Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’
Fatwa no. 3323
Ketua: ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz
Tanya:
ما حكم ترك المسلمين التعاون بينهم بأن لا يرضى ولا يجب أن يشتري من المسلمين، ويرغب في الشراء من دكاكين الكفار، هل هذا حلال أم حرام؟
Apa hukumnya ketika kaum muslimin meninggalkan ta’awun antar sesama mereka, tidak ridha dan tidak suka membeli dari sesama muslimin. Sebaliknya lebih senang membeli dari toko-toko orang kafir. Apakah ini halal atau haram?
Jawab:
الأصل جواز شراء المسلم ما يحتاجه مما أحل الله له من المسلم أو من الكافر، وقد اشترى النبي صلى الله عليه وسلم من اليهود، لكن إذا كان عدول المسلم عن الشراء من أخيه المسلم من غير سبب من غش ورفع أسعار ورداءة سلعة إلى محبة الشراء من كافر والرغبة في ذلك وإيثاره على المسلم دون مبرر فهذا حرام؛ لما فيه من موالاة الكفار ورضاء عنهم ومحبة لهم، ولما فيه من النقص على تجار المسلمين وكساد سلعهم، وعدم رواجها إذا اتخذ المسلم ذلك عادة له، وأما إن كانت هناك دواع للعدول من نحو ما تقدم فعليه أن ينصح لأخيه المسلم بترك ما يصرفه عنه من العيوب، فإن انتصح فالحمد لله، وإلا عدل عنه إلى غيره، ولو إلى كافر يحسن تبادل المنافع ويصدق في معاملته. وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Hukum asalnya seorang muslim boleh membeli apa yang dia butuhkan dari apa yang Allah halalkan untuknya, baik membeli dari seorang muslim atau kafir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli dari orang Yahudi.
Tapi kalau seorang muslim itu tidak mau membeli dari saudaranya sesama muslim tanpa ada sebab, baik penipuan, atau harga lebih tinggi, dan barang yang jelek, namun justru disebabkan karena cinta membeli dari orang kafir, senang dengan itu, lebih mengutamakan orang kafir atas orang muslim tanpa ada alasan, maka INI HARAM.
Karena pada perbuatan/sikap ini terdapat loyalitas kepada orang-orang kafir dan ridha kepada mereka.
Juga karena pada sikap ini celaan kepada para pedagang muslim dan membuat barang dagangan mereka tidak laku dan tidak beredar apabila itu menjadi kebiasaan muslim.
Adapun apabila di sana ada faktor-faktor tertentu yang menyebab dia berpaling dari itu (yakni tidak mau membeli dari orang muslim) maka hendaknya dia menasehati saudaranya muslim tersebut (yakni penjual muslim) agar meninggalkan aib-aib yang menyebabkan pembeli berpaling darinya. Kalau dia mau menerima nasehat tersebut, maka Alhamdulillah. Kalau tidak, maka boleh beralih darinya kepada penjual lain, walaupun kepada orang kafir namun yang bagus dalam bertransaksi dan jujur dalam muamalahnya.
Wa billah at-Taufiq wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Shahbihi wa Sallam.
Majmuah Manhajul Anbiya