Cari Blog Ini

Minggu, 17 April 2016

BISIKAN HAWA NAFSU

April 17, 2016

BISIKAN HAWA NAFSU

Berkata Al-Hasan al-Bashri –rahimahullah:

“Seburuk-buruk penyakit yang menodai hati adalah hawa nafsu” (1)

 

Berkata Atha’ as Salimiy –rahimahullah:

“Telah sampai kabar kepada kami bahwa syahwat dan hawa nafsu akan mengalahkan ilmu, akal, dan juga nasihat.” (2)

 

Berkata Ibrahim bin Dawud al Qashar –rahimahullah:

“ Selemah-lemah makhluk adalah yang tidak sanggup menahan hawa nafsu. Dan sehebat-hebat makhluk adalah yang mampu menahan hawa nafsunya.” (3)

 

Dikatakan kepada Ja’far al Murta’isy: “Sesungguhnya Fulan bisa berjalan di atas air.” Maka beliau pun berkata:

“ Sesungguhnya barangsiapa yang diberikan oleh Allah kemampuan untuk menyelisihi hawa nafsunya maka itu lebih hebat daripada berjalan di atas air.” (4)

—————————————————–

      رقم 1 – الكتاب: الزهد لأبي عبد الله أحمد بن محمد بن حنبل: ص 214

كَانَ الْحَسَنُ يَقُولُ: شَرُّ دَاءٍ خَالَطَ قَلْبًا، يَعْنِي الْهَوَى

 رقم 2 – الكتاب: حلية الأولياء وطبقات الأصفياء لأصبهاني : ص 244

يَقُولُ: بَلَغَنَا أَنَّ الشَّهْوَةَ، وَالْهَوَى يَغْلِبَانِ الْعِلْمَ وَالْعَقْلَ وَالْبَيَانَ

 

 رقم 3 – الكتاب: ذم الهوى لابن الجوزي : ص 30

قَالَ إِبْرَاهِيمُ الْقَصَّارُ أَضْعَفُ الْخَلْقِ مَنْ ضَعُفَ عَنْ رَدِّ شَهْوَتِهِ وَأَقْوَى الْخَلْقِ مَنْ قَوِيَ عَلَى رَدِّهَا

 

 رقم 4 – الكتاب: التبصرة لابن الجوزي : ص 187

وَقِيلَ لِلْمُرْتَعِشِ: إِنَّ فُلانًا يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ. فَقَالَ: إِنَّ مَنْ مَكَّنَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ مُخَالَفَةِ هَوَاهُ أَعْظَمُ مِنَ الْمَشْيِ عَلَى الْمَاءِ!

 

Sumber: http://appsalafy.salafymedia.com

APA PERBEDAAN ANTARA TAUBAT DAN ISTIGHFAR?

As Syaikh Bin Baz rahimahullah:

“Taubat adalah rasa penyesalan dari sesuatu yang telah berlalu (dari dosa-pent) dan meninggalkannya serta bertekad untuk tidak  kembali melakukannya, inilah yang disebut dengan Taubat..

Adapun Istighfar maka terkadang berbentuk Taubat dan Terkadang hanya sebatas ucapan saja.. Seperti ucapan: Ya Allah ampunilah aku.. Aku memohon ampun kepada Allah..

Maka tidaklah disebut dengan Taubat kecuali jika diiringi dengan rasa penyesalan dan meninggalkan perbuatan Maksiat tersebut serta tekad untuk tidak kembali melakukannya.

Maka inilah yang disebut dengan Taubat, dan disebut juga dengan Istighfar… Dan inilah yang dimaksud dalam firman Allah jalla wa ‘ala :

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan merekalah orang-orang yang jika melakukan perbuatan keji atau mendholimi diri-diri mereka sendiri dengan segera mereka ingat kepada Allah lalu mereka memohon ampunan terhadap perbuatan dosa mereka, dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah?  Kemudian mereka tidak terus menerus/ menetapi apa yang mereka perbuat dalam keadaan mereka sadar mengetahui” (Ali Imron:135)

Maksudnya;  bahwa dia menyesal dan tidak  terus menerus melakukannya, dia mengucapkan: ya Allah ampunilah aku… Aku memohon ampunan kepada Allah.

Bersamaan dengan itu dia menyesal atas perbuatan maksiatnya. Hanya Allah lah yang mengetahui keadaan hatinya, dia benar-benar tidak terus menerus melakukannya bahkan dia bertekad untuk meninggalkannya.

Maka jika dia mengucapkan: … Astaghfirullah.. Allahummaghfirly.. Dia meniatkan taubat, menyesal,dan meninggalkannya serta waspada dan berhati-hati untuk tidak kembali melakukannya, maka Taubatnya adalah taubat yang benar.

Sumber:  http://www.binbaz.org.sa/mat/10479

Alih Bahasa:Al Akh Umar bin Ubadah

WA Miratsul Anbiya Indonesia

DIMANA TEMPAT ANAK-ANAK KAUM MUSYRIKIN?

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

🍃 BAB 93 – DIMANA TEMPAT ANAK-ANAK KAUM MUSYRIKIN ?

🍂 باب

١٣٨٦ - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ، عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمُ اللَّيْلَةَ رُؤْيَا؟» قَالَ: فَإِنْ رَأَى أَحَدٌ قَصَّهَا، فَيَقُولُ: «مَا شَاءَ اللَّهُ»

فَسَأَلَنَا يَوْمًا فَقَالَ: «هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رُؤْيَا؟» قُلْنَا: لاَ، قَالَ: «لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي، فَأَخْرَجَانِي إِلَى الأَرْضِ المُقَدَّسَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ، بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ» قَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا عَنْ مُوسَى: " إِنَّهُ يُدْخِلُ ذَلِكَ الكَلُّوبَ فِي شِدْقِهِ حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ، ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الآخَرِ مِثْلَ ذَلِكَ، وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا، فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ، قُلْتُ: مَا هَذَا؟ قَالاَ: انْطَلِقْ،

فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِهِ بِفِهْرٍ - أَوْ صَخْرَةٍ - فَيَشْدَخُ بِهِ رَأْسَهُ، فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهْدَهَ الحَجَرُ، فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ، فَلاَ يَرْجِعُ إِلَى هَذَا حَتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وَعَادَ رَأْسُهُ كَمَا هُوَ، فَعَادَ إِلَيْهِ، فَضَرَبَهُ، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالاَ: انْطَلِقْ

فَانْطَلَقْنَا إِلَى ثَقْبٍ مِثْلِ التَّنُّورِ، أَعْلاَهُ ضَيِّقٌ وَأَسْفَلُهُ وَاسِعٌ يَتَوَقَّدُ تَحْتَهُ نَارًا، فَإِذَا اقْتَرَبَ ارْتَفَعُوا حَتَّى كَادَ أَنْ يَخْرُجُوا، فَإِذَا خَمَدَتْ رَجَعُوا فِيهَا، وَفِيهَا رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالاَ: انْطَلِقْ،

فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى وَسَطِ النَّهَرِ - قَالَ يَزِيدُ، وَوَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ: عَنْ جَرِيرِ بْنِ حَازِمٍ - وَعَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ، فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ، فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ، فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ، فَقُلْتُ: مَا هَذَا؟ قَالاَ: انْطَلِقْ،

فَانْطَلَقْنَا حَتَّى انْتَهَيْنَا إِلَى رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ، فِيهَا شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ، وَفِي أَصْلِهَا شَيْخٌ وَصِبْيَانٌ، وَإِذَا رَجُلٌ قَرِيبٌ مِنَ الشَّجَرَةِ بَيْنَ يَدَيْهِ نَارٌ يُوقِدُهَا، فَصَعِدَا بِي فِي الشَّجَرَةِ، وَأَدْخَلاَنِي دَارًا لَمْ أَرَ قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهَا، فِيهَا رِجَالٌ شُيُوخٌ وَشَبَابٌ، وَنِسَاءٌ، وَصِبْيَانٌ، ثُمَّ أَخْرَجَانِي مِنْهَا فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ، فَأَدْخَلاَنِي دَارًا هِيَ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ فِيهَا شُيُوخٌ، وَشَبَابٌ،

قُلْتُ: طَوَّفْتُمَانِي اللَّيْلَةَ، فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ، قَالاَ: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ، فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالكَذْبَةِ، فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ،

وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ،

وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ،

وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُوا الرِّبَا، وَالشَّيْخُ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، وَالصِّبْيَانُ، حَوْلَهُ أَوْلاَدُ النَّاسِ

وَالَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ،

وَالدَّارُ الأُولَى الَّتِي دَخَلْتَ دَارُ عَامَّةِ المُؤْمِنِينَ،

وَأَمَّا هَذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ، وَأَنَا جِبْرِيلُ، وَهَذَا مِيكَائِيلُ، فَارْفَعْ رَأْسَكَ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا فَوْقِي مِثْلُ السَّحَابِ، قَالاَ: ذَاكَ مَنْزِلُكَ، قُلْتُ: دَعَانِي أَدْخُلْ مَنْزِلِي، قَالاَ: إِنَّهُ بَقِيَ لَكَ عُمُرٌ لَمْ تَسْتَكْمِلْهُ فَلَوِ اسْتَكْمَلْتَ أَتَيْتَ مَنْزِلَكَ "
(رواه البخاري:١٣٨٦).

ARTINYA :

“ Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai sholat, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami seraya bersabda: “Siapakah dari kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?” jika ada satu orang melihat itu, dia akan bercerita, lalu Nabi menakwilkannya sesuai dengan kehendak Alloh.

Lalu pada suatu hari beliau bertanya
pada kami: “Siapakah dari kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?” kami menjawab: “Tidak ada.”

Beliau bersabda: “Tapi aku tadi malam melihat dalam mimpi ada dua orang yang mendatangiku seraya mengambil tanganku lalu mengeluarkan aku dari tanah suci.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk, dan ada orang lain yang berdiri sambil membawa cakar besi di tangannya. Dia memasukkan cakar besi tadi ke dalam tepi mulutnya lalu menariknya hingga mencapai tengkuknya. Lalu dia berbuat seperti itu pada sisi mulut yang lain. Lalu tepi mulut yang robek tadi mengatup kembali, dan selanjutnya dirobek lagi seperti sebelumnya. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah”

Maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi seseorang yang sedang berbaring di atas tengkuknya, dan orang lain berdiri di kepalanya dengan membawa batu pemukul atau batu karang, lalu dipakainya batu tadi untuk memecahkan kepalanya, setelah batu itu dipukulkan, batu tadi menggelinding, maka orang tadi berangkat mengejar batu tadi untuk mengambilnya. Maka tidaklah dia kembali ke orang yang berbaring tadi sampai kepala orang itu mengatup dan kembali seperti semula. Lalu orang itu kembali kepadanya, seraya memukulnya lagi. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah”

Maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi lubang seperti tanur, atasnya sempit, dan bagian bawahnya luas, di bawahnya ada api yang dinyalakan. Jika mendekati permukaan tanur, merekapun naik sampai hampir mau keluar darinya, tapi jika apinya padam, mereka kembali ke dalam. Di dalamnya ada ada pria dan wanita yang telanjang. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah”

Maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi sungai dari darah yang di dalamnya ada orang di situ. Di tengah sungai –atau berkata:- di tepi sungai ada orang yang di hadapannya ada bebatuan. Maka orang yang di sungai itu menuju ke arahnya, jika orang itu ingin keluar dari sungai, orang yang ini melemparinya dengan batu ke mulutnya sehingga mengembalikannya ke tempatnya semula. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah”

Maka kamipun berangkat lagi hingga kami tiba di sebuah kebun yang hijau yang di dalamnya ada pohon besar, dan di pangkal pohon tadi ada seorang syaikh (tua) yang dan anak-anak kecil, tiba-tiba saja ada orang di dekat pohon itu, yang di depannya ada api yang dinyalakannya.

Lalu dua orang ini membawaku naik di pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang belum pernah aku lihat ada rumah yang lebih bagus daripada itu. Di dalamnya ada orang-orang tua, anak-anak muda, para perempuan dan anak-anak kecil.

Lalu keduanya mengeluarkan aku dari rumah itu, lalu dua orang ini membawaku naik lagi ke pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang lebih bagus dan lebih mulia. Di dalamnya ada orang-orang tua dan anak-anak muda.

Aku berkata: kalian berdua telah membawaku berkeliling malam ini, maka kabarilah aku tentang apa yang aku lihat. Keduanya menjawab: “Iya.

Adapun orang yang kau lihat ujung mulutnya dirobek, maka dia itu adalah pembohong besar yang berbicara dengan kedustaan, lalu kedustaan itu dibawa darinya hingga mencapai ufuk-ufuk. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat.

Dan orang yang engkau lihat kepalanya dipecahkan, maka dia adalah orang Alloh ajari dia Al Qur’an, lalu dia tidur meninggalkan di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat.

Dan orang yang engkau lihat dia ada di dalam lubang tadi, maka mereka itu adalah para pezina. Dan orang yang engkau lihat ada di sungai, maka dia itu adalah pemakan riba.

Dan orang tua yang engkau lihat ada di pangkal pohon tadi, dia adalah Ibrohim ‘alaihis salaam dan anak-anak yang di sekitarnya adalah anak-anak orang.

Dan orang yang menyalakan api tadi adalah Malik penjaga neraka.

Rumah yang pertama yang engkau masuki adalah rumah keumuman orang yang beriman.

Adapun rumah yang kedua adalah rumah para syuhada. Dan aku adalah Jibril, dan ini Mikail. Angkatlah kepalamu.”

Maka aku mengangkat kepalaku, ternyata di atasku ada
seperti awan. Keduanya berkata: “Itu adalah tempat tinggalmu.”

Aku berkata: “Biarkanlah aku memasuki tempat tinggalku.” Keduanya berkata: “Masih tersisa untukmu umur yang belum engkau selesaikan. Jika engkau telah menyelesaikannya, engkau akan mendatangi tempat tinggalmu.” (HR.Bukhori:1386).

✔ SYAHID DARI HADITS INI :

Sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam :

وَفِي أَصْلِهَا شَيْخٌ وَصِبْيَانٌ

“Dan di pangkal pohon tadi ada seorang syaikh (tua) yang dan anak-anak kecil”.

وَالشَّيْخُ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، وَالصِّبْيَانُ، حَوْلَهُ أَوْلاَدُ النَّاسِ

“Dan orang tua yang engkau lihat ada di pangkal pohon tadi, dia adalah Ibrohim ‘alaihis salaam dan anak-anak yang di sekitarnya adalah anak-anak orang”
Dari kalimat (أَوْلاَدُ النَّاسِ) diatas menunjukkan bahwa anak-anak kaum muslimin dan kaum kuffar di surga.

📝 FAEDAH HADITS :

1. Menetapkan adanya mimpi, adapun mimpinya para Nabi ‘alaihimus sholaatu was salaam adalah wahyu, dan mimpinya kaum muslimin adalah kabar gembira.

2. Bahwa mimpi bisa ditakwilkan.

3. Larangan dari beberapa perkara yang diadzab, yang tersebut dalam hadits ini.

4. Haromnya dusta.

5. Haromnya menyia-nyiakan ilmu.

6. Haromnya zina.

7. Haromnya memakan harta riba.

8. Keutamaan para syuhada’.

9. Dll.

📚 Faedah ini disampaikan oleh : Al Ustadz Abu Abdillah Muhammad afifuddin As Sidawy –hafidzohullahu wa ro’aahu- pada tanggal 4 Rojab 1437 H, bertepatan dengan tanggal 12 April 2016 M.

Semoga Allah membalas beliau dengan balasan yang banyak.

✏ Ditulis oleh : Abu Hanifah At-Thubany -waffaqohullahu-.

🌏 Silahkan unduh audio nya alamat👇🏻:
https://goo.gl/BEs0jw

📲Dipublikasikan oleh grup meniti jejak salaf👣
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
⚜⚜⚜
http://bit.ly/jejaksalaf

Di ambil dari grup WA Thullab Al Bayyinah👆👆👆