Cari Blog Ini

Senin, 16 November 2015

DOA-DOA DI DALAM AL-QURAN DAN AS-SUNNAH

Berdoa meminta ampunan untuk kedua orang tua
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
“Wahai Rabbku! Ampunilah aku dan ibu bapakku.” (Nuh: 28)

Berdoa meminta rahmat untuk kedua orang tua
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al Isra 23-24)

Berdoa meminta ampunan dan rahmat
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Wahai Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf: 23)
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
“Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” (Al-Qashash: 16)

Doa meminta dijauhkan dari fitnah
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.” (Yunus: 85)

Doa meminta kebaikan di dunia dan di akhirat
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Al-Baqarah: 201)

Doa meminta istri dan keturunan yang saleh dan salihah
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (al-Furqan: 74)
رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Wahai Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (Ali ‘Imran: 38)
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Wahai Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (ash-Shaffat: 100)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Wahai Rabb kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

Doa meminta kepada Allah agar diterima amalannya
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيم
“Ya Rabb kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Doa meminta diberikan akhlak yang baik
اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah tunjukilah aku kepada akhlak yang paling baik karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkanku padanya kecuali Engkau, dan palingkanlah aku dari kejelekan akhlak karena tidak ada yang memalingkannya kecuali Engkau.” (HR. Muslim)

Doa meminta dipilihkan antara hidup dan mati
اللهُمَّ بِعِلمِكَ الْغَيْبَ وَ قُدْرَتِكَ على الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الحَيَاةَ خَيْرًا لي وَتَوَفَّنِي إَذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لي
“Ya Allah dengan ilmu-Mu tentang yang ghaib dan kekuasaan-Mu terhadap makhluk-Mu, hidupkanlah aku yang Engkau telah ketahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku.” (HR. an-Nasa’i dan al-Hakim, dishahihkan al-Albani dalam Shahih an-Nasa’i no. 1304)

Doa berlindung dari kesyirikan
اللّٰهٌمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَُشْرِكَ بِكَ وَ أَنَا أَعْلَمُ وَ أَسْتَغْفِرٌكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, Aku Berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dalam keadaan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu pada apa yang tidak aku mengetahuinya.” (HR. Al-Bukhori dalam Al-Adabul Mufrod, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrod)

Doa berlindung dari empat kejelekan
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no. 2722)

FIKIH HARI RAYA

Memperbanyak takbir dan tahlil

“Dahulu Ibnu 'Abbas radhiyallahu anhuma bertakbir dengan mengatakan,
الله أكبر ،الله أكبر ،الله أكبر ،لا إله إلا الله ،والله أكبر ،الله أكبر ،ولله الحمد
(Diriwayatkan al-Baihaqi, disahihkan al-Albani dalam al-Irwa' 3/125)

“Dahulu Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu bertakbir pada hari-hari tasyriq,
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، والله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
(Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, disahihkan al-Albani dalam al-Irwa' 3/125)

Bertakbir dan bertahlil dengan mengangkat suara

Ibnu 'Umar radhiyallahu anhuma berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila keluar untuk melakukan shalat id beliau mengangkat suara seraya bertahlil dan bertakbir.”

Menambahkan tahmid dan tasbih ketika bertakbir

“Apakah penambahan dalam takbir,
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
sah dan sahih?”
Syaikh Bin Baz berkata, “Tsabit (sah), diriwayatkan oleh al-Imam Muslim di dalam Shahih-nya.” (Majmu' Fatawa Ibnu Bazz 25/243)

ADAB-ADAB BERDOA

Menghadirkan hati dan khusyuk dalam berdoa

“Ketahuilah bahwasanya Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai dan kosong.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)

Mengangkat tangan ketika berdoa

“Sesungguhnya Rabb kalian tabaraka wa ta'ala Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (memohon) kepada-Nya lalu menurunkan keduanya dalam keadaan kosong (tidak mendapatkan rahmat-Nya).” (HR. Abu Daud 1488 dan at-Tirmidzi 3566)

Berdoa dengan terus menerus dan dengan suara yang lembut

“Berdo’alah kepada Rabb kalian dengan terus menerus dan suara lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al A’raf: 55)

Berdoa ketika safar, berdoa dengan mengucapkan Yaa Rabb… atau Rabbi… atau Rabbana… di awal doa, mengulang-ulang doanya, dan mencari rezeki dengan cara yang baik lagi halal

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha berbuat baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Dia memerintahkannya kepada para rasul-Nya dengan firmannya, “Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah.” Dan Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian.” Kemudian beliau menceritakan tentang seseorang yang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR. Muslim)

Berdoa dengan mengucapkan Yaa Allah… atau Allahumma di awal doa, dan menangis ketika berdoa

Nabi shallallahu alaihi wasallam membaca firman Allah Azza Wa Jalla tentang Ibrahim, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia. Barangsiapa yang mengikutiku sesungguhnya ia termasuk (golongan)ku.” (Ibrahim: 36)
Dan Isa ‘alaihissalam berkata, “Jika Engkau mengadzab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau ampuni mereka, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Perkasa lagi Maha Hikmah.” (al-Maaidah: 118)
Kemudian Nabi mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, umatku… umatku….” Kemudian beliau menangis. Allah berfirman, “Wahai Jibril pergilah ke Muhammad –dan Tuhanmu Maha Mengetahui– dan tanyakan kepadanya mengapa dia menangis.” Kemudian Jibril alaihissalam mendatangi Nabi dan bertanya kepada beliau, lalu beliau mengkhabarkan kepada Jibril. Kemudian Allah berfirman kepada Jibril, “Wahai Jibril pergilah ke Muhammad dan katakan bahwa Kami akan membuatmu ridha terhadap umatmu dan tidak akan berbuat buruk terhadapmu.” (HR. Muslim)

Berdoa dengan tawasul dengan nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi

“Dan hanya milik Allah nama-nama yang baik. Maka berdo’alah kalian dengan (wasilah) nama-nama tersebut.” (Al A’raaf: 180)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan sebuah doa,
اللهُمَّ بِعِلمِكَ الْغَيْبَ وَ قُدْرَتِكَ على الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الحَيَاةَ خَيْرًا لي وَتَوَفَّنِي إَذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لي
“Ya Allah dengan ilmu-Mu tentang yang ghaib dan kekuasaan-Mu terhadap makhluk-Mu, hidupkanlah aku yang Engkau telah ketahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku.” (HR. An Nasa’i dan Al Hakim serta dishohihkan Al Albani dalam Shohih An Nasa’i no. 1304)

Berdoa dengan tawasul dengan amalan saleh yang pernah dilakukannya

Rasulullah mengkisahkan cerita panjang tentang tiga orang dari kaum terdahulu terperangkap di sebuah gua karena tertutup batu besar. Salah satu di antara mereka bertawasul dengan amalan berbakti kepada kedua orang tuanya. Yang kedua bertawasul dengan terjaganya kehormatan dia dari perbuatan zina dan yang ketiga bertawasul dengan penunaian amanahnya. (Muttafaqun alaihi)

Berdoa dengan tawasul dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya

Allah berfirman,
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادَيًا يُنَادِي لِلإِيْمَانِ أَنْ آمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ كَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَارِ
“Wahai Rabb kami sesungguhnya kami telah mendengar seruan orang yang menyeru (Muhammad) kepada keimanan yaitu: Berimanlah kalian kepada Rabb kalian. Maka kami pun beriman. Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik.” (Ali Imran: 193)

Berdoa dengan tawasul dengan keadaannya yang sangat membutuhkan sesuatu kepada Allah

Nabi Zakariya berdoa,
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Wahai Rabbku sesungguhnya tulangku telah melemah, rambutku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada-Mu, wahai Rabbku.” (Maryam: 4)

Tawasul dengan doa orang yang saleh kepada Allah

Anas bin Malik menceritakan tentang tawasul orang Arab Badui dengan do’a Nabi agar Allah menurunkan hujan ketika terjadi kekeringan dan menahan hujan ketika terjadi banjir. (Muttafaqun alaihi)

Umar bin Khatthab pernah bertawasul dengan do’a Abbas bin Abdul Mutthalib agar Allah menurunkan hujan. (Diriwayatkan al Bukhari dalam Shahih-nya)

Menutup doa dengan bersalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam

“Setiap doa tertutup hingga bershalawat kepada nabi.” (HR. Ad Dailami, dan dihasankan Al Albani)

Berdoa setelah selesai azan

Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya para muadzin telah mendahului kami dalam keutamaan.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ucapkan sebagaimana ucapan mereka (para muadzin), dan jika telah selesai (adzan), maka berdoalah, niscaya engkau akan diberi (oleh Allah).” (HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibnu Hibban, dinyatakan hasan shahih oleh al-Albani)

Berdoa di akhir tasyahud (ketika salat)

“Jika salah seorang kalian shalat, maka hendaklah dia memulai dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian bershalawat atas Nabi, lalu berdoa dengan apa yang dia kehendaki.” (HR. At Tirmidzi, Abu Dawud, An Nasai, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jami’ Ash Shahih, 2/124)

Berdoa ketika turun hujan

“Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika adzan dan ketika turunnya hujan.” (HR. al-Hakim, dihasankan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ 3078)

Berdoa di waktu lapang

“Barangsiapa yang senang Allah mengabulkan doanya ketika ditimpa kesulitan dan kesusahan, maka perbanyaklah berdoa ketika di waktu lapang.” (HR. at-Tirmidzi)

ADAB-ADAB MASUK RUMAH DAN KELUAR RUMAH

Berdoa ketika keluar dari rumah

Mengucapkan,
بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepada-Nya, dan tiada daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah.” (HR. Abu Daud 4/325, At-Tirmidzi 5/490, lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/151)

Mengarahkan pandangan ke langit kemudian berdoa ketika keluar rumah

Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari rumahku sama sekali kecuali beliau mengarahkan pandangan mata beliau ke langit, lalu beliau berdo'a,
اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أُعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلُ عَلَيَّ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu (agar jangan sampai) aku tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat dzalim atau didzalimi, berbuat kebodohan atau dibodohi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan an-Nasai, dari Ummu Salamah radhiallahu anha, disahihkan Al Albani)

Bersiwak jika hendak masuk rumahnya

Berkata 'Aisyah, “Dahulu Nabi jika hendak masuk rumah beliau, beliau mendahulukan bersiwak.” (HR. Muslim)

ADAB-ADAB SAFAR

Tidak boleh wanita safar tanpa mahram

“Janganlah wanita bepergian kecuali dengan mahramnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Boleh melakukan puasa sunah ketika safar

Ibnu Abbas berkata, “Dahulu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah berpuasa, kadang berbuka. Dahulu sahabat beliau radhiyallahu ’anhum bepergian bersama beliau, di antara mereka ada yang berpuasa, di antara mereka ada yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela yang berbuka, tidak pula orang yang berbuka mencela orang yang berpuasa.”

Tidak disyariatkan melakukan salat sunah rawatib ketika safar

Ibnu Umar berkata, “Kalau aku melakukan shalat sunah (yakni shalat sunah rawatib) niscaya aku akan menyempurnakan shalat wajib (tidak mengqashar).” (Faedah dari Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali)

Salat dhuha jika baru datang dari safar

Abdullah bin Syaqiq Rahimahullah bertanya, “Apakah dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melakukan shalat dhuha?” Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali jika baru datang dari safar.” (HR. Muslim)