Cari Blog Ini

Selasa, 09 September 2014

Tentang MENYETIR KENDARAAN BAGI WANITA

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah

Pertanyaan:
Syaikh kami yang mulia, ada banyak pertanyaan seputar tema-tema dan kejadian terkini, diantaranya pertanyaan yang sering terlontar, yaitu:
Fadhilatus Syaikhina wa Waalidina, di hari-hari beredar seruan untuk memperbolehkan wanita menyetir, dan di sana ada sebagian dai dan orang-orang yang dianggap baik berpendapat bahwa hal tersebut tidak mengapa, dengan dalih bahwa hal itu jauh lebih ringan dibandingkan mempekerjakan sopir yang bukan mahram. Maka apa bimbingan Anda, apa hukumnya secara syariat, dan apa dalil yang menjadi sandaran mereka?

Jawaban:
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ
ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ
Masalah ini para ulama telah berbicara tentangnya dan mereka telah menjawabnya dengan jawaban yang mantap walhamdulillah. Intinya bahwasanya menyetirnya wanita mengandung berbagai bahaya, jika melihat maslahat yang sifatnya hanya sebagian maka perlu diketahui bahwa padanya terdapat bahaya yang banyak. Jadi tidak tepat dengan memandang sebagian namun mengabaikan bahaya-bahaya yang lainnya. Karena mencegah kerusakan harus didahulukan atas meraih maslahat, ini merupakan kaedah syari’at. Menyetirnya wanita mengandung berbagai kerusakan. Diantaranya; akan memaksa wanita untuk menanggalkan hijab, tidak mungkin dia akan menyetir mobil dalam keadaan berhijab. Walaupun dia berhijab maka hijabnya akan rawan untuk terlepas, mau nggak mau. Yang kedua diantara kerusakannya adalah wanita tersebut akan bercampur baur dengan pria, seperti polisi lalu lintas, terlebih lagi ketika terjadi kecelakaan, dan betapa banyaknya kecelakaan terjadi. Dia akan campur baur dengan pria seperti pergi ke kantor polisi dan yang lainnya.
Demikian juga jika terjadi kerusakan mobil sehingga mogok di tengah jalan, hal itu akan memaksanya untuk meminta bantuan kepada pria, sebagaimana hal ini pun terjadi di antara para sopir pria. Jadi wanita akan rawan mengalami campur baur dengan pria yang hal itu merupakan penyebab fitnah. Diantara bahaya lain jika seorang wanita dipegangi mobil maka dia akan keluar kapan saja dia mau siang dan malam. Karena kuncinya dia pegang dan mobilnya dia bawa sehingga dia akan bisa pergi sesukanya. Berbeda jika dia mengikuti walinya yang menyetir yang akan bersamanya di mobil dan menemaninya.
Adapun jika urusannya ada di tangannya maka dia akan pergi sesukanya dan kapan saja dia diminta untuk keluar oleh orang lain. Karena dia bisa saja menjalin komunikasi dan memiliki hubungan dengan orang-orang yang rusak. Sebagaimana kalian mengetahui komunikasi di masa sekarang demikian mudahnya terhubung di mana seorang wanita bisa dihubungi ketika dia sedang di atas tempat tidurnya, di kamarnya atau di rumahnya. Dia akan mudah dibujuk karena wanita itu tabiatnya lemah lalu dia pun akan pergi.
Jadi menyetirnya wanita mengandung berbagai bahaya yang banyak. Kalian juga mengetahui bahwa sekarang lalu lintas sudah sangat padat di jalan raya. Maka akan bagaimana lagi jika wanita diperbolehkan untuk menyetir mobil?! Tentu jumlah mobil akan.berlipat, akan semakin besar bahaya dan kepadatan lalu lintas akan semakin parah.
Jadi menyetirnya wanita mengandung berbagai bahaya yang banyak. Yang terbesar adalah bahaya yang mengintai kewanitaannya, kehormatannya, dan sifat malunya. Jadi, inilah yang enjadi sebab dilarangnya wanita menyetir mobil.

###

Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i Rahimahullah ditanya:
هل يجوز للمرأة أن تقود السيارة داخل المدينة لقضاء الأشياء المهمة لأن النساء المسلمات في الشارع يتعرضن للإيذاء والمضايقات؟
Apakah dibolehkan bagi seorang wanita untuk menyetir mobil di dalam kota dengan tujuan menyelesaikan berbagai keperluan penting, sebab para wanita muslimah di jalanan sangat rentan mendapatkan gangguan dan kesulitan?

Maka Syaikh menjawab:
إذا كانت امرأة صالحة ولا يكون مشيها أو الذي تقطعه بالسيارة سفرا ولا يخشى عليها من الفتنة ، فإن السيارة تيسر لها الفساد ، فإذا كانت امرأة صالحة مأمونة - وقليل ما هن- فلا بأس، ففي مسند الإمام أحمد عن عمرو بن العاص رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم رأى غرابا أبقع ، وفي بعضها : أعصم. قال: مثل الصالحات من النساء كهذا فالقليل من النساء التي ربما لا تفتن وإلا ربما كانت السيارة تساعدها على الفساد واللقاء بأخلائها
"Jika dia seorang wanita salihah, dan perjalanannya atau yang ia tempuh dengan mobil tidak termasuk safar, dan tdk dikhawatirkan atasnya fitnah, sebab mobil itu dapat memudahkan baginya berbuat kerusakan. Maka jika dia seorang wanita yang salihah dan dipercaya -dan sangat sedikit jumlah mereka- maka itu tidak mengapa. Dalam musnad Imam Ahmad dari Amr bin Al-Ash Radhiallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam melihat seekor burung gagak yang Abqa', dalam riwayat lain "A'sham" (dipunggung atau diperutnya terdapat bulu putih), maka Beliau bersabda: "Perumpamaan wanita yg salihah dibanding jumlah wanita secara umum adalah seperti burung gagak ini. Maka sedikit dikalangan wanita yang mungkin dia tidak terfitnah. Sebab bisa saja mobil tersebut membantunya untuk berbuat kerusakan dan bertemu dengan teman dekatnya dari kaum lelaki."

(Dari kitab min ahammi fatawan nisaa: 28, kumpulan fatwa-fatwa Syaikh Muqbil Rahimahullah tentang wanita)

-Thalab ilmu syar'i-

Telegram.me/Salafiyyun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar