Cari Blog Ini

Selasa, 09 September 2014

Tentang HIPNOTIS

Pertanyaan:
Apakah hukum islam terkait hipnotis, yang dengannya akan menguat kemampuan penghipnotis (penghilang kesadaran) menguasai yang dihipnotis lalu berikutnya orang tersebut akan mudah dikendalikan, untuk diajak meninggalkan perkara yang haram atau disembuhkan dari penyakitnya, atau melakukan sesuatu yang dituntut oleh penghipnotis?

Jawab:
Hipnotis itu merupakan bentuk perilaku perdukunan (sihir) yang dilakukan melalui bantuan jin, yang dengannya penghipnotis bisa mempengaruhi orang yang dihipnotis. Maka dia berbicara sesuai kemauan penghipnotis, dan jin itu memberinya kekuatan untuk melakukan sebagian pekerjaan dengan tekanan pengaruh padanya. Jika hal itu bertepatan dengan penghipnotis maka itu merupakan ketaatan padanya, sebagai balasan dari apa yang dipersembahkan penghipnotis dan menjadikan jin itu yang menghipnotis mentaati kemauan penghipnotis (dan seterusnya yang menunjukkan adanya kerjasama antara penghipnotis dan jin). Bahkan hal ini adalah syirik, karena hal ini adalah mengadu dan meminta tolong kepada selain Allah ﺗﻌﺎﻟﻰ .

(Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah 1/338 fatwa no. 1779)

Asy-Syaikh Al-Albany ditanya: Apa hukum hipnotis?
Jawab: Ini adalah dajjal model baru, dajjal yang menyesuaikan zaman, maka hal ini tidak boleh.

Dan beliau setelah menyebutkan hukum perdukunan dan sebagainya beliau berkata:
Hipnotis ini termasuk perantara yang ghaib dari manusia, kalau memang seperti ini maka tidak boleh ditempuh.
Setelah terjadi diskusi dengan para penanya, maka kesimpulan ucapan beliau bahwa hal ini ditempuh dengan cara perdukunan dan sihir dan meminta bantuan jin.

(Silsilah Huda wa Nur kaset no. 324 dan kaset no. 27)

Tentang BERDUSTA UNTUK MEMANCING TAWA

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang bercerita lalu berdusta untuk membuat tawa manusia, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan al-Hakim dari Mu’awiyah bin Haidah. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah menyatakannya hasan dalam Shahih al-Jami’)
Ia celaka karena dusta sendiri adalah pokok segala kejelekan dan cela, sehingga apabila digabungkan dengan hal yang mengundang tawa yang bisa mematikan hati, mendatangkan kelalaian, dan menyebabkan kedunguan, tentu hal ini lebih buruk. (Faidhul Qadir 6/477)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴْﻢُ ﺑَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﺭَﺑَﺾِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻤِﺮَﺍﺀَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻂِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﺃَﻋْﻠَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﺴُﻦَ ﺧُﻠُﻘُﻪُ
“Sesungguhnya saya menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta walaupun dia bercanda, dan sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang baik akhlaknya.” (Lihat: Silsilah Ash-Shahihah no. 273)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya saya bercanda dan saya tidaklah mengatakan selain kebenaran.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Kabir dari jalan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah menyatakannya sahih dalam Shahih al-Jami’)
At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda mencandai kami?” Beliau bersabda,
إِنِّي لَا أَقُوْلُ إِلَّا حَقًّا
“Saya tidak berkata selain kebenaran.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1990)
Seolah-olah, mereka ingin mengatakan bahwa tidak pantas bagi beliau yang membawa risalah (tugas) dari Allah Subhanahu wata’ala dan mulia kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wata’ala untuk bercanda. Beliau pun mengatakan bahwa beliau memang bercanda, namun tidak mengatakan kecuali kebenaran. (lihat Syarhul Misykat karya ath-Thibi, 10/3140)

###

Yang Mulia Al-‘Allaamah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah

Pertanyaan:
Ketika bercanda dan tertawa bersama teman-teman, masuk padanya kedustaan. Tidak ada tujuan kecuali hanya untuk mancing tertawa dan bercanda, maka apa nasihat anda? Semoga Allah membalas kepada anda kebaikan.

Jawaban:
Tidak boleh bagi seorang muslim atau muslimah untuk berdusta walaupun dalam bercanda. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
”Celaka bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta agar tertawa dengamnya suatu kaum, celaka dia kemudian celaka dia.”
Ini adalah ancaman. Lafazh al-Wail (dalam hadits) karena kerasnya adzab. Di sini Nabi mengatakan: ”Wail (celaka) bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta agar tertawa dengannya suatu kaum, celaka dia kemudian celaka dia.”
Maka wajib bagimu wahai saudaraku untuk menjauhi hal itu, dan wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk menjauhi hal itu. Maka dusta itu adalah kejelekkan, maka wajib menjauhinya apakah ketika serius ataupun bercanda semuanya. Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan.

Tentang DIKAFIRKANNYA ORANG-ORANG YAHUDI DAN ORANG-ORANG NASHRANI

“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’, dan orang Nashrani berkata: ‘Al Masih itu putera Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 30-31)

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam.” (Al-Maidah: 17, 72)

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Maidah: 73)

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan ‘Isa putera Maryam.” (Al-Maidah: 78)

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)

“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidaklah dari umat ini baik Yahudi atau Nashrani mendengar tentang aku, kemudian dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya kecuali ia termasuk ahli neraka.” (Shahih, HR. Muslim dari Abu Hurairah)

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)

-----------------------------------

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah

Penanya: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, bagaimana pendapat Anda tentang ucapan sebagian mufti, terkhusus yang ada di chanel-chanel televisi dengan mengatakan: “Saudara-saudara kita orang-orang Nashara.” Atau ungkapan-ungkapan yang semisalnya, dengan dalih bahwa semuanya beriman?

Asy-Syaikh:

Ini termasuk kekafiran dan kesesatan, kita berlindung kepada Allah darinya. Orang yang menganggap bahwa Yahudi dan Nashara sebagai muslimin dan orang-orang yang beriman serta sebagai saudara, maka ini merupakan kemurtadan dari agama Islam. Semua yang tidak mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi was sallam maka dia kafir. Siapa saja yang tidak mengikuti Muhammad shallallahu alaihi wa sallam maka dia kafir, sama saja apakah dia seorang Yahudi atau Nashara atau selainnya. Setelah diutusnya Nabi shallallahu alaihi was sallam tidak ada lagi agama dan keimanan kecuali dengan mengikuti beliau shallallahu alaihi was sallam. Jadi siapa yang mengatakan bahwa setelah diutusnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam manusia tidak harus menaati beliau dan mereka boleh tetap memeluk agama Yahudi dan agama Nashara serta menyatakan bahwa itu adalah agama yang benar, maka dia kafir dan murtad dari agama Islam. Kita memohon keselamatan kepada Allah.

Orang yang mengatakan bahwa Yahudi dan Nashara adalah saudara-saudara kita dan bahwasanya mereka juga adalah orang-orang yang beriman, orang tersebut bisa jadi dia tidak mengimani keumuman risalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka ini merupakan kekafiran. Kita berlindung kepada Allah darinya.
ﻗُﻞْ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻧِّﻲْ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻟَﻪُ ﻣُﻠْﻚُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﻳُﺤْﻴِﻲْ ﻭَﻳُﻤِﻴْﺖُ ﻓَﺂﻣِﻨُﻮْﺍ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺍﻟْﺄُﻣِّﻲِّ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﻠِﻤَﺎﺗِﻪِ ﻭَﺍﺗَّﺒِﻌُﻮْﻩُ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﻬْﺘَﺪُﻭْﻥَ .
Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya, yaitu Dzat Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada yang berhak disembah selain Dia, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu seorang nabi yang ummi (yang tidak mengetahui baca tulis –pent) yang dia beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 158)

Jadi orang tersebut bisa jadi dia mengingkari keumuman risalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka ini merupakan kekafiran. Namun bisa jadi dia mengimani keumuman risalah, hanya saja dia menganggap bahwa agama Yahudi merupakan keimanan kepada Rasul dan agama Nashara juga merupakan keimanan kepada Rasul, padahal mereka menyatakan bahwa Allah adalah ketiga dari yang tiga (trinitas –pent)! Maka ini lebih parah kekafirannya, kita berlindung kepada Allah darinya dan memohon keselamatan kepada-Nya.

Tentang BEPERGIAN KE NEGERI KAFIR

Dalam masalah safar, Islam memberi ketentuan yang tegas dan jelas terkait safar ke negeri-negeri kafir. Menurut Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah, safar ke negeri-negeri kafir adalah haram, kecuali dalam keadaan darurat, seperti dalam rangka pengobatan, bisnis, studi bidang-bidang khusus yang bermanfaat yang tidak mungkin bisa diperoleh kecuali dengan melakukan safar ke negeri-negeri kafir. Maka safar semacam itu boleh, sekadar memenuhi kebutuhan semata. Bila telah selesai kebutuhannya, wajib kembali ke negeri kaum muslimin.

Boleh berkunjung ke negeri-negeri kafir ini disyaratkan dengan tetap menampilkan agamanya secara zhahir, tampil mulia dengan Islamnya, serta menjauhi tempat-tempat yang.buruk. Tetap waspada dari infiltrasi (disusupi) dan tipu daya kaum kafir. Termasuk yang dibolehkan safar ke negeri-negeri kafir yaitu bila memiliki tujuan atau misi dakwah mengajak ke jalan Allah serta menyebarkan Islam.

(Al-Wala’ wal Bara’ fil Islam)

###

Question:
My son travels abroad to attend football (soccer) matches in the lands of the unbelievers; what is your advice for me and for him regarding this matter?

Shaykh Salih Fawzan:
[My advice] is that he is to have Taqwa of Allah and not to follow this game that has no benefit, rather it is harmful, and that he not travel for its sake to the lands of the unbelievers.
Firstly [football] is useless. And secondly, travelling to the lands of the unbelievers is not permitted except for a necessity, for medical treatment, to learn something special only they have and which we need, or for trade, this is alright.

Translated by Owais Al-Hashimi حفظه الله

salaf-us-saalih.com

Tentang JEJARING SOSIAL, MAILING LIST, FORUM DISKUSI, CHATTING ROOM, WEBSITE, ATAU MEDIA INTERNET LAINNYA

Ringkasan Nasehat Syaikh Muhammad Ghalib

Setelah beliau bertahmid dan menyampaikan sholawat, beliau menyampaikan beberapa persoalan terkait media jejaring sosial seperti whatsapp dll:

1. Terlarang untuk bergabung dengan perkumpulan ahlul ahwa, karena akan mendapatkan berbagai syubhat mereka.
2. Jika di dalam grup jejaring sosial terdapat shohibu hawa dan shohib bid’ah maka hendaknya menasehatinya dan membinanya, namun jangan berdebat dengannya.
3. Perdebatan dan dialog bukan hak setiap orang, karena boleh jadi perdebatan tersebut menjadi sebab untuk melemahkan muslimin.
4. Harus dibedakan antara orang yang mudah menerima kebenaran dengan penentang dan pendebat; kepada kelompok pertama: jelaskan al-haq bimbing kepada dalil dan bersikap lembut kepadanya.
Kepada kelompok kedua: cela perbuatannya, bantah kebatilannya.dan bersikap keras dengannya.
5. Ketika melakukan dialog ilmiah harus siap tunduk kepada al-haq dan berpegang teguh dengannya, sekalipun kebenaran itu datang dari orang yang menyimpang.
6. Hendaknya berhati-hati dari menjadikan ucapan dan pemahamannya sebagai sumber rujukan.
7. Tidak dibenarkan bagi tholibul ilmi untuk bersikap menjilat, tapi hendaknya menampakkan hujjah dan menjelaskan sisi kebenaran dalam ucapannya, membela al-haq dan tidak tertipu oleh kilaunya kebatilan.
8. Untuk mencapai tujuan bagi seorang salafy tidak dengan menghalalkan segala cara.
9. Dalam membantah dan berdialog harus dengan keikhlasan dan mengikuti syariat.
10. Tidak menyibukkan diri dengan sarana-sarana ini utk mendapatkan ilmu.

Wallohu a’lam.

Artikel dikirim oleh Al Ustadz Abdul Mu’thi bin Mughni Kariim Hafizhahullah Madinah

Diterjemahkan dan diringkas oleh Al Ustadz Sholehudin Hafizhahullah

-----------------------------------

Arahan Asy Syaikh Mahir Al Qahthany Teruntuk Ikhwan Yang Memanfaatkan Fasilitas WhatsApp
أوصيكم معشر الاصحاب والاخوة بوصايا ارجو بها من الله الثواب ثم منكم العمل بها مخلصين له الدين
Saya nasehatkan kepada kalian semua, seluruh saudara dan ikhwan, dengan beberapa wejangan. Saya mengharapkan ganjaran dari Allah semata, dan mengharapkan kebaikan dari amalan yang kalian laksanakan karenanya. Semua yang didasari atas keikhlasan kepada Allah semata.
أولاً:
انكم في عملكم هذا بنقل العلم عن أهله ومتابعته بنية طلب العلم في فضل عظيم، ففي الحديث : من دل على خيرٍ فله مثلُ أجر فاعله . رواه مسلم
وفي حديث آخر : ومن سلك طريقاً يلتمس فيه عِلماً، سهّل اللهُ له به طريقاً الى الجنة . رواه مسلم
Pertama:
Bahwa kalian yang sedang mengerjakan amalan ini. Menukilkan ilmu dari Ahlinya dan mengikutinya. Hendaknya didasari karena Thalabul Ilmi, dan didalamnya terdapat fadhilah yang agung. Dalam sebuah Hadits: ”Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan ganjaran semisal dengan orang yang mengerjakannya.” (Riwayat Muslim)
Dalam hadits yang lain: “Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu karenanya, maka Allah akan mudahkan jalan baginya menuju Surga.” (Riwayat Muslim)
ثانياً:
يجب اخلاص النية لله
قال تعالى: وما اُمِروا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين
وعلامته ان يستوي عندك مدح الناس وقدحهم وأن لا تغضب من النصيحة، فغضبك يخدش في اخلاصك فمرادك بعملك اذا كان للناس رياءً وسمعة، فإنهم اذا نصحوك فستكون النصيحة عندك ذماً وشتماً وفضيحة فتردها، فهذا من الكبر المذموم، فقد عرف النبي صلى الله عليه وسلم الكِبْر فقال: بطر الحق وغمط الناس. اي ازدراءهم واحتقارهم فلا ترد النصيحة، وخاصة اذا دعمت بالحديث، فتهلك وتبتلى بالفتنة وهي الشرك، قال تعالى: فليحذر الذين يخالفون عن أمره ان تصيبهم فتنة او يصيبهم عذاب اليم
قال الامام احمد: اتدري ما الفتنة؟ الشرك
يرد الرجل الحديث فيبتليه الله بالشرك فاقبلها ولا تردها ولا تقابلها بنصيحة، فليس ذلك من عمل الاولين، فرسول رب العالمين صلى الله عليه وسلم لما قال له يهودي: انكم تشركون  تقولون : ما شاء الله وشئت ، لم يقل له الرسول : وانتم تكفرون تقولون الله فقير ونحن اغنياء! بل قَبِلَ منه وهو يهودي، فقال لأصحابه قولوا : ما شاء الله ثم شئت ولم يخف من مذمة الناس بالرجوع للحق، فالله يرفع صاحب الحق الراجع اليه ويخفض المصر على الباطل رياءً وسمعة فما رد النصيحة بنصيحة، بل قبلها وأذاعها لأنها حق
Kedua:
Wajib dikerjakan dengan niat Ikhlas untuk Allah semata. Allah Ta’ala Berfirman:
”Tidaklah mereka diperintah, kecuali agar mereka beribadah kepada Allah, menjalankan Agama ikhlas kepadaNya.”
Tanda keikhlasan adalah, sebandingnya nilai antara pujian dan celaan orang-orang atas dirimu. Demikian juga engkau tidak merasa marah karena suatu nasehat. Maka kemarahanmu (atas suatu nasehat), ini akan mencemari keikhlasanmu. Ini menunjukkan, bahwa amalanmu ini sesungguhnya dikerjakan karena Riya’ dan Sum’ah saja (jika marah). Demikian ini terjadi apabila mereka menasehatimu, kemudian engkau menganggap nasehat tersebut seolah-olah celaan, cacian, penghinaan. Lalu engkau justru membantahnya. Demikian ini termasuk kategori kesombongan yang tentu tercela. Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam telah mendefinisikan “sombong”. Beliau sabdakan: “Menolak Al Haq dan merendahkan orang lain.”
Maka jangan sekali-kali engkau membantah nasehat, terlebih lagi bila ditopang dengan hadits. Demikian ini akan menyebabkan dirimu akan hancur binasa, dan engkau akan tertimpa fitnah yaitu kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman, (artinya):
”Hendaknya berhati-hati bagi siapa saja yang menyelisihi perintah Rasul-Nya, berakibat mereka akan ditimpa fitnah, ataukah mereka juga akan ditimpa dengan adzab yang pedih.” (An Nur:63)
Al Imam Ahmad menuturkan: ”Apakah kalian tahu yang dimaksud dengan Fitnah? Yaitu kesyirikan.”
Seseorang yang membantah Hadits, maka akan berakibat Allah akan menimpakannya dengan kesyirikan. Maka terimalah suatu nasehat, jangan engkau membantahnya, jangan pula engkau membalasnya dengan nasehat yang lainnya. Demikian itu bukanlah amalan orang-orang generasi yang terdahulu. Rasulu Rabbul Alamin Shallallahu alaihi wa sallam, ketika ada seorang yahudi mengatakan kepadanya: “Kalian ternyata berbuat kesyirikan, kalian mengatakan ”Jika Allah DAN dirimu menghendaki.” Rasulullah waktu itu tidak membalas dengan ucapan: ”Kalian sendiri juga berbuat kekufuran, kalian menyatakan “Allah itu faqir, sedangkan kami adalah orang-orang Kaya!” Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam menerima nasehat tersebut, padahal ia seorang yahudi. Maka Beliau sampaikan kepada Para Sahabatnya: ”Hendaknya kalian katakan, ”Jika Allah menghendaki, KEMUDIAN engkau juga menghendakinya.” Beliau tidak khawatir dengan celaan manusia hanya karena sebab kembali kepada Al Haq. Tentunya Allah akan mengangkat derajat seorang yang menegakkan Al Haq, ruju’ kepada Al Haq. Sebaliknya, Allah akan hinakan orang yang bertahan di atas kebathilan, karena didasari riya’ dan sum’ah. Maka janganlah suatu nasehat justru dibalas dengan nasehat, bahkan semestinya ia terima nasehat tersebut dengan lapang dada, karena itu adalah Al Haq.
ثالثاً:
أن يحسن كل من الكتاب ونقلة العلم للعلماء الظن بصاحبه فيحمل كلامه على احسن المحامل ولا يقول : يقصدني، يعيرني . مع احتمال الكلام، كما روي عن عمر رضي الله عنه: ولا تظن بكلمة خرجت من اخيك شرا وانت تجد لها في الخير محملاً
وفي صحيح البخاري عن ابي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً : اياكم والظن، فإن الظن اكذب الحديث
Ketiga:
Hendaknya berprasangka baik kepada orang yang telah menukilkan nukilan dari semua yang dikutip dari Al Kitab, Ilmu dan Para Ulama. Kemudian ia arahkan kutipan tersebut pada sebaik-baik kemungkinan. Jangan ia katakan: ”Wah itu yang dimaksudkan adalah saya, membuka aib saya”, dengan adanya kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Sebagaimana demikian ini telah diriwayatkan dari Umar Radhiyallahu anhu: “Jangan kalian beranggapan bahwa kalimat yang meluncur dari lisan saudaramu itu adalah kejelekan, sedangkan kalian bisa membawa kepada kemungkinan yang baik.”
Dalam Shahih Al Bukhari, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Marfu’ (dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam): “Berhati-hatilah kalian dengan Prasangka. Karena prasangka adalah seburuk-buruk ucapan.”
رابعاً:
الا يشغلكم كثرة النظر في الواتساب (وما تنتظرونه من المدح لمقالاتكم) عن القرآن وطلب العلم والعمل الصالح من التسبيح وقيام الليل وصلاة الضحى والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، تقرباً لله لا لمدحة الناس وكذلك ينبغي الا يشغلك ذلك عن مسامرة العشيرة اللطيفة أُم عيالك وسلوة فؤادك، قال تعالى: وعاشروهن بالمعروف
وكذلك الاعظم في الصلة: الام ثم الام ثم الام ثم الاب
وفي البخاري أن رجلاً جاء إلى رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسولَ اللهِ، من أحقُّ الناسِ بحُسنِ صَحابتي؟ قال: أُمُّك. قال: ثم من؟ قال: ثم أُمُّك. قال: ثم من؟ قال: ثم أُمُّك. قال: ثم من؟ قال: ثم أبوك
ولسان الحال عند البعض: الواتس ثم الواتس ثم الواتس! اشغلهم الواتساب عن البر والعمل بالحق والسنة فأكثروا المطالعة والمكاثرة بالمقالات
قال تعالى: ألهاكم التكاثر حتى زرتم المقابر. فلا يشغلك انتظار مدح الناس والخوف من قدهم لمقالاتك وجواباتهم لمحاوراتك عن تذكر القبر والعمل للآخرة وقراءة القرآن، فكل حرف بحسنة والحسنة بعشر امثالها ومطالعتك للواتساب طلباً للأُنس بالناس وحب مدحهم اكثر من كتاب الله، دليل على تقديمك حبهم على حبه سبحانه، فما تقرب اليه احد بمثل ما خرج منه، فاجعل لك ورد من كتاب الله
Keempat:
Janganlah kalian sibuk dengan menilik WhatsApp (dengan sikap-sikap kalian selalu menunggu komentar yang memuji ucapan kalian), sehingga melalaikan dari Thalabul ilmi, beramal shalih, Bertasbih, Qiyamul Lail, Shalat Dhuha, Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Semestinya hal itu dikerjakan karena sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena mengharapkan pujian manusia. Demikian pula seharusnya, jangan sampai menyibukkan dirimu sehingga lalai untuk bercengkrama bersama keluargamu dengan kelembutan. Bersama Ibu bagi anak-anakmu, dan belahan hatimu. Allah berfirman (artinya):
”Bersikaplah kepada istri-istrimu dengan cara yang ma’ruf.”
Demikian pula, orang yang paling utama didalam صلة (menyambung kekeluargaan): Dialah Ibu, Ibu, Ibu kemudian Ayah.
Dalam Shahih Al Bukhary: Ada seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan ia berkata: Wahai Rasulullah, Siapakah orang yang paling pantas untuk aku perlakukan dengan baik? Beliau jawab:”Ibu-mu.” Kemudian siapa lagi? Beliau jawab: ”Ibu-mu.” Kemudian siapa lagi? Beliau jawab: ”Ibu-mu." Kemudian siapa lagi? Beliau jawab: ”Ayah-mu.”
Kenyataannya perilaku sebagian orang menunjukkan: WhatsApp, kemudian whatsApp, kemudian whatsApp. Sehingga alhasil, WhatsApp telah menyibukkan diri mereka dari Al Birr, amalan-amalan Al Haq dan As Sunnah. Sehingga mereka sering menengoknya, dan banyak berkomentar dengan berbagai pernyataan. Allah Ta’ala berfirman (artinya):
”Bermegah-megahan telah melalaikanmu. Sampai kalian mendatangi kubur.”
Maka janganlah kamu sibuk menunggu pujian manusia, takut dari kritikan mereka atas pernyataanmu, ataupun takut komentar mereka atas diskusimu. Hendaknya engkau banyak mengingat kubur, beramal untuk hari akhirat, membaca Al Qur’an yang kebaikannya dihitung tiap hurufnya, sedangkan satu kebaikan dihitung sepuluh kali lipatnya. Seringnya dirimu menilik WhatsApp karena mengharapkan keramahan manusia, dan pujian mereka yang diposisikan lebih besar daripada Kitabullah. Demikian ini menunjukkan engkau lebih mencintai pujian manusia dibanding kecintaanmu kepada Allah Subhanah. Maka tidaklah seseorang mendekatkan diri kepada Allah sebanding dengan yang Allah berikan kepadanya. Jadikanlah bagi dirimu sesuatu yang datang dari Kitabullah.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Wassalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Ditulis oleh Saudara Kalian: Abu Abdillah Mahir bin Dzhafir Al Qahthany
(alih bahasa: Hamzah Rifai)

-----------------------------------

Peringatan Fadhilatus Syaikh Usamah Al ‘Utaiby Hafizhahullah Tentang Bahaya Facebook
بسم الله الرحمن الرحيم
هذا سؤال عن الاشتراك في الفيس بوك يجيب عنه فضيلة الشيخ أسامة العتيبي حفظه الله تعالى
Bismillahirrahmanirrohim. Ini adalah pertanyaan tentang bergabung dalam facebook, yang dijawab oleh Fadhilatus Syaikh Usamah Al ‘Utaiby hafizhahullah.
نص السؤال: يسأل الأخ حول الاشتراك في موقع الفيس بوك للدعوة إلى الحق؟
Pertanyaan: Al Akh menanyakan tentang (hukum) bergabung dengan jaringan Facebook untuk berdakwah (menyeru) kepada Al Haq (kebenaran).
والله الفيس بوك كما هو معلوم أنه مثير للجدل كما يقال وحوله علامات استفهام، ويظهر أنه موقع جاسوسي لأجل احتواء كثير من الشباب، ومعرفة أسرار كثير من الناس، واستخدام وتوجيه بعض الشباب إلى الفتن كما حصل في المظاهرات في مصر، فهذا موقع مُسَيّس وقيل أن الاستخبارات خلفه الاستخبارات الكفرية الكافرة، لذلك وأظن الموساد هو اليد الطولى فيه؛ لذلك أنا أحذركم من هذا الموقع. وإن كان هناك صفحات لإخوة سلفيين ينشرون الحق والهُدى في ذلك فأنا أقول: نعم لو فعل هذا من باب تخفيف الشر  فإن شاء الله لا بأس به هذا إذا كان يريد أن يدخل للدعوة والتعليم، أما دخوله لأجل الاشتراك والتعارف فهذا لا يجوز
Demi Allah, Facebook sebagaimana telah diketahui bahwa ia menjadi bahan kontroversi, seperti yang dikatakan dan menjadi tanda tanya seputar itu, dan yang nampak adalah bahwa ia merupakan situs mata-mata untuk memikat banyak para pemuda, dan untuk mengetahui rahasia orang banyak, dan membantu dan mengarahkan sebagian orang-orang muda kepada berbagai fitnah, seperti yang terjadi pada berbagai demonstrasi di Mesir. Ini adalah Situs yang dipolitisir dan dikatakan bahwa intelijen yang ada di baliknya adalah intelijen kekafirannya orang-orang kafir, karena itu saya menduga Mossad adalah kepanjangan tangan di dalamnya, sehingga saya memperingatkan Anda semua tentang situs ini. Walaupun di sana terdapat kolom-kolom atau halaman ikhwah salafiyyin untuk menyebarkan kebenaran dan petunjuk di sana, maka saya katakan: Ya, jika hal ini ia melakukan untuk meminimalisir kejelekan, maka insya Allah tidak mengapa hal ini apabila ia menginginkan untuk memasukkan dakwah dan ta’lim. Adapun kalau masuknya dia untuk tujuan bergabung dan untuk saling berkenalan maka hal ini tidak diperbolehkan.
فدخول الفيس بوك إما أن يكون لأجل التعامل مع البرنامج لأجل التعارف مع الناس ولأجل استخدامه كبرامج مثلاً الماسنجر وبرنامج البايولكس وغيرها لأجل التعارف ومعرفة الناس فهذا لا يجوز؛ لأن الموقع خطير وفيه فتن، أما دخوله لأجل الدعوة لأجل نصيحة من دخل فيه بأن يتركه وبأن يتقي الله عز وجل في بقية أموره هذا إن شاء الله لا بأس به مع الاستمرار الدائم في التحذير من هذا الموقع والله أعلم
Maka masuk ke Facebook (apakah itu) untuk tujuan berurusan dengan program, (atau) untuk berkenalan dengan orang lain, atau tujuan untuk digunakan sebagai program semisal Messenger dan program Beyluxe Messenger dan lain-lain untuk berkenalan dan mempelajari orang lain, maka ini tidak boleh, karena situs ini berbahaya dan di dalamnya terdapat berbagai fitnah. Adapun masuk padanya untuk tujuan dakwah untuk tujuan memberi nasehat orang yang masuk di dalamnya untuk meninggalkannya dan agar ia bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam segala urusannya, hal ini Insya Allah tidak mengapa dengan senantiasa selalu memperingatkan dari situs ini. Wallahu a’lam.
تفريغ أم دعاء السلفية الفلسطينية
Transkrip: Ummu Dua’ Assalafiyyah Alfalestiniyyah

Diterjemahkan oleh Al Ustadz Muhammad Rifa’i

Sumber: albaidha[dot]net

-----------------------------------

Asy-Syaikh Muhammad bin Hady Al-Madkahly hafizhahullah

Diantara program jejaring sosial tersebut ada yang namanya Whatsapp, Facebook, dan Twitter. Ini jika berkaitan dengan menyia-nyiakan waktu jelas benar. Benar, padanya terdapat dua kerusakan yang perlu diperhatikan.

Pertama: menyia-nyiakan waktu dan menghabiskan waktu yang panjang. Seseorang dalam hal ini banyak yang terjerumus pada sisi ini, kecuali yang dirahmati oleh Allah. Waktunya lenyap begitu saja untuk perkara ini. Dia membalas pesan, membalas, dan membalas, hingga menyia-nyiakan waktu.

Kedua: Padanya banyak kedustaan dan kepalsuan. Para penulisnya terkadang juga orang-orang yang majhul dan tidak dikenal siapa mereka dan suka menyebarkan berita-berita yang yang bathil.

Maka sepantasnya bagi seorang muslim dan secara khusus bagi seorang penuntut ilmu hendaknya dia bakhil dengan waktunya dengan tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal semacam ini. Coba perhatikan kepada namanya! Apa namanya?! Namanya komunikasi. Jadi engkau menggunakannya untuk berhubungan ketika membutuhkan. Kemudian dengannya engkau berusaha meraih apa yang engkau inginkan, jadi dengannya engkau menjalin hubungan sebatas untuk memenuhi kebutuhanmu. Adapun dengan engkau menyia-nyiakan waktu untuknya, maka orang yang berakal akan menjaga waktunya dan menjaga dirinya dari hal-hal semacam ini.

Sekarang ini muncul hal-hal sepele dan lelucon yang tidak ada gunanya yang padanya omong kosong lebih banyak dibandingkan faedah-faedahnya, dan terkadang sebagian grup-grup yang ada –sebagaimana istilah mereka– menarik grup yang lainnya seperti hewan –semoga Allah memuliakan kalian– lalu jika sudah akrab maka grup-grup ini seringnya menyebabkan diantara para penuntut ilmu pertengkaran, perdebatan, dan adu mulut yang sama sekali tidak ada faedahnya. Kenapa demikian? Karena itu terjadi diantara dua orang yang selevel dan tidak ada yang menengahi diantara keduanya, sehingga menghabiskan waktunya dengan sia-sia dalam perkara ini. Dan terkadang menyebabkan permusuhan sebagaimana yang menimpa banyak dari dua pihak atau beberapa orang sekaligus. Karena pada masalah-masalah yang diangkat, mereka tidak memiliki pemimpin yang menengahi di antara mereka yang tergabung dalam grup-grup ini. Jadi masing-masing pihak mengatakan sesuai pendapatnya dan membangun berdasarkan penilaiannya, dan hal itulah yang menyebabkan permusuhan. Kita memohon keselamatan kepada Allah.

Maka yang wajib atas seorang penuntut ilmu secara khusus agar mewaspadai tindakan menyia-nyiakan waktu. Jadi misalnya jika ada yang membuat status Twitter akan menyebabkan munculnya status-status Twitter yang lainnya yang banyak diantara manusia. Demikian-juga Facebook telah menyia-nyiakan sebagian para murid kita untuk memanfaatkan kemampuan, hafalan, dan perhatian terhadap ilmu sepanjang waktunya. Demikianlah, dia bertasbih dengan menyibukkan waktunya dengan perangkat-perangkat ini saja. Seandainya dia memperhatikan jari-jemarinya khususnya ibu jari dan telunjuk, yang ini memegang, yang ini mengetik dan menghapus, tentu dia akan menghabiskan banyak waktu untuk perkara ini. Demi Allah, hal ini tidak pantas bagi penuntut ilmu. Demikian juga Whatsapp banyak menyebarkan kedustaan dan kepalsuan. Kita memohon keselamatan kepada Allah.

Jika engkau terpaksa melakukannya wahai segenap anak-anakku, saudara-saudaraku penuntut ilmu, saudara-saudaraku sesama muslim, dan segenap akhwat, jika engkau terpaksa menggunakan apa yang disebut dengan media komunikasi atau jejaring sosial, maka lakukanlah sebatas keperluanmu. Adapun jika sampai berlebihan hingga merugikan dirimu, maka seseorang tidak boleh membuang waktunya dengan sia-sia untuk perkara ini.

-----------------------------------

Asy-Syaikh Muhammad Sa’id Ruslan hafizhahullah

Kebanyakan manusia tidak mengerti agama Allah Tabaraka wa Ta’ala, maka hendaklah mereka belajar. Hendaklah kalian mempelajari agama Allah. Kalian telah belajar dalam segala hal dan masuk ke dalam facebook. Mungkin engkau tidak menjumpai seorang pemuda atau seorang gadis dari kaum Muslimin kecuali dia memiliki halaman (akun) yang dinamakan dengan facebook. Alhamdulillahi rabbil alamin yang telah menjadikan diri saya tidak tahu menahu tentangnya. Allah telah memberikan karunia kepada saya dengan memberi saya keselamatan dari hal-hal yang Allah timpakan kepada orang lain. Alhamdulillahi rabbil alamin, yaa Allah hanya bagi-Mu segala puji dan segala karunia hanya milik-Mu.
Engkau jumpai seorang pria berteman (di facebook) dengan wanita ini dan itu. Dan jika kita katakan kepadanya: “Izinkanlah istrimu atau anak perempuanmu untuk memiliki akun dan biarkan kami berteman dengannya dan kami yakin bahwa hati kami bersih, dan kami akan menganggapnya seperti saudara perempuan kami sendiri.” Dia pasti akan menolaknya karena dia menganggap bahwa dia saja yang bersih hatinya, dia saja yang tidak akan mungkin terjatuh dalam dosa. Adapun orang lain maka menurutnya adalah orang yang paling hina. Pelajarilah agama Allah, pelajarilah agama Allah, pelajarilah agama Allah!
Sesungguhnya saya benar-benar memberi nasehat untuk kebaikan kalian. Saya mohon kepada Allah agar mengaruniakan ilmu kepada saya dan kalian.

Alih Bahasa: Abu Almass

-----------------------------------

Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkhaly rahimahullah

Pertanyaan: Ada seorang istri mengeluhkan suaminya yang menghabiskan sebagian besarnya untuk internet dan tidak menemaninya dan anak-anaknya kecuali sebentar saja, maka apa nasehat Anda untuknya dan untuk suaminya tersebut?

Jawaban:
ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﺍﺗَّﺒَﻊَ ﻫُﺪَﺍﻩُ ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ
Engkau bukan satu-satunya yang mengeluhkan hal yang tidak menyenangkan ini, bahkan banyak para istri yang mengeluhkan hal yang engkau sebutkan yang dilakukan oleh suami-suami mereka. Jika memang demikian perkaranya, maka nasehat saya bagimu dan bagi mereka adalah hendaknya selalu bersabar dan berusaha mendiskusikannya dengan suami dengan cara yang lembut, terlebih lagi jika dia bergadang di depan media ini untuk menyebarkan ilmu atau mencari ilmu (membaca tulisan ulama atau asatidzah, download kitab, atau ceramah dan durus mereka dan semisalnya). Adapun jika engkau mengetahui bahwa berlama-lamanya dia depan media ini untuk menonton atau mendengar sesuatu yang haram dan semisalnya, maka ingkarilah perbuatannya jika engkau benar-benar mengetahui bahwa hal tersebut haram. Mudah-mudahan suamimu mau mendengar nasehatmu dan engkau pun akan mendapatkan pahala. Terlebih lagi jika engkau memiliki anak-anak yang tentunya berat bagimu jika ditinggal olehnya dan engkau serta anak-anakmu akan terlantar atau ditimpa hal-hal yang tidak diinginkan karenanya.

Saya tekankan lagi agar engkau bersabar, karena pertolongan akan mengiringi kesabaran, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
ﻭَﺍﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺼْﺮَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺒْﺮِ، ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻔَﺮَﺝَ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻜَﺮْﺏِ، ﻭَﺃَﻥَّ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻌُﺴْﺮِ ﻳُﺴْﺮًﺍ
“Ketahuilah bahwasanya pertolongan menyertai kesabaran, jalan keluar menyertai kesusahan, dan kemudahan menyertai kesulitan.” (Lihat: Silsilah Ash-Shahihah, no. 2382)

Adapun nasehat saya kepada suamimu dan dia merupakan pihak yang pertama kali akan dimintai tanggung jawab terhadapmu dan keluargamu, yaitu hendaknya dia mengingat sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﺭَﺍﻉٍ، ﻭَﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﻣَﺴْﺌُﻮْﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ، ﺍﻹِﻣَﺎﻡُ ﺭَﺍﻉٍ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮْﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ، ﻭَﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺭَﺍﻉٍ ﻓِﻲْ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺴْﺌُﻮْﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ، ﻭَﺍﻟﻤَﺮْﺃَﺓُ ﺭَﺍﻋِﻴَﺔٌ ﻓِﻲْ ﺑَﻴْﺖِ ﺯَﻭْﺟِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮْﻟَﺔٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻬَﺎ، ﻭَﺍﻟﺨَﺎﺩِﻡُ ﺭَﺍﻉٍ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻩِ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮْﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ﻓَﻜُﻠُّﻜُﻢْ ﺭَﺍﻉٍ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮْﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ
“Kalian semua adalah penanggung jawab dan kalian semua akan dimintai tanggung jawab terhadap urusannya, seorang kepala negara adalah penanggung jawab dan akan dimintai tanggung jawab tentang rakyatnya, seorang suami adalah penanggung jawab di keluarganya dan akan dimintai tanggung jawab terhadap urusannya, seorang istri adalah penanggung jawab di rumah suaminya dan dia akan dimintai tanggung jawab terhadap urusannya, seorang pembantu juga adalah penanggung jawab pada harta tuannya dan dia akan dimintai tanggung jawab terhadap urusannya, jadi kalian semua adalah penanggung jawab dan kalian semua akan dimintai tanggung jawab terhadap urusannya.” (Muttafaqun alaih)

Maka wahai suami, perhatikanlah sabda Nabi yang mulia alaihis shalatu was salam: “Seorang suami adalah penanggung jawab di keluarganya dan akan dimintai tanggung jawab.” Pahamilah dengan baik bahwa engkau akan dimintai tanggung jawab terhadap istri dan anak-anakmu. Jadi jika mereka ditimpa keburukan sedikit saja yang hal itu disebabkan ketidak beradaanmu di tengah-tengah mereka, maka engkau akan dihukum dengan sebab itu cepat atau lambat, jika engkau tidak memiliki alasan kuat yang menghalangimu untuk tinggal di tengah-tengah mereka dengan porsi yang cukup dan sesuai dengan hak yang ditentukan oleh syari’at yang wajib engkau penuhi untuk mereka. Dan ketahuilah bahwa Rasul shallallahu alaihi wasallam telah membagi hak-hak anak Adam yang telah mendapatkan beban syari’at dengan sabdanya:
ﺇِﻥَّ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺣَﻘًّﺎ، ﻭَﺇِﻥَّ ﻟِﺰَﻭْﺟِﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺣَﻘًّﺎ، ﻓَﺄَﻋْﻂِ ﻛُﻞَّ ﺫِﻱْ ﺣَﻖٍّ ﺣَﻘَّﻪُ
“Sesungguhnya engkau memiliki hak atas dirimu, dan istrimu juga memiliki hak atas dirimu, maka berikanlah haknya masing-masing!” (Lihat: Shahih Al-Bukhary no. 1968)

Jadi pahamilah dengan baik wahai suami yang meninggalkan keluarganya pada sebagian besar malam dan siang bahwasanya jika engkau tidak memperhatikan hak-hak ini dan tidak membaginya dengan adil maka engkau telah menyia-nyiakan wasiat Nabimu Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Agar engkau tidak terjatuh pada sikap menelantarkan dan bisa memenuhi semua hak-hak tersebut, maka berilah dirimu bagiannya dengan beristirahat, karena sesungguhnya Allah menjadikan malam untuk tinggal yaitu untuk istirahat dan mendapatkan ketenangan. Juga berikan bagian kepada istrimu dengan berbincang-bincang bersamanya, mempergaulinya dengan baik, dan saling mengingatkan tentang kehidupan di alam barzakh dan akhirat. Demikian juga sisihkan waktu buat anak-anakmu untuk bercanda dengan mereka dan memberikan bimbingan kepada mereka walaupun mereka masih kecil, dan berikan kegembiraan kepada mereka sehingga keluargamu menjadi keluarga yang penuh keharmonisan dan hubungan yang baik. Yang lebih penting dari itu adalah saling mewasiatkan untuk terus belajar ilmu agama dan mengamalkannya serta selalu.mengikuti kebenaran dan bersabar di atasnya.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kami dan kalian serta segenap kaum mu’minin dan muslimin baik pria maupun wanita untuk melakukan semua amal shalih yang akan membuahkan keridhaan Allah Azza wa Jalla dan surga dengan segenap kesenangan dan kebahagiaan.
ﻭَﺁﺧِﺮُ ﺩَﻋْﻮَﺍﻧَﺎ ﺃَﻥْ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ، ﻭَﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺘَّﻮْﻓِﻴْﻖُ ﻭَﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ
Sumber artikel: sahab[dot]net

Alih bahasa: Abu Almass

-----------------------------------

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah

Berkaitan dengan sibuk di depan internet maka telah diketahui bahwa pada internet terdapat kebaikan dan juga keburukan. Orang yang menginginkan kebaikan padanya maka dia akan mendapatkannya. Padanya terdapat ilmu-ilmu syari’at, ilmu bahasa, teknologi, dan sebagainya. Padanya juga terdapat keburukan murni dan keburukan yang banyak. Dan telah sampai kepada saya bahwa bahaya internet lebih berbahaya dibandingkan siaran televisi.

Maka nasehat saya kepada saudara-saudaraku berkaitan dengan internet atau siaran televisi adalah hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dalam urusan mereka, dan hendaknya mereka mengetahui bahwa mereka tidak diciptakan untuk perkara semacam ini, tetapi tujuan mereka diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla saja.

Jika mereka menempatkan diri mereka pada keadaan yang menyerupai hewan, yaitu dengan memuaskan keinginan dan syahwat, maka sungguh mereka telah merugi di dunia dan akhirat. Kita berlindung kepada Allah darinya.

Jadi wajib atas saudara-saudaraku kaum Muslimin untuk menjaga agama mereka dan menjaga waktu mereka serta tidak menyia-nyiakan umur yang sangat berharga, mahal, dan bernilai. Demi Allah, sungguh waktu satu menit lebih berharga dibandingkan 1000 dirham. Bagaimana menurut kalian jika dikatakan kepada seseorang ketika kematian menjemputnya: “Berikanlah kepada kami seisi dunia ini dan kami akan menunda ajalmu satu menit!” Tentu dia akan mengatakan: “Ya.”

Oleh karena inilah Allah Azza wa Ala berfirman:
ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﺟَﺎﺀَ ﺃَﺣَﺪَﻫُﻢْ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺟِﻌُﻮْﻥِ. ﻟَﻌَﻠِّﻲْ ﺃَﻋْﻤَﻞُ ﺻَﺎﻟِﺤﺎً ﻓِﻴﻤَﺎ ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻛَﻠَّﺎ ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻛَﻠِﻤَﺔٌ ﻫُﻮَ ﻗَﺎﺋِﻠُﻬَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﻭَﺭَﺍﺋِﻬِﻢْ ﺑَﺮْﺯَﺥٌ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﻳُﺒْﻌَﺜُﻮْﻥَ
“Hingga apabila kematian mendatangi salah seorang dari mereka maka dia mengatakan: “Wahai Rabbku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku bisa mengerjakan amal shalih yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak akan dipenuhi permintaannya itu, itu hanyalah kalimat yang hanya bisa dia ucapkan saja, dan di belakang mereka ada alam barzakh hingga hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)

Saya memohon kepada Allah untuk kita semua agar diberi husnul khatimah. Oleh karena inilah terdapat sebuah hadits:
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣَﻴِّﺖٍ ﻳَﻤُﻮْﺕُ ﺇِﻟَّﺎ ﻧَﺪِﻡَ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺤْﺴِﻨًﺎ ﻧَﺪِﻡَ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﺯْﺩَﺍﺩَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺴِﻴﺌًﺎ ﻧَﺪِﻡَ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳْﻜﻮْﻥَ ﺍﺳْﺘَﻌْﺘَﺐَ
“Tidak ada seorang pun yang meninggal kecuali dia menyesal, jika dia orang yang baik maka dia menyesal karena tidak bisa menambah amal, sedangkan jika dia adalah orang yang jahat maka dia menyesal karena tidak bisa bertaubat lagi.” (Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata dalam Dha’if Sunan At-Tirmidzy hal. 230: “Lemah sekali.”)

Jagalah umur dengan sebaik-baiknya wahai saudaraku. Demi Allah, sesungguhnya umur benar-benar lebih berharga dibandingkan dengan emas dan perak. Jika seseorang tidak akan membuang uang satu dirham dengan sia-sia, maka bagaimana dia kok menyia-nyiakan umur yang merupakan poros kebahagiaan atau kesengsaraan?!

Yaa Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berbahagia, yaa Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berbahagia, yaa Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berbahagia, Ya Rabbal Alamin.

Sumber: albaidha[dot]net

Alih Bahasa: Abu Almass

-----------------------------------

Asy Syaikh Ubaid Al Jabiri

Soal Pertama:
Beberapa akhwat menulis beberapa makalah ilmiah (tentang agama) di beberapa website, mereka membantah para penulis berkenaan dengan pernyataan-pernyataan mereka. Apa pendapat syaikh tentang perkara ini?

Jawab:
Aku nasehatkan kepada seluruh muslimah, terutama para akhwat salafiyah untuk tidak larut dalam permasalahan ini karena:
Pertama: Apa yang dia lakukan ini menyita waktunya.
Kedua: Perkara ini justru mengekspos dirinya untuk menjadi ejekan dan objek hiburan bagi orang-orang yang ngawur dan berpenyakit hatinya.
Namun apabila dia memang harus melakukan perkara ini, maka hendaknya dia membekali diri dengan mendengar taklim-taklim ilmiyah dari orang-orang yang dikenal keilmuan, kecerdasan, dan pengamalannya terhadap dien. Demikian juga, tidak ada yang mencegahnya untuk menyebarkan ucapan serta fatwa-fatwa para ulama yang mulia sehingga ikhwan dan akhawat lainnya bisa memperoleh manfaat darinya.

Soal Kedua:
Apa hukumnya seorang akhwat berbicara dengan ikhwan atau sebaliknya melalui internet?

Jawab:
Di mana dirimu dari jawaban kami? Kami nasehatkan untuk meninggalkan perkara ini, meninggalkan urusan diskusi, saling bertukar informasi, persepsi, dan urusan perasaan ini sebagaimana yang telah kusebutkan sebelumnya.
Kedua, ini sebagai tambahan untuk jawaban dari pertanyaan Anda, aku katakan bahwa banyak laki-laki yang berpenyakit hatinya masuk ke program-program khusus bagi wanita (mungkin yang dimaksudkan oleh Asy Syaikh seperti mailing list, forum diskusi, atau chatting room yang dikhususkan bagi wanita, wallahu a’lam) dengan nama wanita, seperti ummu fulan, ummu ‘allan. Sungguh! Dia menggunakan nama perempuan, dan tujuannya adalah untuk bersenang-senang dengan cara yang membahayakan para muslimah.

-----------------------------------

Asy-Syaikh Muhammad bin Hady hafizhahullah

Ini merupakan peringatan dari Asy-Syaikh Muhammad bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah bagi orang-orang yang menulis artikel di forum-forum dan situs-situs elektronik dan internet. Hal itu disampaikan pada pertemuan ke-13 dari pertemuan para penuntut ilmu dengan Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Hady Al-Madkhaly pada hari Ahad, 6 Jumaadal Akhirah 1435 H.
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏِّ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪًﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺃﺗﺒﺎﻋﻪ ﺑﺈﺣﺴﺎﻥٍ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺩِّﻳﻦ. ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ
Sesungguhnya ada sesuatu yang ingin saya ingatkan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penulisan artikel di situs-situs elektronik di internet. Saya ingin menyampaikan kepada anak-anakku, saudara-saudaraku dan orang-orang yang saya cintai di semua tempat yang bisa mendengar perkataan ini dan sampai kepadanya.
Saya katakan:

Pertama:
Wajib bagi orang yang memperhatikan situs-situs tersebut untuk bersikap hati-hati hingga dia memastikan dengan yakin bahwa perkataan ini adalah ucapan si fulan, bisa berupa tulisan tangannya dan tampil berupa gambar yang diproses menggunakan alat yang manusia menyebutnya dengan scanner, sehingga nampak persis seperti tulisan tangannya, yang semacam ini tingkatan yang paling tinggi dalam hal validasi. Atau materi tersebut diposting berupa transkrip dari audio sehingga engkau bisa mendengarnya dan yakin bahwa ini adalah ucapan si fulan. Engkau bisa mendengarnya dan membandingkannya dengan apa yang dinukilkan berupa transkrip yang tercetak. Karena terkadang transkrip itu ada bagian yang terhapus (baik sengaja maupun tidak). Jadi sepantasnya bagi seseorang jika dia melihat hal semacam itu untuk tidak tergesa-gesa dan hendaknya dia berusaha memastikan dan menjaga keselamatan agamanya dalam hal semacam ini. Jadi hendaknya dia berusaha membandingkan cetakan dari transkrip ini dengan audionya sehingga dia merasa yakin dan mantap. Kalau dia sudah yakin maka ketika itu perkaranya lain.

Kedua:
Yang juga ingin saya ingatkan adalah artikel yang identitas penulisnya ditulis dengan kunyah; yaitu dengan Abu Fulan dan Abu Fulan. Jadi kunyah itu menyia-nyiakan nama. Oleh karena itulah para ulama di masa lalu merasa perlu untuk menyusun kitab-kitab yang menjelaskan kunyah. Isinya seperti menyebutkan siapa yang kunyahnya demikian, lalu setelahnya dipaparkan namanya: Fulan bin Fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan bin Fulan, dan Fulan bin Fulan bin Fulan. Lalu beralih ke kunyah lain, demikian seterusnya. Lalu bagaimana bisa diketahui nama pemilik kunyah tersebut sehingga tahu bahwa yang dimaksud pada tempat ini adalah si Fulan Al-Fulany? Bisa diketahui dengan meneliti thabaqah (tingkatan) murid-murid dan para gurunya. Maka saya menyampaikan kepada anak-anakku, saudara-saudaraku dan orang-orang yang saya cintai di semua tempat yang perkataan ini sampai kepada mereka: jangan langsung percaya kepada artikel yang ditulis dengan nama Fulan dan Fulan atau Abu Fulan dan Fulan, sampai mereka yakin bahwa penulisnya tersebut adalah benar-benar si Fulan bin Fulan Al-Fulany itu sendiri. Karena kami telah membuktikan bahwa sebagian orang yang mencantumkan identitas dengan kunyah bisa jadi dia adalah orang yang ingin mengkaburkan identitasnya agar dia bisa bersembunyi supaya tidak tersingkap namanya, sehingga dia pun bisa bebas menulis apa saja yang dia inginkan. Bisa jadi juga dia ingin menyerupakan dirinya dengan orang lain, karena bisa jadi di sana ada orang lain yang menggunakan kunyah seperti ini, dan dia ingin melemparkan pengkaburan kepada manusia agar dianggap bahwa perkataan ini adalah ucapan si fulan, padahal sebenarnya bukan ucapannya. Jadi ini termasuk hal-hal yang mengharuskan kita untuk bersikap hati-hati.
Dan pada kesempatan ini yang saya himbaukan kepada anak-anakku, saudara-saudaraku dan orang-orang yang saya cintai di semua tempat adalah hendaknya masing-masing menggunakan namanya sendiri. Jadi kalau dia menulis hendaknya dia mengatakan: Fulan bin Fulan bin Fulan. Jika dia menulis surat ke Masayikh hendaknya dia menulis namanya: Saya Fulan bin Fulan bin Fulan. Demikian juga jika dia menghubungi dengan telepon jangan sampai dia mengatakan: “Saya Abu Fulan!” Tetapi hendaknya dia mengatakan: “Saya Fulan bin Fulan bin Fulan.” Manusia akan memuliakannya dengan memanggil kunyahnya, bukan dia sendiri yang menyebutkan kunyahnya. Inilah yang terdapat pada adab-adab yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sehingga sepantasnya untuk diperhatikan. Pada hari ini setiap kali seseorang menelepon dirimu dia mengatakan: “Saya adalah Abu Fulan.” Siapa engkau wahai Abu Fulan?! Katakanlah: “Saya Fulan bin Fulan bin Fulan.” Adapun dengan mengatakan “Abu Fulan” maka ucapan ini tidak tepat. Engkau harus memperkenalkan dirimu yang sebenarnya hingga mengeluarkannya dari area yang tidak diketahui dengan jelas. Jika seseorang mengatakan “Abu Fulan” jika saya telah mengenal orang tersebut secara pasti bahwa kunyahnya adalah demikian (seperti ini tidak masalah), adapun ketika engkau baru pertama menghubungi saya melalui telepon lalu engkau mengatakan: “Saya Abu Fulan.” Maka ini ini merupakan kesalahan dan menyelisihi As-Sunnah. Yang sesuai dengan As-Sunnah adalah dengan seseorang menyebutkan identitasnya dengan mengatakan: “Saya si Fulan.” Sebagaimana juga ketika meminta izin ketika ingin bertamu ke rumah orang lain tidak boleh dengan mengatakan: “Ini saya saya.” Demikian juga tidak boleh mengatakan: “Saya Abu Fulan.” Karena bisa saja seseorang memiliki kenalan beberapa orang yang menggunakan kunyah tersebut, sehingga dia menyangka bahwa engkau adalah orang yang dikenalnya itu. Ketika dia membukakan pintu untukmu ternyata engkau adalah orang lain selain yang dia kenal tersebut. Jadi wajib atas seseorang untuk menyebutkan identitasnya dengan mengatakan: “Saya si Fulan.” Dan hendaknya dia menyebutkan namanya yang sebenarnya. Saya ingatkan hal ini wahai saudara-saudara yang kucintai. Ini semua di satu sisi.

Adapun sisi yang lain adalah:
Jika terjadi kesalahpahaman antara dua orang ikhwah, sebagian mereka ada yang langsung menulis bantahan terhadap yang lain, padahal keduanya sama-sama di atas jalan yang satu, di atas manhaj yang sama dan belajar kepada Masayikh yang sama. Cara semacam ini tidak baik. Jadi jika engkau memiliki kritikan terhadapnya, maka ingatlah bahwa dia adalah saudaramu. Sampaikan secara langsung kepadanya! Adapun dengan engkau membongkarnya di internet, memostingnya di internet, dan menulisnya di internet, maka hal semacam ini termasuk tindakan menyebarluaskan aib yang tidak diperbolehkan.
Adapun tentang ilmu maka ini babnya lain. Demikian juga bantahan terhadap kesalahan-kesalahan yang pelakunya menyimpang maka babnya juga lain. Tetapi kesalahan-kesalahan juga ada yang sifatnya khusus atau terbatas dan ada yang sifatnya umum. Jadi yang sifatnya khusus tidak sepantasnya untuk disebarkan bantahannya secara umum. Adapun jika kesalahan tersebut telah menyebar luas dan merata di tengah-tengah manusia, maka bantahan terhadapnya juga dengan cara menyebarluaskannya serta menyebarkan yang benar kepada manusia sampai manusia mengetahuinya sehingga mereka bisa memperbaiki kesalahan tersebut. Tetapi yang saya maksud dengan perkataan ini adalah: jika antara engkau dan saudaramu ada sesuatu maka jangan terburu-buru menyebarkannya di situs-situs tersebut! Karena hal ini bertentangan dengan sikap nasehat dan tidak sesuai dengan adab yang sepantasnya engkau miliki dalam hubungan antara dirimu dengan saudaramu. Jadi dengan cara semacam ini engkau akan membuka pintu bagi berkembangnya keburukan antara dirimu dengan saudara-saudaramu dengan selebar-lebarnya.

Jadi wahai segenap orang-orang yang saya cintai, saudara-saudara dan anak-anakku sekalian; saya berharap kalian bisa memahami itu semua dengan baik dan kalian sampaikan kepada saudara-saudara kalian yang tidak hadir. Apalagi apa yang saya sampaikan ini bisa didengar sehingga insya Allah bisa sampai ke semuanya. Pintu ini merupakan pintu yang banyak merusak hubungan-hubungan baik di antara para ikhwah dan semuanya adalah perkara-perkara yang sifatnya pribadi. Kita memohon kepada Allah afiyah dan keselamatan.

Sumber: sahab[dot]net

Alih bahasa:
Abu Almass Edi bin Jaman Al-Ausathy

-----------------------------------

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله

Pertanyaan:
خطرَ الإشاعات ونقل الأكاذيب والأحاديث جُزافًا دونَ تَثبُت
Efek negatif  yang akan ditimbulkan dari berbagai siaran-siaran dan penukilan berita-berita dusta atau penyampaian berbagai kejadian secara serampangan dan terburu-buru dengan tanpa meneliti kebenarannya?

Jawaban:
هذا تضاعَف وعَظُم لما وُجدت هذه المُسماة بالإتصالات الإجتماعية، وبالإنترنت وغيره، هذه هي التي تُعرض فيها هذه الأمور
Semua perkara di atas semakin parah dan berbahaya dengan adanya media-media sosial seperti internet dan semisalnya.
Media seperti inilah yang memfasilitasi terjadinya beberapa perkara di atas.
فعلى المسلمين عمومًا وعلى الشباب خصوصًا أن يحذروا منها ومما يُلقى فيها، لأنها مصائد من مصائِد الشيطان، فعليهم أن يحذروا منها وأن يجتنبوها لئلا يقعوا فيما يُعرضُ فيها من ضلال والشُبُهات المُضلّة، فإنها تحت تصرُف أعداء الدين والمُغرضين
Maka wajib bagi setiap muslim secara umum dan kepada para pemuda secara khusus agar berhati-hati dari perkara tersebut dan berhati-hati dari pihak-pihak yang menyebarkannya, dikarenakan itu merupakan perangkap-perangkap syaiton.
Wajib bagi mereka kaum muslimin untuk berhati-hati dan menjauhi perkara-perkara tersebut agar mereka tidak terjatuh pada kesesatan dan berbagai syubhat-syubhat yang menyesatkan, dikarenakan media-media tersebut dikuasai oleh musuh-musuh agama Islam dan orang-orang yang memiliki kepentingan.

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Sumber:
alfawzan .af .org .sa/node/15556

Forum Salafy Indonesia

-----------------------------------

Nasehat Al Ustadz Luqman Ba’abduh tentang Facebook

Nasehat ana yang pertama, jauhilah Facebook, tinggalkan Facebook.
(Mengatakan) "Ini Ustadz... penting dalam rangka mendapatkan informasi ilmu agama."
Alhamdulillah, informasi agama apa yang antum inginkan bisa antum dapatkan tanpa melalui facebook. CD-CD dalam bidang tafsir, ada. CD dalam bidang aqidah, manhaj, akhlak, fiqih. Fiqih tentang sholat, tentang hukum jenazah, tentang zakat, tentang haji, ada semuanya.
Apa yang antum inginkan?
Alhamdulillah..
Maka seorang muslim harus pandai-pandai menjaga keselamatan qalbu, keselamatan hatinya dari fitnah.
Berbagai media yang sebagiannya tadi disebutkan, facebook dan yang semisalnya. Itu adalah sumber fitnah. Baik fitnah terkait dengan syubhat maupun fitnah terkait dengan syahwat.
Terkait dengan syahwat sudah tidak jarang lagi terjadi keributan dalam rumah tangga seorang suami dengan istrinya atau istri dengan suaminya. Gara-gara si istri bermudah-mudahan bermain facebook. Seorang pria yang punya cemburu, seorang suami yang memiliki cemburu dan itu terpuji dalam syariat ini. Dia tidak akan pernah mengizinkan istrinya berfacebook-facebookan. Tidak akan pernah! Bahkan kalau istrinya punya hp, seorang suami bertanggung jawab untuk tahu nomor-nomor siapa saja yang ada di hp istri. Harus!
ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝُ ﻗَﻮَّﺍﻣُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀ
Pria, para suami itu adalah qawwam, pembimbing, pengarah bagi kaum wanita yang lemah.
Dan Rasulullah menyatakan
ﻧَﺎﻗِﺼَﺎﺕِ ﻋَﻘْﻞٍ ﻭَﺩِﻳْﻦٍ
Mereka itu adalah orang yang lemah cara berfikirnya walaupun jenius, walaupun insinyur, walaupun dokter spesialis. Lemah! Kata Rasulullah.
Tidak bisa menimbang dengan baik antara maslahat dan mafsadat, antara efek positif dan negatif.
Siapa yang mengatakan ini? Nabi!
ﻧَﺎﻗِﺼَﺎﺕِ ﻋَﻘْﻞٍ ﻭَﺩِﻳْﻦٍ
Lemah imannya, wanita itu gampaaang terseret dalam fitnah.
Kepada para suami yang memiliki cemburu..
Merasa bertanggung jawab atas tugasnya sebagai suami..
Ia tidak akan pernah mengizinkan istrinya berfacebook-facebookan, berkenalan dengan beragam manusia.
Wahai saudaraku, di masa yang penuh fitnah ini jaga baik-baik diri kita. Jaga baik-baik…
Begitu juga, sampai ada seorang istri meminta cerai dari suaminya gara-gara facebook. Berkenalan dengan pria lain.
(Mengatakan) "Wah itu sih tergantung manusianya.."
Betul, tergantung manusianya.
Tetapi Allah memerintahkan kita untuk menjauhi perzinahan dan kemungkaran sekaligus sebab-sebab yang mengantarkan kesana.
Apa kita bisa menjamin bahwa diri kita orang yang bertakwa, bisa menjaga diri?
Menjamin istri kita termasuk orang yang bertakwa, yang bisa selamat dari godaan syaitan?
Dengan melalui majelis ini kepada para istri wajib untuk taat ketika suaminya melarang dia untuk berfacebook-facebookan. Mengatakan “Terimakasih suamiku, Semoga Allah memberikan ganjaran dan pahala untukmu telah membimbingku”.
Bukan malah menentang..
Ikhwani fiddin a’aazaniyallahu wa iyyakum..
Di masa fitnah seperti ini Rasulullah menyatakan,
ﺳَﺘَﻜُﻮْﻥَ ﻓِﺘَﻦٌ ﺍﻟﻘﺎﻋِﺪُ ﻓِﻴْﻬﺎ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻢِ ﻭﺍﻟﻘﺎﺋﻢُ ﻓﻴﻬﺎ ﺧﻴﺮٌ
ﻣﻦ ﺍﻟﻤَﺎﺷِﻲ ﻭﺍﻟﻤﺎﺷِﻲ ﻓﻴﻬﺎ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺴَّﺎﻋِﻲ. ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺮَّﻑَ
ﻟَﻬﺎ ﺗَﺴْﺘَﺸْﺮِﻓْﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻭَﺟَﺪَ ﻣَﻠْﺠَﺄً ﺃَﻭْ ﻣَﻌَﺎﺫﺍً ﻓَﻠْﻴَﻌِﺬْ ﺑِﻪِ
Pasti akan bermunculan fitnah, fitnah syubhat maupun syahwat. Seorang yang posisinya duduk, kata Rasulullah, di masa fitnah lebih terselamatkan dibandingkan seorang yang posisinya berdiri. Orang yang posisinya berdiri, radius pendengarannya lebih luas dibandingkan orang yang duduk. Radius penglihatan ia lebih jauh dibandingkan yang duduk. Dan demikian juga seorang yang sebatas berdiri tetapi di tempat, ia lebih terselamatkan dibandingkan seorang yang berjalan di masa fitnah.
Dan Rasul menyatakan:
ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺮَّﻑَ ﻟَﻬﺎ
Barang siapa yang mencoba menengok-nengok fitnah, ingin tahu, cari tahu.
(Mengatakan) "Cari informasi Ustadz.. Supaya nggak ketinggalan.. Katanya ada ini ada itu..
Bukan..
Katanya..
Ikut lagi..
Katanya.."
Kata Rasulullah
ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺮَّﻑَ ﻟَﻬﺎ
Barangsiapa mencoba menengok, mencari tahu, ingin tahu fitnah! Maka fitnah itu akan menyeret dia, kata Rasul.
Diseret dia oleh fitnah! Dan cenderungnya orang yang diseret oleh fitnah itu ga terasa. Ga merasa, dia merasa masih berposisi pada tempat semula, ternyata kalo dia menengok. Wah, saya sudah jauh berjalan sudah.
Hati-hati ya ikhwan..
Gunakan waktu untuk tholibul ilmi, menuntut ilmu.
Antum di rumah.. Manfaatkan untuk menuntut ilmu!
Jadikan, letakkan jadwal-jadwal dirumah antum bersama istri. Di pagi hari mendengarkan taklim aqidah selama 20 menit, selesai. Melalui CD, kemudian dicatat apa yang disampaikan oleh ustadz dalam bidang aqidah tadi. Di sore hari antum pulang kerja, gunakan untuk mendengarkan pelajaran tafsir tentang satu ayat alquran atau separuh ayat alquran selamat 20 menit 30 menit. Ba’da maghrib baca alquran bersama-sama dengan istri… anak-anak di rumah. Ba’da isya antum mendengarkan kajian atau membaca kitab bersama istri tentang akhlak, tentang hukum-hukum ibadah.
Dengan ini.. Dengan izin Allah.. Kita kan lebih terlindungi dari fitnah.
Baarakallahu fiikum.. Hindarkan, jauhi facebook..
Sekali lagi nasehat..
Masih banyak media dakwah.
Sebelum ada facebook.. Facebook ini adanya berapa tahun kira-kira? 4 tahun yang lalu mulainya? Berapa tahun kira-kira? Ada yang bisa menjawab? 2 tahun? 3 tahun? 3 tahun-an kurang lebih..
7 tahun yang lalu, dakwah berjalan nggak? Berjalannya dakwah?!
Alhamdulillah..
7 tahun yang lalu bahkan 10 tahun yang lalu.. Sudah berjalan dakwah..
Masya Allah..
Dari tempat ke tempat..
Dari mesjid ke mesjid..
Dari kajian ke kajian..
Dari media ke media yang ada ini..
Alhamdulillah..
Jangan (. . . . . . .)
Jangan memaksakan diri masuk ke area yang akan menyeret kita ke dalam fitnah. Dalam facebook saya mendengar sampai ada seorang akhwat yang mengenalkan dirinya.. Menyerahkan fotonya… Ya subhanallah! Ya subhanallah!
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari makar-makar musuhnya..

Ditranksrip oleh Abdullah Sandly Anthony

-----------------------------------

USTADZ ABU NASIM MUKHTAR IBN RIFAI -HAFIZHAHULLAH-

Pertanyaan:
Boleh gak punya akun facebook atau email, bagaimana hukumnya menggunakan facebook atau email untuk sarana amar ma’ruf nahi munkar?

Jawaban:

Wallahu a’lam bis shawab, secara hukum asal, secara hukum asal kalau kita berbicara, facebook, email, dan semuanya secara hukum asal dulu, kita tidak memiliki -saya katakan secara hukum asal ya- tidak memiliki satu pun dalil untuk menyatakan facebook atau email itu tidak boleh -secara hukum asal-, tetapi sekarang kita berbicara bukan secara hukum asal, yang kita bicarakan adalah secara keumuman. Secara keumuman, facebook madharatnya lebih besar daripada manfaatnya.

Wallahu a’lam saya tidak mengingkari manfaat dari facebook, saya tidak pernah mengingkari facebook itu banyak manfaatnya, informasi dauroh, informasi ta’lim, berbagi faidah, berbagi ilmu, dan seterusnya bisnis, saya tidak mengingkari.

Tapi marilah kita jujur, yang punya akun facebook bersikaplah jujur, terus terang, sebenarnya manakah yang lebih besar, manfaat ataukah madharatnya, jujur bersikap, bukan karena terdorong oleh hawa nafsu dan kepentingan pribadi yang sifatnya sesaat? Sekian banyak madharat-madharat itu ditimbulkan dari facebook. Bukan hanya kalangan awam, di kalangan salafiyyin madharat facebook itu sungguh luar biasa. Madharat facebook itu sungguh luar biasa. Pergaulan antara ikhwan dan akhwat sudah tidak dibatasi lagi.

Saya katakan, cobalah bersikap jujur, karena yang saya katakan ini berdasarkan data, sekian banyak kasus terjadi, sekian banyak kasus terjadi. Perceraian, -ini saya katakan di kalangan salafiyyin ya, kalau kalangan awam sih gak usah tanya, kasus perampokan, pemerkosaan, penculikan, pengedaran narkoba, iya kan? Korupsi, dan sekian banyak. Demonstrasi, sekian banyak demonstrasi dan aksi unjuk rasa di timur tengah, di Indonesia, dimunculkan darimana? Jejaring sosial bernama facebook. Ini kalau orang awam kita sudah sepakat, begitu ya? Insya Allah ya.

Tapi yang kita bahas sekarang di antara kita salafiyyin salafiyyat, di antara kita salafiyyin salafiyyat, kasus yang terjadi karena facebook itu begitu banyak. Perceraian, tingkat perceraian..
Kalau kita melihat secara utuh, kalau di Cilacap -misalnya- satu daerah tersendiri mungkin tidak semua orang tau, tapi kalau kita mau membaca dari Sabang sampai Merauke secara keseluruhan, sebuah negara kesatuan NKRI ini, yang salafiyyin salafiyyat, kasus yang timbul karena facebook sudah sekian banyak. Informasi-informasi dusta, informasi-informasi buta, tidak ada yang bertanggung jawab..

Sekarang satu poin saja, saya yakin kita sepakat: Apakah setiap akun facebook itu bisa dipertanggung jawabkan?
Ada yang berani menjawab “iya”? Apakah setiap akun facebook yang dibuat itu bisa dipertanggung jawabkan keasliannya? Bahwa yang tertera di akun facebook namanya ini, alamatnya ini, fotonya ini, betul-betul sesuai dengan kenyataan? Tidak ada yang berani menjamin.

Subhanallah! Anak-anak kita yang sudah menginjak usia puber, remaja, santri-santri, tidak di satu tempat tapi ini sudah merata, mereka punya sekain akun facebook. Anak-anak kita kan pinter-pinter, gak disekolahkan -apa namanya- pendidikan komputer, gak perlu, anak kita tu sudah terlalu cerdas, hanya sekedar melihat sekali, membaca, set bisa..

Tanyakan kepada pengelola-pengelola pesantren itu -termasuk saya- bisa ditanyakan, anak-anak yang -masya Allah- hafalan Qur’an pagi petang sore segala macam, hafalan haditsnya segala macam, suatu saat tertangkap -subhanallah- temannya sudah seratus, punya facebook, darimana, kesempatannya kapan coba? Kalau bukan menunjukkan mereka itu anak-anak yang cerdas.
Gak pernah diajari, di pesantren gak ada pelajaran membuat facebook -kan gak ada-, tapi itu terjadi. La haula wa la quwwata illa billah.

Wallahu a’lam bis shawab, saya berpendapat kalau facebook “itsmuhuma akbaru min naf’ihima” madharatnya, dosanya lebih besar daripada manfaatnya.

Sekali lagi saya tidak mengingkari manfaat, tapi mampukah kita membatasi, “o.. ini untuk urusan ini urusan itu” ya betul, mampukah kita membatasi?

Ternyata kita bukanlah orang yang berwenang untuk membatasi ini, ini dan itu, kitalah yang harus tunduk dan harus ikut dalam arus dan aturan yang berlaku dalam dunia jejaring salah satunya facebook, tweeter dan tweet tweet tweet tweeter dan seterusnya.

Alhamdulillah, asatidzah kita yang -alhamdulillah- yang istiqamah mereka tidak memiliki akun facebook, tidak disibukkan ta’lim lewat internet, lebih berbarakah seperti ini bertatap muka secara langsung.. wah.. ngandalin internet..

Maka kalau kita membaca fenomena yang terjadi sekarang di dunia maya dunia internet berbicara tentang dakwah salafiyyah, sekian banyak ustadz bermunculan itu.. ada yang abu fulan, semuanya abu ummu abu ummu.. seolah-olah layaknya sebagai seorang ustadz, ikut mengomentari “ustadz ni begini, dakwahnya di daerah ni begini, ada ikhwan begini, seharusnya ulama tu begini, syaikh begini syaikh begitu..” ustadz-ustadz baru muncul di dunia maya, tapi kalau sudah berbicara di depan umum ini -subhanallah- lucu, kalau ketemu gini orangnya pendiem tapi kalau sudah di dunia maya garang kaya harimau.. La haula wa la quwwata illa billah.

Itu pendapat saya, facebook masuk dalam bab “itsmuhuma akbaru min naf’ihima” madharatnya lebih banyak daripada manfaatnya.

Tapi sekali lagi, yang menggunakan akun facebook bisa secara jujur menilai, secara jujur.. insya Allah akan terjawab, kalau jujur loh.. karena saya berbicara berdasarkan data.

Adapun email insya Allah -apa namanya- madharatnya tidak sebesar daripada facebook, iya kan? insya Allah.. wallahu a’lam bis shawab.

Jadi kalau pertanyaannya: hukum menggunakan facebook atau email untuk sarana amar ma’ruf nahi munkar, jangan sampai kita ingin amar ma’ruf nahi munkar tapi malah terjatuh di dalam kemunkaran.

Itu saja pesan saya, jangan sampai alasan, alasan itu bisa dibuat-buat -saudaraku, sedulur- alasan itu bisa dibuat, paling mudah membuat alasan itu -iya kan?-, seribu satu alasan bisa kita ciptakan dalam waktu satu jam, cari satu dua bisa alasan dibuat.

Tapi marilah kita jujur menilai dengan pengamatan kita sendiri, na’am.. artinya jangan sampai alasan amar ma’ruf nahi munkar malah terjatuh di dalam kemunkaran, malah dia sendiri perlu dinahi munkar.

Link Audio:
https://www.dropbox.com/s/4zjyvlznc44ioua/tentang%20facebook%20-%20ust%20mukhtar.mp3?dl=0

Arsip WALIS:
http://walis-net.blogspot.com/2015/09/nasehat-ustadz-abu-nasim-mukhtar-ibn.html