Cari Blog Ini

Rabu, 06 Mei 2015

Tentang HEWAN LAUT YANG HALAL DIMAKAN

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله

Pertanyaan:
أحسن الله إليكم سماحة الوالد، يقول السائل: في قوله تعالى: (أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ) [المائدة:96]، هل يشمل خنزير البحر وكلب البحر؟
Semoga Allah berbuat baik kepada anda wahai syaikh yang mulia.
Ada yang bertanya tentang firman Allah:
Dan telah dihalalkan bagi kalian hewan buruan laut dan makanan laut. (Qs. Almaidah: 96)
Apakah ayat ini juga mencakup penghalalan babi laut dan anjing laut?

Jawaban:
كل ما لا يعيش إلا في البحر فهو من صيد البحر لأنه لا دليل على الإستثناءات، هم قالوا إن التمساح والحية أنها لا تؤكل لكن ما في دليل على هذا، الله جل وعلا عمم فقال: (أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ) [المائدة:96]، وصيده ما لا يعيش إلا فيه، أما التمساح فإنه يعيش في البر والبحر فيغلَّب عليه جانب الحظر، أما ما لا يعيش إلا في البحر فهذا حلال دون استثناء. نعم
Semua hewan yang tidak bisa hidup kecuali di laut maka dikatakan hewan buruan laut, dan tidak ada pengecualian dalam perkara ini.
Sebagian mereka ada yang mengatakan: buaya laut dan anjing laut tidak boleh dimakan!
Akan tetapi pendapat ini tidak memiliki dalil.
Allah berfirman secara umum: Dihalalkan bagi kalian hewan buruan laut dan makanan laut. (Qs. Almaidah: 96)
Dan buruan laut di sini adalah hewan yang tidak bisa hidup kecuali di laut. Adapun buaya, maka dia hidup di darat dan laut maka lebih condong hukumnya ke arah pelarangan. Adapun hewan yang tidak bisa hidup kecuali di laut, maka semuanya halal tanpa pengecualian.

Sumber:
alfawzan .af .org .sa/node/2538

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

###

Pertanyaan kedelapan dari fatwa no. 5394

Soal:
Apakah halal makan hewan-hewan berikut ini: penyu, kuda laut, buaya dan landak. Ataukah haram dimakan?

Jawaban:

Landak halal dimakan, berdasarkan keumuman ayat:
قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
“Katakanlah (wahai Nabi) tiadalah aku memperoleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi, karena semua itu adalah kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.” (Al An’am: 145)
Dan karena secara asal hukum makanan adalah boleh, hingga jelas apa yang merubah hukumnya.

Adapun penyu, maka jama’ah dari para ulama mengatakan boleh memakannya meskipun tanpa disembelih, berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala:
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ
“Telah dihalalkan bagi kalian buruan laut dan memakannya” (Al Maidah: 96)
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
هو الطهور ماؤه الحل ميتته
“(Laut itu) suci airnya, halal bangkainya.” (Diriwayatkan oleh At Tirmidziy, An Nasa’iy, Abu Dawud dan yang selain mereka)
Akan tetapi yang lebih berhati-hati adalah dengan disembelih dalam rangka keluar dari khilaf.

Adapun buaya maka ada yang berpendapat boleh dimakan sebagaimana halnya ikan, berdasarkan keumuman ayat dan hadits yang telah disebutkan. Dan adapula yang mengatakan tidak boleh dimakan, karena buaya termasuk hewan buas yang mempunyai taring. Dan yang rojih adalah pendapat pertama (boleh dimakan).

Dan adapun kuda laut maka boleh dimakan sebagaimana keumuman ayat dan hadits yang telah berlalu, dan karena tidak adanya hal yang memalingkan hukumnya. Sebab kuda darat itu hukumnya halal secara nash, lebih-lebih lagi kuda laut.

Wabillãhit Taufíq washallallãhu ‘alã Nabiyyinã Muhammad wa ‘alã ãlihí wa shohbihí wasallam

Al-Lajnah Ad-Dã’imah lil Buhús wal Iftã’
Ketua : Abdul Azíz bin Abdillãh bin Bãz
Wakil : Abdurrozãq Afifiy
Anggota : Abdullãh bin Qu’úd

Sumber:
Fatawa Al Lajnah Ad Da’imah
Jilid 22 Halaman 319

Penyusun:
Syeikh Ahmad bin Abdurrozãq ad Duwaisy

Alih bahasa: Abu Dawud al Pasimiy

WA Thullab al Fyusy dan SLN