Cari Blog Ini

Selasa, 02 Juni 2015

Tentang BATALNYA WUDU KARENA TERKENA NAJIS

Al Ustadz Abdul Haq Balikpapan hafizhahullah

Tanya:
Di saat kita dalam keadaan suci atau berwudhu, kemudian anak kita buang air kecil atau besar, lalu kita membersihkannya atau mencebokinya. Maka pasti kita akan menyentuh najisnya dan kemaluannya, apakah itu membatalkan wudhu kita?

Jawab:
Tidak! Jadi pembatal-pembatal wudhu (ini sudah kita bahas, sekarang muraja'ah). Yang pertama apa? Pertama dan utama, dan itu yang menyeluruh sifatnya, apa saja yang keluar dari dua jalan, semuanya delapan hal. Apa delapan hal?
(1) Mani,
(2) madzi,
(3) wadi,
(4) darah haid,
(5) boul (air kencing), terus apa lagi?
(6) Ya semuanya, (termasuk) cacing, semua yang keluar dari dua jalan, itu membatalkan wudhu.
Kemudian apa lagi?
(7) Makan daging unta, kemudian
(8) tidur yang nyenyak. Apa lagi?
(9) Riddah (murtad), keluar dari Islam. Apa lagi?
(10) Pingsan, hilang akal. Ini semua pembatal wudhu.
Adapun menyentuh benda najis, kotoran ini tidak membatalkan wudhu. Sehingga pada kasus yang disebutkan tadi, ketika seseorang sudah berwudhu, kemudian menceboki anak, membersihkan najis dari anak kita yang membuang kotoran atau kencing atau BAB, maka ini tidak membatalkan wudhu. Wallahu ta'ala a'lam.

TIS (Thalab Ilmu Syar'i)

Tentang JIHAD

Firman Allah Ta’ala:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﺷْﺘَﺮَﻯ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻟَﻬُﻢْ ﺑِﺄَﻥَّ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻳُﻘَﺎﺗِﻠُﻮْﻥَ ﻓِﻲْ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻴَﻘْﺘُﻠُﻮْﻥَ ﻭَﻳُﻘْﺘَﻠُﻮْﻥَ ﻭَﻋْﺪًﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﻘًّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﺍْﻹِﻧْﺠِﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻭْﻓَﻰ ﺑِﻌَﻬْﺪِﻩِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﺎﺳْﺘَﺒْﺸِﺮُﻭﺍ ﺑِﺒَﻴْﻌِﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﺎﻳَﻌْﺘُﻢْ ﺑِﻪِ ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻔَﻮْﺯُ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin jiwa dan harta mereka dengan surga bagi mereka. Mereka berjihad di jalan Allah, mereka membunuh dan dibunuh. Itulah janji yang benar dari Allah dalam kitab Taurat Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janji daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. at Taubah: 111)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﻜُﻢْ ﺍﻧﻔِﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﺛَّﺎﻗَﻠْﺘُﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺃَﺭَﺿِﻴﺘُﻢْ ﺑِﺎﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻓَﻤَﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻻ ﻗَﻠِﻴﻞٌ ﺇِﻻ ﺗَﻨﻔِﺮُﻭﺍ ﻳُﻌَﺬِّﺑْﻜُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴﻤًﺎ ﻭَﻳَﺴْﺘَﺒْﺪِﻝْ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻏَﻴْﺮَﻛُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻀُﺮُّﻭﻩُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ‏
“Wahai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepada kamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepadaNya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah: 38-39‏)
Itu adalah ancaman bagi orang-orang yang enggan, merasa berat untuk berjihad.

Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﺗَﺒَﺎﻳَﻌْﺘُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻌِﻴْﻨَﺔِ ﻭَﺃَﺧَﺬْﺗُﻢْ ﺃَﺫْﻧَﺎﺏَ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮِ ﻭَﺭَﺿِﻴْﺘُﻢْ ﺑِﺎﻟﺰَّﺭَﻉِ ﻭَﺗَﺮَﻛْﺘُﻢُ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩَ، ﺳَﻠَّﻂَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺫُﻻًّ ﻻَ ﻳَﻨْﺰِﻋُﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺮْﺟِﻌُﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺩِﻳْﻨِﻜُﻢْ
“Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah dan kalian telah disibukkan memegang ekor-ekor sapi dan telah senang dengan bercocok tanam dan juga kalian telah meninggalkan jihad niscaya Allah akan kuasakan/timpakan kehinaan kepada kalian tidak akan dicabut/dihilangkan kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud no. 3003 di dalam kitab Al Buyu’ pada bab An-Nahyu ‘anil ‘Inah dan diriwayatkan pula oleh Al-Imam Ahmad. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menshahihkan hadits ini dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor 11.

Dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﻐْﺰُ، ﺃَﻭْ ﻳُﺠَﻬِّﺰْ ﻏَﺎﺯِﻳًﺎ، ﺃَﻭْ ﻳَﺨْﻠُﻒْ ﻏَﺎﺯِﻳًﺎ ﻓِﻲ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ، ﺃَﺻَﺎﺑَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻘَﺎﺭِﻋَﺔٍ ﻗَﺒْﻞَ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
“Barangsiapa yang tidak berperang atau tidak menyiapkan peperangan atau tidak memberi wasiat untuk berperang kepada keluarganya dengan kebaikan, maka Allah akan menimpakan padanya dengan al-Qari’ah sebelum hari kiamat.” ‏(Hadits riwayat Abu Dawud (2503) dan dihasankan oleh al-Imam al-Albani rahimahumallah‏)
Al-Qari’ah adalah bencana dan malapetaka membinasakan yang datangnya tiba-tiba.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
بعثت بالسيف بين يدي الساعة حتى يعبد الله وحده لا شريك له، وجعل رزقي تحت ظل رمحي، وجعل الذلة والصغار على خالف أمري، ومن تشبه بقوم فهو منهم
“Aku diutus dengan pedang sebelum hari Kiamat, agar Allah satu-satu-nya yang diibadahi tidak ada sekutu bagi-Nya. Dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku. Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan atas orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut.” (HR. Ahmad 2/50, 92; Abu Dawud 4013 dari shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu 'anhu)

Al-Hafizh Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan dalam syarh hadits ini:
“Di antara penyebab terbesar kehinaan, yang merupakan penyelisihan terhadap perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, adalah meninggalkan amal yang dilakukan oleh beliau yaitu BERJIHAD MELAWAN MUSUH-MUSUH ALLAH. Barangsiapa yang menempuh jalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam berjihad, maka DIA AKAN MULIA. Barangsiapa yang meninggalkan jihad, dalam kondisi dia mampu, maka dia akan hina. Telah lewat hadits:
إذا تبايعتم بالعينة، واتبعتم أذناب البقر، وتركتم الجهاد في سبيل الله- سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه من رقابكم حتى تراجعوا دينكم
“Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘Inah (salah satu bentuk sistem riba), dan kalian mengikuti ekor-ekor sapi, dan KALIAN MENINGGALKAN JIHAD FI SABILILLAH, maka Allah akan timpakan pada kalian kehinaan, yang tidak akan Allah cabut dari kalian sampai kalian mau kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud 3462, Ahmad 2/84)
Barangsiapa meninggalkan jihad yang dulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berada di atasnya, padahal dia mampu, dan dia tersibukkan dari jihad karena mencari dunia dengan cara-cara yang mubah, maka dia akan mendapatkan kehinaan. Maka bagaimana kalau tersibukkan dari jihad karena mengumpulkan dunia dengan cara-cara yang haram?!”
(Dinukil dari Fatwa Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’ no. 21009)

###

Firman Allah Azza wa Jalla:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. (QS. Al-Ankabut: 69)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
علَّق سبحانه الهدايةَ بالجهاد، فأكملُ الناسِ هدايةً أعظمُهم جهادًا، وأفرضُ الجهادِ جهادُ النفس وجهادُ الهوى وجهادُ الشيطان وجهادُ الدنيا، فمن جاهد هذه الأربعةَ في الله هداه الله سُبُلَ رضاه الموصِلةَ إلى جنَّته، ومن ترك الجهادَ فاته مِن الهدى بحسب ما عطَّل مِن الجهاد، قال الجنيد: والذين جاهدوا أهواءَهم فينا بالتوبة لنهدينَّهم سُبُلَ الإخلاص، ولا يتمكَّن مِن جهاد عدوِّه في الظاهر إلاَّ مَن جاهد هذه الأعداءَ باطنًا، فمن نُصر عليها نُصر على عدوِّه، ومن نُصرت عليه نُصر عليه عدوُّه
Pada ayat ini, Allah subhanahu wataala mengaitkan hidayah dengan jihad.
Maka manusia yang paling besar hidayahnya adalah manusia yang paling besar jihadnya. Dan jihad yang paling wajib atas seseorang adalah:
(1) jihad terhadap dirinya,
(2) jihad terhadap hawa nafsunya,
(3) jihad terhadap syaithon, dan
(4) jihad terhadap dunia.
Maka barang siapa yang berjihad pada empat perkara tersebut semata-mata karena Allah, maka sungguh Allah akan memberinya hidayah untuk menempuh jalan keridhoan-Nya yang akan mengantarkan dia ke surga.
Dan barang siapa yang mengabaikan jihad, maka akan terluput pula darinya hidayah sekadar apa yang dia tinggalkan dari jihad tersebut.
Berkata Junaid:
Dan orang-orang yang berjihad memerangi hawa nafsunya di jalan Allah dengan cara bertaubat, maka akan diberi hidayah untuk menempuh jalan keikhlasan.
Dan seseorang tidak akan mampu berjihad melawan musuh yang nampak kecuali dia telah berhasil berjihad melawan musuh-musuh yang batin.
Barang siapa yang telah berhasil mengalahkan musuhnya yang batin, maka dia juga akan berhasil mengalahkan musuhnya yang dhohir.
Dan barang siapa yang dikalahkan oleh musuhnya yang batin, maka pasti dia juga akan dikalahkan oleh musuhnya yang dhohir.
[Kitab al Fawaid hal: 59]

Sumber:
www .sahab .net/forums/index .php?showtopic=143363#entry687482

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia