Cari Blog Ini

Selasa, 19 April 2016

Pelajaran Shohih Muslim: Kitabul Jannah (Hadits No. 1)

======================
📕 Pelajaran Shohih Muslim
〰〰〰〰〰〰
🔰 Kitabul-Jannah
-------------------
(Membahas tentang sifat-sifat Jannah, kenikmatan di dalamnya, dan sifat penduduknya)

🔘 Hadits No.1
---------------------
🔰🍃 Dari Anas bin Malik –rodhiyallahu ‘anhu-, beliau berkata: Rasulullah –shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Al-Jannah dikelilingi oleh perkara-perkara yang tidak disenangi, dan An-Naar dikelilingi oleh syahwat (hawa nafsu).”

🔻[HR. Muslim No.2822]

✅ Takhrij Hadits –
Hadits ini diriwayatkan pula oleh:
Ahmad (12559), (13671), (14030), At-Tirmidzi (2559), Abu Nu’aim dlm “Sifatul-Jannah” (42), dan selain mereka.

📌 Disebutkan pula dalam Shohih Al-Bukhori No. 6487 , dari Abu Huroiroh –rodhiyallahu ‘anhu- dengan lafal :

حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ

“An-Naar ditutupi dengan syahwat (hawa nafsu), dan Al-Jannah ditutupi dengan perkara-perkara yang dibenci.”

✅ Syarah (Penjelasan) –
📝📮 Makna Hadits ini Al-Jannah tidak akan bisa dicapai kecuali dengan melakukan hal-hal yang dibenci hawa nafsu,
🔻Misalnya:
➖ Bersungguh-sungguh dalam ibadah serta menekuninya,
➖ Bersabar dalam menghadapi kesulitan (kesukaran) ketika menjalankan ibadah tersebut,
➖ Menahan amarah,
➖ Memaafkan orang lain,
➖ Bersikap tenang (tidak terburu-buru),
➖ Bershodaqoh,
➖ Berbuat baik kepada orang yang menyakitinya,
➖ Bersabar dalam melawan tuntutan hawa nafsu,
➖ Dan yang semisalnya.

⚠ Adapun An-Naar, dikelilingi oleh Syahwat (hawa nafsu) yang diharamkan,
🔻Misalnya:
➖ Minuman Keras (khomr),
➖ Perzinaan,
➖ Melihat wanita yang bukan mahrom,
➖ Ghibah (membicarakan aib orang lain),
➖ Bermain alat musik,
➖ Dan yang semisalnya.

↔ Adapun Syahwat (hawa nafsu) yang diperbolehkan tidak masuk dalam pembahasan tadi,
🔻Namun makruh (dibenci hukumnya) jika dilakukan secara berlebihan, karena dikhawatirkan akan menyeret pelakunya ke dalam:
➖ Perbuatan haram,
➖ Membuat hatinya keras,
➖ Melalaikan dirinya dari amal ketaatan,
atau justru...
➖ Menjadikan dirinya semakin tamak dalam mendapatkan harta dunia untuk digunakan foya-foya,
➖ Dan yang semisalnya.

🔺[Diringkas dari "Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim" (8/165 - 166), karya: An-Nawawi -rohimahullah-]

👍 Semoga Allah –ta’ala- memasukkan kita semua ke dalam al-Jannah dan menjauhkan kita dari Adzab-Nya. Aamiin

✅ Wallahu a’lamu bisshowab...

✏ (AH)
_________________________
12 Rojab 1437 (2016-04-20)
------------------------------
#Hadits #Jannah #Nar
------------------------------

🔰🇮🇩 Salafy Pekalongan
🌼🌼🌼🍃🌼🌼🌼

PENJELASAN KAIDAH “KITA SALING TOLONG-MENOLONG DALAM PERMASALAHAN YANG TELAH KITA SEPAKATI DAN KITA SALING MEMBERI UDZHUR (MAAF) KEPADA SEBAGIAN YANG LAIN PADA APA-APA YANG KITA BERSELISIH DI DALAMNYA”

PENJELASAN KAIDAH “KITA SALING TOLONG-MENOLONG DALAM PERMASALAHAN YANG TELAH KITA SEPAKATI DAN KITA SALING MEMBERI UDZHUR (MAAF) KEPADA SEBAGIAN YANG LAIN PADA APA-APA YANG KITA BERSELISIH DI DALAMNYA”

️Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullohu ta'ala

Fadhilatu Asy-Syaikh, dari perkara yang telah diketahui bahwa kelompok syiah dan kelompok murjiah mereka seluruhnya berselisih dengan ahlu sunnah dengan perselisihan yang besar. Dan disana ada kaidah dari sebagian para ulama yang disebut kaidah zahabiyyah (keemasan): "Kita saling tolong-menolong dalam permasalahan yang telah kita sepakati bersama dan kita saling memberi udzhur (maaf) kepada sebagian yang lain pada apa-apa yang kita berselisih didalamnya". Maka bagaimana kami memberikan udzhur (maaf) kepada mereka orang-orang syiah?

Kaidah zahabiyyah (keemasan) ini sejatinya bukanlah kaidah zahabiyyah (keemasan) dan tidak pantas dijadikan sebagai sebuah kaidah bahkan apa-apa yang kita bersepakat padanya maka hal itu merupakan kenikmatan dari Alloh azza wa jalla dan persatuan lebih baik daripada perselisihan.
🔺Dan apa-apa yang kita berselisih pada sebuah permasalahan maka hal tersebut terkadang mendapatkan udzhur (maaf) dan terkadang tidak diberi udzhur (maaf).
🔺Apabila perselisihan tersebut pada perkara yang diperbolehkan oleh agama didalamnya maka hal ini tidak mengapa karena para imam mereka juga berselisih, Imam ahmad, Imam Syafi'i, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, mereka semuanya memiliki perbedaan pendapat dalam sebuah permasalahan.
🔺Dan adapun perselisihan yang tidak diberi udzhur (maaf) seperti perselisihan dalam aqidah maka sebagian kita tidak saling memberi udzhur (maaf) kepada sebagian yang lainnya bahkan wajib untuk kembali kepada Al- Kitab dan As-Sunnah.
🔺Maka wajib atas sekte syiah dan setiap mubtadi' untuk kembali kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dan tidak diberi udzhur (maaf).
🔺Maka kaidah ini bukanlah kaidah zahabiyyah (keemasan) dan lebih layak engkau menyebutnya dengan kaidah khosyabiyyah (campuran).
✅Sekarang engkau telah mengetahui perkara yang boleh didalamnya ijtihad, ini tidak mengapa kita memberikan toleransi kepada orang yang menyelisihi
dan perkara yang tidak boleh berijtihad padanya seperti dalam permasalahan aqidah yang mana seorang insan menyelisihi aqidah salaf sehingga tidak mungkin untuk mereka diberi udzhur (maaf).

Sumber: [Silsilatu Liqooaatil Babil Maftuh > Liqool Babil Maftuh: 75]

Penerjemah: Al-Faqir Ilaa Afwi Robbihi, Rohmat di Bombana.

تطبيق فتاوى بن عثيمين رحمه الله - بيان قاعدة (نتعاون فيما اتفقنا عليه ويعذر بعضنا بعضاً فيما اختلفنا فيه)
فضيلة الشيخ، من المعلوم أن الشيعة و المرجئة هؤلاء كلهم يختلفون مع أهل السنة والجماعة اختلافاً عظيماً، وهناك قاعدة عند بعض العلماء يسمونها القاعدة الذهبية: (يعين بعضنا بعضاً فيما اتفقنا ويعذر بعضنا بعضاً فيما اختلفنا) فكيف نعذر هؤلاء الشيعة؟
هذه القاعدة الذهبية ليست قاعدة ذهبية ولا تستحق أن تكون قاعدة، بل ما اتفقنا فيه فهو من نعمة الله -عز وجل- والاتفاق خير من الاختلاف، وما اختلفنا فيه فقد يعذر فيه المخالف وقد لا يعذر، فإذا كان الاختلاف في أمر يسوغ فيه الاختلاف فهذا لا بأس به، ولا زال الأئمة يختلفون، فالإمام أحمد، والشافعي، ومالك، وأبو حنيفة كلهم يختلفون، وأما إذا كان الخلاف لا يعذر فيه؛ كالخلاف في العقائد، فإنه لا يعذر بعضنا بعضاً، بل الواجب الرجوع إلى ما دل عليه الكتاب والسنة، فعلى المرجئة وعلى الشيعة وعلى كل مبتدع أن يرجع إلى الكتاب والسنة ولا يعذر، فهذه القاعدة ليست قاعدة ذهبية، ولعلك تسميها قاعدة خشبية. عرفت الآن الذي يسوغ فيه الاجتهاد، هذا لا بأس أن نسمح للمخالف، والذي لا يسوغ فيه الاجتهاد كمسائل العقائد التي يخالف فيها الإنسان السلف لا يمكن أن يعذروا.
المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب المفتوح [75]

http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/od_075_14.mp3

WA Salafy Kendari