Cari Blog Ini

Senin, 26 September 2016

Pelajaran dari Secuil Kisah Perjalanan Hidup Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah

DARS USTADZ LUQMAN BA’ABDUH 24 DZULHIJJAH 1437 H/26 SEPTEMBER 2016 M (BA’DA MAGHRIB) DI MASJID MA’HAD AS SALAFY

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah benar-benar telah melewati begitu banyak tantangan dan ujian dalam dakwahnya. Apa yang kita ketahui tentang tantangan-tantangan yang menerpa beliau hanyalah segelintir kecil dari apa yang beliau alami.

Syaikhul islam dengan penuh kesabaran berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala dengan lisan, tulisan dan perbuatan. Melalui lisan dengan memberi nasihat, mengajarkan ilmu dari kabilah ke kabilah, dari lembah ke lembah dan seterusnya.

Beliau juga berdakwah melalui tulisan yang sebagiannya kita kenal, sebagiannya kita pelajari. Dan di sana masih banyak karya-karya beliau yang tidak kita ketahui.
Tidak hanya karya ilmiah di bidang tauhid, hadits, fikih dan lain-lain. Tapi beliau juga menulis risalah (surat-menyurat), sehingga hari-hari beliau tidak kosong dari amalan, surat itu ada yang berupa jawaban dari pertanyaan yang datang dari berbagai tempat (Yaman, Syam, Basrah dan lainnya) yang disampaikan kepada beliau melalui ibadah haji.

Akan tetapi, isu-isu negatif tentang beliau senantiasa mengiringi perjalanan hidup beliau. Tidak hanya di Nejd, isu-isu itu juga beredar di HIjas (Makkah dan Madinah), Basrah. Di masa itu, mengirim surat bukanlah hal yang mudah, namun beliau sabar untuk menulisnya. Beliau juga menulis surat yang isinya bantahan-bantahan terhadap musuh tauhid semisal Mutashowwifah dan Rafidhoh.

Kisah ini adalah sebuah sejarah yang mungkin akan berulang. Kita hanya sebagian kecil roda-roda sejarah yang berputar-putar.

Bagaimana para penuntut ilmu yang belajar kepada Syaikh, dulunya adalah anak muda dan kecil bersemangat menuntut ilmu, meninggalkan keluarganya, belajar dalam kondisi penuh tantangan. Allah lahirkan orang-orang besar sesuai dengan besarnya perjuangan mereka dalam tholabul ilmi.

Di samping itu banyak orang-orang yang lalai dari menuntut ilmu karena tergoda dengan dunia, sehingga mereka sibuk bertijarah (berdagang). Orang tersebut pun mati tanpa terlibat dalam roda dakwah , wafat begitu saja. Tapi seorang penuntut ilmu yang sabar dalam menuntut ilmu meski teman-temannya sibuk bermain dan tertawa, sabar untuk tetap duduk di majelis ilmu sehingga menjadi orang besar yang namanya dikenang dan dido’akan manusia.

Syaikhul islam telah melewati masa-masa sulit, nyawa taruhannya, harta benda dan keluarga. Dakwah Syaikh ternyata memberi pukulan besar terhadap musuh-musuh islam dari kalangan kaum kafir eropa (Prancis, Inggris, Italia dll) yang pada waktu itu berhasil menunggangi Kekhalifahan Utsmaniyah.

Negeri Nejd yang pada waktu itu tidak diperhitungkan, negeri yang tandus dan kering, ternyata dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala muncul seorang anak kecil yang rajin belajar, teguh dan tekun Muhammad bin Abdil Wahhab, tidak disangka-sangka oleh Kafir Eropa, Syi’ah Bathiniyah, Kaum Tashowwuf dan orang-orang yang melakukan praktik-praktik perdukunan akan terusik oleh dakwah beliau.

Tentu mereka tidak mampu membantah dakwah beliau, karena memang dakwah beliau begitu ilmiah. Selain ilmiah ternyata dakwah Syaikh juga begitu mudah untuk dipahami, sehingga waktu itu dakwah Syaikh diminati banyak orang. Bahkan, tanpa disadari hal ini juga diakui oleh seorang liberal yang mengatakan dengan makna: “Wahhabi (yang dimaksud Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan yang bersamanya), kenapa dakwahnya mudah diterima karena mereka mendifinisikan tauhid itu dengan mudah dan ringkas, tidak rumit seperti yang didefinisikan ahlul kalam”.

Ahlul batil mengada-adakan isu dusta terhadap syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang sangat keji. Diantara kedustaan yang disematkan pada diri beliau adalah:
1. Bahwa syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah mengkafirkan kaum muslimin secara umum dan bahwa siapa saja yang tidak masuk dalam teritorial negaranya pada waktu itu adalah kuffar.

The post Pelajaran dari Secuil Kisah Perjalanan Hidup Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah appeared first on Situs Resmi Ma'had As-Salafy.

Read full article at http://mahad-assalafy.com/2016/09/26/pelajaran-secuil-kisah-perjalanan-hidup-syaikh-muhammad-bin-abdil-wahhab-rahimahullah/

Doa Sesudah Berwudhu

Seseorang yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu berdoa

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

maka akan dibukakan untuknya delapan pintu al-Jannah, ia dipersilakan masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.

(HR. Muslim no. 345)

The post Jangan Lupa Baca Doa Ini Sesudah Berwudhu appeared first on Situs Resmi Ma'had As-Salafy.

Read full article at http://mahad-assalafy.com/2016/09/26/baca-doa-sesudah-berwudhu/

Hak Seorang Alim

RINGKASAN FAEDAH DARI MUHADHARAH (MAGHRIB – ISYA’) USTADZ ABU ZUBAIR KELATEN HAFIZHAHULLAH DI MA’HAD AS SALAFY JEMBER 23 DZULHIJJAH 1437 H / 25 SEPTEMBER 2016 M

Diantara kenikmatan besar yang Allah subhanahu wa ta’ala anugerahkan ialah senantiasanya kita didekatkan dengan orang-orang yang berilmu. al Imam al Lalikai rahimahullah meriwayatkan suatu atsar/perkataan dari Al Imam Ayyub as Sikhtiyani rahimahullah, beliau berkata:

إن من سعادة الحدث والأعجمي أن يوفقهما الله لعالم من أهل السنة

“Sesungguhnya diantara tanda kebahagiaan seorang pemuda dan orang ajam (orang luar arab) adalah Allah menuntun mereka kepada seorang alim dari kalangan ahlussunnah”.

Dan seorang alim memiliki hak atas kita yang sudah semestinya kita tunaikan, al Imam at Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan suatu hadits:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin al Ash radhiyallahuanhu, bahwasanya Nabi Muhammad shallalahualaihi wasallam bersabda: “Bukan termasuk golongan kita, orang-orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak mengetahui hak seorang alim”.

Apa sajakah hak-hak seorang alim itu? Berikut di antaranya:
1. Bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala telah didekatkan dengan orang-orang yang berilmu, kemudian mencurahkan rasa terima kasih kepada para alim ulama’ yang dengan sebab beliaulah kita bisa memahami ilmu agama.
2. Hendaknya mendoakan beliau agar Allah subhanahu wa ta’ala mengokohkannya di atas kebenaran, senantiasa istiqamah dalam mengikuti petunjuk Nabi Muhammad shallalahualihi wasallam, karena hati manusia berada di antara jari jemari Allah subhanahu wa ta’ala yang Ia putar balikkan sesuai kehendaknya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita mendoakan para alim ulama’ yang telah banyak berjasa kepada kita agar hatinya tidak berbalik kepada kebatilan. Sebagaimana hal tersebut menimpa pada Ibrohim ar Ruhaili, Ali Hasan al Ma’ribi, Muhammad al Imam al Ma’bari dan lainnya yang telah menyimpang dari jalan yang lurus.
3. Mendengar dan taat terhadap nasihat-nasihat yang beliau bimbingkan kepada kita.

The post Hak Seorang Alim appeared first on Situs Resmi Ma'had As-Salafy.

Read full article at http://mahad-assalafy.com/2016/09/25/hak-seorang-alim/

KISAH TSA'LABAH YANG MASYHUR

📕 KISAH TSA'LABAH YANG MASYHUR

KISAH TSA'LABAH TIDAK BENAR.

Berkata seorang ahli tafsir yang bernama As- Suyuthiy dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat:

وَمِنْهُم مَّنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِيْن.

Artinya:"Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh". (QS. At-Taubah:75).
bahwa yang dimaksud dengannya adalah Tsa'labah bin Hathib.

Al-Qadhy Kan'an mengomentari ucapannya tersebut dengan mengatakan bahwa:
"Ucapannya bahwa: "(dia adalah Tsa'labah, dan seterusnya..)".

Kisah yang dimaksudkan oleh As-Suyuthy ini, dan sebagaimana yang dia katakan bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengannya, kisah yang telah tersebar melalui lisan-lisan yang dinukil oleh sebagian ahli tafsir sebagaimana yang diriwayatkan dan tidak diingkari penisbatannya kepada Tsa'labah, seperti Al-Imam Ibnu Katsir dan As-Suyuthy disini dan dalam Ad-Durrul Mantsur dan selain kedua kitab tersebut, serta dinukil oleh yang lainnya dan dikomentari dengan kritikan, dan mereka mengangap mustahil bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan seorang shahabat yang ikut dalam perang Badr ini.

Berkata Al-Haitsamy dalam Majma'uz Zawaid: "Diriwayatkan oleh At-Thabrany, dan didalam (sanad)nya terdapat Ali bin Yazid Al-Alhany, dia matruk (ditinggalkan haditsnya)". Selesai ucapan beliau.

Berkata Al-Imam Ibnu Hajar dalam Takhrij Ahaditsil Kasysyaf:
"Diriwayatkan oleh Ath-Thabrany, Al-Baihaqy dalam Ad-Dala-il dan Asy-Syu'ab, dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabary dan Ibnu Marduyah, semuanya dari jalan Ali bin Yazid, dari Al-Qasim bin Abdirrahman, dari Abu Umamah, dan ini sanad yang dha'if jiddan (sangat lemah)".

Beliau juga mengatakan demikian  dalam kitab beliau Al-Ishabah :
"Dan berkata Al-Qurthuby dalam (kitab) tafsirnya setelah menyebutkan kisah tersebut: "Aku katakan: Tsa'labah adalah seorang badry (yang ikut dalam perang Badr, shahabat) dari kalangan Anshar, termasuk diantara para shahabat yang Allah dan Rasul-Nya mempersaksikan keimanannya, sehingga apa yang diriwayatkan tentang beliau itu tidak benar".

Dan berkata Adh-Dhahhak:
"(Ayat tersebut) turun berkaitan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik, mereka adalah: Nabtal bin Al-Harits, Jaddu bin Qabs, dan Mu'tab bin Qasyir. Dan ayat ini lebih tepat turun berkenaan dengan mereka". Selesai ucapan beliau.

Maka yang benar adalah bahwa (ayat tersebut) tidaklah turun berkenaan dengan Tsa'labah bin Hathib dan tidak pula dengan selain beliau dari kalangan kaum muslimin, kisah tersebut tertolak dan tidak bisa diterima. Jika ayat tersebut telah diturunkan berkaitan dengan beberapa orang tertentu, maka mereka itu pada dasarnya adalah orang-orang munafik.

Dalil untuk itu adalah kandungan beberapa ayat yang menerangkan tentang perbuatan orang-orang munafik. Silakan baca ayat 73-110 (Surat At-Taubah), dan juga nash ayat tersebut. Maka firman Allah:  ْوَمِنْهُم "Dan diantara mereka", yakni diantara mereka orang-orang munafik ketika mereka berjanji kepada Allah, setiap mereka adalah orang munafik dan bukanlah mereka sebelumnya adalah seorang yang beriman lalu kemudian menjadi munafik setelah melanggar janji tersebut.

Dan firman Allah :فَأَعْقَبَهُمْ
"Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka".
Yakni, orang-orang yang membatalkan janji.
Dan ini maksudnya bahwa mereka itu adalah suatu kelompok, sekiranya cuma satu orang, niscaya akan dikatakan: " فَأَعْقَبه"
"Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hatinya".

Dengan ini, maka menjadi jelaslah bagi kita bahwa ucapan Adh-Dhahhak bin Muzahim rahimahullah lebih kuat, yakni bahwasanya (ayat tersebut) turun berkaitan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik sebagaimana yang telah lewat pembahasannya, dan bahwasanya kisah ini tidak ada kaitannya dengan Tsa'labah maupun dengan salah satu diantara kaum muslimin yang jujur.

*****

✍🏼 Sumber:
Tanbiihaatun Muhimmah 'Alaa Qurratil 'Ainain Watafsiiril Jalaalain, oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, cet. Mudiiriyyatul Mathbuu'aat - Makkah, cet. thn. 16/11/1410 H,  hlm 64-66.

Alih bahasa:
Abu Hafsh Muhammad Tasyrif Al-Ambony.

Kendari, 22 Dzul hijjah 1437H / 24 Sept 2016.

⬆ Fawaid Ilmiah dari Grup Telegram "Ikhwan SULTRA Menyapa".

〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://telegram.me/salafykendari