Cari Blog Ini

Minggu, 28 Juni 2015

Tentang INGIN TENAR DAN TERKENAL

Berkata Ibrahim bin Adham Rohimahulloh:
“Seseorang yang cinta kemasyhuran berarti dia tidak jujur kepada Allah.” (Siyar ‘Alam Nubala’)

Al-Baihaqi Rohimahulloh berkata:
"Ketahuilah, fondasi dari suatu kedudukan adalah senang tersebarnya reputasi, cinta ketenaran, dan kemasyhuran, padahal itu merupakan bahaya yang sangat besar. Adapun keselamatan itu terdapat pada lawannya, yakni menjauhi ketenaran." (an-Nubadz gi Adabi Thalabil Ilmi)

###

Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz hafizhahullah
[Menteri Urusan Agama Kerajaan Arab Saudi]

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
لَوْ تَعْلَمُوْنَ ذُنُوْبِيْ مَا وَطِئَ عَقِبِيْ اثْنَانِ
“Seandainya kalian mengetahui dosa-dosaku, tidak akan ada orang yang mau berjalan di belakangku (mengikutiku) walaupun cuma dua orang.” (Lihat: Siyar A’lamin Nubala, I/495)
Ada orang-orang yang terkenal, sebagian mereka ada yang terkenal karena dia seorang qari’ Al-Qur’an, dia terkenal karena bagusnya bacaannya dan karena kemerduan suaranya, sehingga manusia banyak yang mendatanginya. Di antara mereka ada yang merupakan seorang ulama yang dia terkenal karena ilmu, fatwa, wara’ dan kesalehannya, sehingga banyak manusia yang mendatanginya. Di antara mereka ada yang sebagai seorang dai yang dia terkenal karena apa yang dia kerahkan dan dia upayakan untuk manusia, sehingga banyak dari mereka yang mendatanginya disebabkan karena Allah memberi mereka hidayah kepada kebenaran melalui perantaraan dia. Ada juga seseorang yang terkenal karena dia seorang yang menunaikan amanah, ada yang terkenal karena suka melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, dan seterusnya.
Ketenaran merupakan kedudukan yang sangat rawan untuk menggelincirkan seseorang. Oleh karena inilah Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu mewasiatkan untuk dirinya sendiri yang menjelaskan keadaan beliau dan menjelaskan apa yang wajib untuk dilakukan –katakanlah– oleh siapa saja yang memiliki pengikut, beliau mengatakan:
لَوْ تَعْلَمُوْنَ ذُنُوْبِيْ مَا وَطِئَ عَقِبِيْ اثْنَانِ وَلَحَثَيْتُمُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِيْ
“Seandainya kalian mengetahui dosa-dosaku, tidak akan ada orang yang mau berjalan di belakangku (mengikutiku) walaupun cuma dua orang, dan niscaya kalian akan menaburkan debu di kepalaku.”
Wajib atas siapa saja yang memiliki ketenaran atau dia termasuk orang yang menjadi idola manusia, untuk senantiasa menganggap rendah dirinya di tengah-tengah mereka, dan hendaknya dia menampakkan hal itu namun bukan agar dimuliakan oleh mereka. Tetapi dia melakukannya semata-mata agar mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Jalla wa Ala. Dan poros dari hal itu adalah keikhlasan, karena sungguh di antara manusia ada yang terkadang merendahkan dirinya di hadapan manusia agar dia nampak atau menonjol (agar dianggap sebagai orang yang tawadhu’) di antara mereka. Yang semacam ini termasuk perbuatan syaithan.
Di antara mereka ada yang merendahkan dirinya di tengah-tengah manusia dalam keadaan Allah Jalla wa Ala mengetahui hatinya bahwa dia jujur dalam hal tersebut. Dia melakukannya karena takut perjumpaan dengan Allah Jalla wa Ala, dan dia takut terhadap hari ketika apa yang tersembunyi dalam dada diberi balasan setimpal, dan hari ketika semua yang ada di dalam hati dibongkar. Dan ketika itu tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dari ilmu Allah.

Forum Salafy Indonesia