Berkata Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu- dan juga Asy Sya’bi rahimahullahu: Mereka para Shahabat, apabila berjumpa mereka saling berjabat tangan, dan apabila mereka datang dari safar mereka saling mu’anaqoh (berpelukan).
Telah tetap dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam beliau bersabda:
ما من مسلمين يلتقيان فيتصاحفان إلا تحاتت عنهما ذنوبهما كما يتحات عن الشجرة ورقها
“Tidaklah dua orang muslim saling berjumpa kemudian keduanya saling berjabat tangan, kecuali akan gugur dari keduanya dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohonnya.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan:
“Berjabat tangan itu dapat menambah kecintaan.”
Al-Imam Mujahid rahimahullah berkata:
“Telah sampai kepadaku bahwasanya apabila dua orang yang saling mencintai (karena Allah) saling melihat, kemudian salah satunya tertawa kepada sahabatnya dan keduanya saling berjabat tangan, maka berguguranlah kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana gugurnya daun-daun dari pepohonan.”
Seseorang berkata kepada beliau, “Sungguh ini merupakan amalan yang ringan sekali.”
Beliau pun menyahut, “Kamu katakan ringan?!”
Padahal Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” (Al-Anfal: 63)
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hlm. 291)