Cari Blog Ini

Senin, 08 September 2014

Tentang MENCELA DAN MERENDAHKAN PEMERINTAH

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﺋِﻦٌ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﺳُﻠْﻄَﺎﻥٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗُﺬِﻟُّﻮﻩُ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥْ ﻳُﺬِﻟَّﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﺧَﻠَﻊَ ﺭِﺑْﻘَﺔَ ﺍْﻹِﺳْﻠَﺎﻡِ ﻣِﻦ ﻋﻨُﻘِﻪِ
“Sesungguhnya akan ada setelahku penguasa, maka janganlah kalian merendahkannya. Siapa yang hendak merendahkannya, sungguh ia melepas ikatan Islam dari lehernya.” (HR. Ahmad dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu)

Dari hadits Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu:
ﺍﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥُ ﻇِﻞُّ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻪُ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻫَﺎﻧَﻪُ ﺃَﻫَﺎﻧَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ
“Penguasa itu naungan Allah di muka bumi. Barangsiapa memuliakannya, Allah pun memuliakannya. Barangsiapa menghinakannya, Allah akan menghinakannya pula.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah)

Sahl bin Abdullah at-Tustari rahimahullah berkata, “Senantiasa umat manusia berada dalam kebaikan selama mereka memuliakan sulthan (pemimpinnya) dan para ulama. Karena apabila mereka memuliakan keduanya, niscaya Allah Subhanahu wata’ala akan memperbaiki urusan dunia dan akhiratnya. Apabila mereka melecehkan keduanya, niscaya mereka akan mendatangkan kerusakan urusan dunia dan akhiratnya.” (Tafsir al-Qurthubi, 5/260)

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:ٌ
ﻧَﻬَﺎﻧَﺎ ﻛُﺒَﺎﺭَﺍﺅُﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﻟَﺎ ﺗَﺴُﺒُّﻮﺍ ﺃُﻣَﺮَﺍﺀَﻛُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻐُﺸُّﻮﻫُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺒْﻐِﻀُﻮﻫُﻢْ، ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺻْﺒِﺮُﻭﺍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ﻗَﺮِﻳﺐٌ
Kalangan tua dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang kami (mencela penguasa) Mereka berkata: "Janganlah kalian mencela pemerintah kalian, janganlah melakukan tipu daya terhadapnya, jangan pula membencinya. Bertakwalah kalian kepada Allah dan bersabarlah, karena sesungguhnya (keputusan) urusan itu sangat dekat.” (As-Sunnah, Ibnu Abi ‘Ashim, 2/488)

Dari shahabat Abud Darda’ radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:
ﺃﻭﻝ ﻧﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺮﺀ: ﻃﻌﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺇﻣﺎﻣﻪ
“Awal munculnya sifat nifak pada seseorang adalah (ketika) dia mencela pemimpinnya.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqy di dalam Syu’abul Iman, 9406)

Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menegaskan bahwa kewajiban semua orang adalah menahan kesalahan-kesalahannya (pemerintah) dan tidak boleh menyibukkan diri dengan mencelanya, tetapi hendaknya berdoa memohon taufik kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk waliyyul amri (pemerintah), sebab mencelanya justru akan menimbulkan kerusakan yang besar dan bahaya yang merata. (ad-Dur al-Mantsur)

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:
“Perkara ini (menghormati pemerintah) wajib mendapatkan perhatian serius, karena di sinilah letak kemaslahatan Islam dan muslimin. Kemaslahatan yang akan kembali kepada kaum muslimin dalam menghormati waliyyul amri (pemerintah) jauh lebih banyak dibandingkan kemaslahatan yang kembali kepada waliyyul amri (pemerintah) itu sendiri. Maka dari itu, mengetahui perkara ini dan mengamalkannya adalah hal yang dituntut. Sebab, kaum muslimin sangat membutuhkan persatuan dan kerja sama dengan waliyyul amr (pemerintah), terkhusus pada masa yang banyak keburukan seperti sekarang ini. Tidak sedikit dai yang justru mengajak kepada kesesatan. Mereka menyebarkan kejelekannya di tengah-tengah kaum muslimin dengan segala cara untuk merusak kewibawaan pemerintah dan melemahkan pemerintahan. Seluruh kaum muslimin hendaknya betul-betul memerhatikan hal ini. Apabila ada pihak yang ingin memecah belah urusan kaum muslimin dan menggunjing waliyyul amri (pemerintah), hendaknya dinasihati dan diberitahu bahwa hal ini tidak boleh, bukan jalan keluar dari problem.” (al-‘Ilam bi kaifiyyati Tanshibil Imam fil Islam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar