة وبين القطار والسيارة وبين الجمل، فإن الذي أخبر عن هذا يعلم سبحانه ما في السماء والأرض وما يكون في آخر الزمان، والرسول صلى الله عليه وسلم إنما يخبر عن مشروعية ذلك؛ لقوله سبحانه: وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Maka yang umum tadi berupa safar ataupun yang dianggap sebagai safar yang dilarang terkadang sehari, terkadang dua hari, tiga hari, terkadang lebih dari tiga hari.
Serta tidak ada perbedaan antara safar menggunakan pesawat, kereta, mobil, ataupun onta.
Dikarenakan yang memberitakan ini adalah Allah yang mengetahui apa-apa yang di langit dan di bumi, dan apa yang terjadi pada akhir zaman.
Dan Rasul shallallahu alaihi wasallam hanyalah dikabarkan tentang pensyariatan ini. Hal ini berdasarkan firman Allah:
"Tidaklah yang diucapkan (Muhammad) dari hawa nafsunya sendiri, melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya."
فهو يعلم عن شرع الله ويخبر عن شرع الله في الحاضر والمستقبل، والله سبحانه يعلم ما يكون في آخر الزمان في القرن الرابع عشر والخامس عشر من الطائرات والسيارات والقطارات والبواخر العظيمة السريعة وغير ذلك
Maka beliau mengetahui tentang syariat Allah dan dikabarkan kepada beliau syariat ini untuk sekarang dan yang akan datang.
Dan Allah mengetahui apa yang akan terjadi pada akhir zaman pada kurun ke empat belas ataupun lima belas (zaman sekarang) berupa pesawat-pesawat, mobil-mobil, kereta, kapal-kapal yang besar dan cepat dan selainnya.
فحكمه واحد بينه لعباده ولم يقل إلا إذا كان في آخر الزمان وجاءت مراكب سريعة فلا بأس، قد جعل الحكم واحداً
Hukumnya tetap sama antara hamba-hamba-Nya, dan Allah tidak mengatakan:
Kecuali jika pada akhir zaman nanti terdapat kendaraan yang cepat, maka (safarnya wanita tanpa mahram) tidak mengapa.
Namun Allah menjadikan hukumnya tetap satu (tidak diperbolehkan).

[Fatawa Syaikh Ibnu Baz]

Alih bahasa:
Tim WBF

WBF

WA Al Istifadah
WALIS