Cari Blog Ini

Kamis, 31 Maret 2016

MENGGUNAKAN PEWANGI PAKAIAN

〰〰〰〰〰〰〰
🔰TANYA JAWAB 🔰
〰〰〰〰〰〰〰

❓PERTANYAAN:
Afwan ustadz ana mau tanya: Bagaimana hukum wanita keluar rumah dengan memakai pakaian yang wangi sebab pada saat dicuci mengunakan pewangi pakaian seperti Molto? Jazakumullahu khairan.

✅ JAWABAN:
Jika keluar rumahnya itu akan melewati jalan yg bau semerbak wanginya akan tercium laki-laki yg bukan mahram, tidak diperbolehkan

Sebaiknya jika ingin mencuci menggunakan pewangi pakaian, dipisahkan antara pakaian laki-laki (yang bisa menggunakan pewangi) dengan pakaian wanita. Pakaian wanita jangan menggunakan pewangi, jika itu pakaian untuk keluar rumah. Termasuk pewangi saat menyetrika juga perlu memperhatikan pemisahan semacam itu.

Dalam hadits, dinyatakan:

أيما امرأة استعطرت فمرت على قوم ليجدوا من ريحها فهي زانية

Wanita mana saja yang memakai wewangian, kemudian berjalan melewati suatu kaum agar mereka mencium baunya, maka dia adalah wanita pezina (H.R anNasaai, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

Dalam hadits lain, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan:

أيما امرأة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الأخرة

Wanita mana saja yg memakai bakhur (semacam wewangian), maka jangan ikut sholat Isya bersama kami (kaum lelaki di masjid)(H.R Muslim)

❓PERTANYAAN:
Pezina dalam hadist tersebut maksudnya dosanya semisal berzina atau wanita tersebut melakukan perbuatan yang mengarah pada perzinahan ataukah dihukumi sama dengan seorang wanita yang sedang  berzina selama dia berada diluar rumah ustadz?

✅JAWABAN:
Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi syarh Sunan atTirmidzi bahwa maksudnya ia seperti pezina yang membangkitkan syahwat para lelaki dengan semerbak harum yang disebarkannya. Sehingga kemudian para lelaki itu memandangnya, sehingga menyebabkan zina mata.

👆Dijawab oleh Ustadz Abu Utsman Kharisman hafidzahullah. Dinukil dari Grup WA al-I'tishom

〰〰〰〰〰〰
📚🔰 Salafy Kendari || http://bit.ly/salafy-kendari

Kisah Baqi’ bin Makhlad

salafymedia.com
Kisah salaf

🎓 SHODAQOH ROHIMAKUMULLAH‼️

🔍 Kisah Pencari Ilmu Yang Sejati📚

👣👞Pada suatu hari Baqi’ bin Makhlad melakukan perjalanan dari Andalus🏝 menuju Baghdad dengan berjalan kaki, melewati daratan, lautan, serta🏔 gunung–gunung.

Ketika itu umur beliau baru 20 tahun. Tujuan beliau melakukan🐾 perjalanan tersebut adalah untuk bertemu dengan Al-Imam Ahmad bin Hambal dan 📚 menuntut ilmu darinya.

Tatkala beliau mendekati Kota Baghdad 🏞 ternyata sampai kepadanya kabar tentang ujian yang menimpa Al-Imam Ahmad bin Hambal. Dikarenakan beliau 🎓 rahimahulloh tidak mau berpendapat bahwa Al Qur’an adalah makhluq❌.

Sampai pula kabar bahwa Al-Imam Ahmad 🚫 dilarang untuk mengajar dan mengadakan majelis (pengajian), beliau dipaksa untuk tinggal di rumahnya🏡.

🔊💧Kemudian Baqi’ berkata : “Akupun bersedih dengan kesedihan yang sangat karena hal itu. “

👣👞Akan tetapi Baqi’ tetap meneruskan perjalanannya. Setibanya beliau di Baghdad, beliau meletakkan perbekalannya dan pergi menuju masjid Al Kabir🕌 (Masjid Agung) yang ada di Baghdad.

Kemudian beliau pergi mencari 🔍 rumah Imam Ahmad, maka ditunjukkanlah kepada beliau rumah 🏡 Imam Ahmad.

🚪 Kemudian beliau mengetuk pintu rumah dan Imam Ahmad pun membukanya.

🔊Baqi’ berkata kepada Imam Ahmad : “Aku adalah orang yang asing di negeri ini dan ingin mencari ilmu 📚, tidaklah aku melakukan perjalanan ini kecuali kepadamu.”

📣🎓 Kemudian Imam Ahmad bertanya : “Di manakah tempat tinggalmu❓”

Baqi’ menjawab : “Di Barat jauh, aku mengarungi lautan 🚢 dari negriku menuju ke Afrika.”

🎓🔊 Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya tempat tinggalmu🏜 jauh sekali, dan aku ingin membantumu akan tetapi keadaanku seperti ini, (sedang diuji dan ditahan dirumahku).”

🔎 Maka Baqi’ berkata,

“🎓🔊Wahai Abu Abdillah (kunyah Imam Ahmad) … aku adalah orang yang asing, tidak ada satupun dari orang Baghdad yang mengenaliku, jika engkau mau aku akan datang kepadamu setiap hari akan tetapi dalam bentuk seorang pengemis.

🏡 Kemudian aku ketuk pintu rumahmu 🚪 aku meminta shadaqah.

📜 Kemudian engkau membacakan kepadaku walaupun satu hadits dalam sehari.”

🎓✅ Maka Imam Ahmad berkata : “Baiklah … Engkau boleh seperti itu tetapi dengan syarat engkau tidak menceritakan keadaanmu itu kepada Ashhabul Hadits (para pencari hadits) yang lain, karena nanti mereka akan iri kepadamu”

🔊 Maka Baqi’ berkata : “Aku bawa sebatang kayu di tanganku dan aku balut kepalaku dengan kain kemudian aku masukkan kertas dan penaku 📝 di kantong bajuku.

🏡👣 Kemudian aku pergi menuju rumah Imam Ahmad dan mengetuk pintu rumahnya dan berteriak (meminta shadaqoh) “Shadaqah rahimakumullah‼️”

🚪📖Maka kemudian Imam Ahmad keluar menemuiku dan memasukkanku ke rumahnya dan mengunci pintu rumah, kemudian membacakan kepadaku dua atau tiga hadits sehingga terkumpul padaku 300 hadits.”

🌧🚿Kemudian suatu hari Allah menghilangkan ujian yang menimpa Imam Ahmad dan diizinkannya beliau untuk mengajar 🕌 dan mengadakan majelis-majelis taklim.

🐾 Maka, apabila aku datang di majelis beliau, maka beliau memerintahkan untuk meluaskan tempat duduk untukku dan mendudukkanku di sampingnya.

📣 Beliau berkata kepada muridnya, “Ini adalah seorang yang pantas dikatakan “Tholibul Ilmu” penuntut ilmu agama yang sebenarnya.”

Kemudian beliau menceritakan kisahku kepada mereka..
-selesai-

Referensi:
📕 Kitab Waratsatul Anbiya’, Asy Syaikh Abdul Malik bin Muhammad Qasim, Hal. 63 – 64.

✅ Demikianlah, dengan kepayahan dan rintangan serta semangat yang besar barulah seseorang dikatakan sebagai 📕 THALIBUL IMLI (Penuntut Ilmu yang sebenarnya). Lantas bagaimana dengan kita⁉️

✍ Admin Almanshuroh Mujur

Sumber:
www.islammujur.com

🍃🌾🍃🌾🍃🌾

Dipublikasikan oleh ⤵
___________________________
almuwahhidiin.salafymedia.com
📚 طالب العلم جيكارنج

Pada,  Rabu 21 Jumadil akhir 1437H/30 Maret 2016M Jam 14.58 Wib

Didukung oleh: WebMasterKHAS

http://salafymedia.com/blog/kisah-salaf/

BERJALAN TANPA ALAS KAKI

SUNNAH NABI YANG NYARIS TERLUPAKAN

”BERJALAN TANPA ALAS KAKI”

Dari Abdulloh bin Buroidah bin Al Hushoib Al Aslamy:

” Dulu, Nabi -shollallohu ‘alaihi wasallam- pernah MEMERINTAHKAN KAMI AGAR SESEKALI BERJALAN TANPA ALAS KAKI.”

(Dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al Albaaniy dalam Shohih Abu Dawud no. 4160)

عبد الله بن بريدة بن الحصيب الأسلمي كان النبي صلى الله عليه وسلم  ” يأمرنا أن نحتفي أحيانا”

(صححه الألباني رقم : ٤١٦٠ – صحيح أبي.داود)

JENGGOT TIDAK BERDOSA

JENGGOT TIDAK BERDOSA

Al ‘Allaamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hadiy Al Waadi’iy -rohimahulloh- berkata:

”Jika kamu melihat ada orang yang berjenggot BERDUSTA,

Dan jika kamu melihat ada orang yang berjenggot BERKHIANAT,

Dan jika kamu melihat ada orang yang berjenggot MENCURI,

Maka yang tercela bukanlah jenggotnya,
namun yang tercela adalah PEMILIKNYA.

(Dari WA MASYAYIKH ADEN)