Cari Blog Ini

Jumat, 06 Maret 2015

Tentang SALAT DUA RAKAAT SETELAH AZAN YANG PERTAMA PADA HARI JUMAT

Berkata Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh hafidhahullahu ta'ala:
وشيخ الإسلام يبحث موضوع قيام المصلين في الحرم إذا جاؤوا قبل الوقت وصلوا تحية المسجد وما يسر الله ثم جلسوا يتلون القرآن ويذكرون الله وينتظرون الصلاة أذن الأذان الأول فقام الناس يصلون يقول هذه الصلاة لا أصل لها لمن صلى وجلس وأما المواصل فلا شيء عليه لأن الجمعة لا صلاة لها قبلها وإنما السنة لها أن تكون بعدها
Syaikh Islam membahas permasalahan berdirinya kaum muslimin di Masjidil Haram pada saat mereka datang sebelum waktunya, kemudian mereka shalat tahiyatul masjid dan mengerjakan amalan apa saja yang Allah berikan kemudahan lalu duduk membaca Al quran, berdzikir kepada Allah sambil menunggu tibanya waktu shalat, maka ketika dikumandangkan adzan pertama, maka mereka berdiri untuk mengerjakan shalat, maka shalat yang seperti ini, kata Syaikhul Islam TIDAK ADA ASALNYA, yaitu bagi seseorang yang shalat dan duduk. Adapun orang yang menyambung shalatnya (tahiyatul masjid) maka tidak mengapa, karena tidak ada shalat sunnah (khusus) jum'at, dan yang sunnah adalah setelah shalat jum'at.

Juga Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullahu ditanya:
ألاحظ أثناء صلاة الجمعة في الحرمين الشريفين قيام بعض المصلين لأداء ركعتين بعد فراغ المؤذن من النداء للأذان الأول أرجو من سماحة الوالد بيان الحق في هذا الفعل
جزاكم الله خيرا وأطال عمركم على طاعته
Saya memperhatikan di pertengahan shalat jum'at di Masjidil Haram adanya sebagian kaum muslimin berdiri untuk melaksanakan shalat dua rakaat setelah selesai adzan yang pertama, saya berharap Syaikh bisa menjelaskan kebenaran tentang amalan ini?
Semoga membalasmu dengan kebaikan dan memanjangkan umur di atas ketaatan kepada-Nya.
Jawaban:
لا أعلم في الأدلة الشرعية ما يدل على استحباب هاتين الركعتين لأن الأذان المذكور إنما أحدثه عثمان بن عفان رضي الله عنه في خلافته لما كثر الناس في المدينة أراد بذلك تنبيههم على أن اليوم يوم الجمعة وتبعه الصحابة في ذلك ومنهم علي رضي الله عنه واستقر بذلك كونه سنة لقول النبي صلى الله عليه وسلم: عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ
وقد ذهب بعض أهل العلم إلى شرعية الركعتين بعد هذا الأذان. لعموم قول النبي صلى الله عليه وسلم: بين كل أذانين صلاة بين كل أذانين صلاة. ثم قال في الثالثة: لمن شاء
والأظهر عندي أن الأذان المذكور لا يدخل في ذلك. لأن مراد النبي صلى الله عليه وسلم بالأذانين: الأذان والإقامة فيما عدا يوم الجمعة أما يوم الجمعة فإن المشروع للجماعة أن يستعدوا لسماع الخطبة بعد الأذان
والله ولي التوفيق
Saya tidak mengetahui adanya dalil-dalil syar'i yang menunjukkan dianjurkannya (mustahab) mengerjakan shalat dua rakaat tersebut, karena sesungguhnya adzan yang disebutkan, itu dimunculkan di zaman Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu di masa kekhilafahannya dikarenakan jumlah kaum muslimin yang bertambah banyak di kota Madinah. Di mana beliau melakukan hal itu, dalam rangka mengingatkan kaum muslimin bahwa hari itu adalah hari jum'at, dan hal ini (adanya adzan pertama hari jum'at) itu diikuti oleh para sahabat yang lain, diantara mereka adalah Ali bin Abu Thalib, dan hal itu telah ditetapkan sebagai amalan sunnah, berdasarkan hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ
"Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya para khalifah yang terbimbing dan mendapatkan hidayah Allah, dan komitmenlah kalian dengan sunnah tersebut serta gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian."
Meskipun ada sebagian para ulama berpendapat disyari'atkannya shalat dua rakaat setelah adzan ini (adzan pertama) berdasarkan keumuman hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
بين كل أذانين صلاة بين كل أذانين الصلاة
"Antara dua adzan ada shalat, antara dua adzan ada shalat."
Kemudian Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengatakan yang ketiga:
لمن شاء
"Bagi siapa siapa yang menghendaki."
Namun yang nampak bagi saya bahwa adzan yang disebutkan (adzan pertama) tidak masuk dalam hadits tersebut, karena yang dimaksudkan Nabi shallallahu'alaihi wasallam dengan dua adzan adalah adzan dan iqamah selain hari jum'at, adapun hari jum'at maka yang disyari'atkan bagi kaum muslimin adalah mempersiapkan diri untuk mendengarkan khutbah setelah adzan.
Wabillahi taufik.
(Majmu' Fatawa wa Rasaail Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz Jilid ke-12)

Alih bahasa: Al Ustadz Abdul Haq Balikpapan hafizhahullah

TIS (Thalab Ilmu Syar'i)

Tentang TIDAK PERLU MANDI JUMAT JIKA SUDAH MANDI JUNUB DI HARI JUMAT

Asy-Syaikh 'Ubaid bin 'Abdillah Al-Jabiri حفظه الله

PERTANYAAN:
أحسن الله إليكم شيخنا السؤال الثاني يقول: هل غسل الجنابة وغسلالجمعة يغنينا عن الوضوء للصلاة
Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda wahai Syaikh kami. Pertanyaan kedua: Seorang penanya bertanya: Apakah mandi junub dan mandi jum'at mencukupkan kita dari wudhu untuk melaksanakan sholat?

JAWABAN:
نعم هذا هو الراجح أن من اغتسل عن الجنابة أجزأه عن غسل الجمعة هذه المسألة تأتي فيما بعد إن شاء الله تعالى لعلها في الجلسة القادمة وفيها هناك خلاف سيقرأ عليكم إن شاء الله تعالى لكن هذا هو الراجح من اغتسل للجنابة يوم الجمعة أجزأه عن غسل الجمعة وإن اغتسل للجمعة بعد ذلك كان إن شاء الله مصيب سنة لأن هذا قول بعض أهل العلم
Iya, inilah pendapat yang kuat bahwa barangsiapa yang mandi dari janabah menggantikannya dari mandi jum'at, masalah ini akan datang pembahasannya insya Allah Ta'alaa, semoga bisa dibahas pada jalsah ke depannya, dan di dalamnya terdapat khilaf (perbedaan pendapat) akan dibacakan kepada kalian insya Allah Ta'alaa, akan tetapi inilah pendapat yang kuat yaitu bahwa barangsiapa yang mandi untuk junub pada hari jum'at menggantikannya dari mandi jum'at dan kalaupun ia mandi untuk sholat jum'at setelah mandi janabah insya Allah tepat dalam sunnah, karena ini merupakan pendapat sebagian ahli ilmu.

PEMBACA SOAL:
وهل هذا الغسل يجزئ عن الوضوء
Dan apakah mandi dapat menggantikan wudhu?

ASY-SYAIKH:
نعم إذا نوى رفع الحدث يدخل الحدث الأصغر في الحدث الأكبر وإن شئتم فقولوا تدخل الطهارة الصغرى في الكبرى ما لم ينتقض وضوءه فلو انتقض وضوءه بناقض أثناء الغسل يتوضأ بعد غسله للصلاة
Iya, jika dia berniat untuk menghilangkan/mengangkat hadats (kotoran), yakni memasukkan hadats kecil ke dalam hadats besar, jika kalian menghendaki maka katakanlah dengan istilah memasukkan bersuci kecil dalam bersuci besar, selama tidak membatalkan wudhunya, jikalau batal wudhunya dengan sesuatu yang membatalkan wudhu ketika mandi maka baginya berwudhu setelah mandinya untuk sholat.

Sumber:
ar .miraath .net/fatwah/10843

Alih Bahasa:
Abu Kuraib bin Ahmad Bandung حفظه الله - [FBF 1]

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | alfawaaid .net

Tentang TIDAK PERLU WUDU JIKA SUDAH MANDI JUNUB ATAU MANDI JUMAT

Asy-Syaikh 'Ubaid bin 'Abdillah Al-Jabiri حفظه الله

PERTANYAAN:
أحسن الله إليكم شيخنا السؤال الثاني يقول: هل غسل الجنابة وغسلالجمعة يغنينا عن الوضوء للصلاة
Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda wahai Syaikh kami. Pertanyaan kedua: Seorang penanya bertanya: Apakah mandi junub dan mandi jum'at mencukupkan kita dari wudhu untuk melaksanakan sholat?

JAWABAN:
نعم هذا هو الراجح أن من اغتسل عن الجنابة أجزأه عن غسل الجمعة هذه المسألة تأتي فيما بعد إن شاء الله تعالى لعلها في الجلسة القادمة وفيها هناك خلاف سيقرأ عليكم إن شاء الله تعالى لكن هذا هو الراجح من اغتسل للجنابة يوم الجمعة أجزأه عن غسل الجمعة وإن اغتسل للجمعة بعد ذلك كان إن شاء الله مصيب سنة لأن هذا قول بعض أهل العلم
Iya, inilah pendapat yang kuat bahwa barangsiapa yang mandi dari janabah menggantikannya dari mandi jum'at, masalah ini akan datang pembahasannya insya Allah Ta'alaa, semoga bisa dibahas pada jalsah ke depannya, dan di dalamnya terdapat khilaf (perbedaan pendapat) akan dibacakan kepada kalian insya Allah Ta'alaa, akan tetapi inilah pendapat yang kuat yaitu bahwa barangsiapa yang mandi untuk junub pada hari jum'at menggantikannya dari mandi jum'at dan kalaupun ia mandi untuk sholat jum'at setelah mandi janabah insya Allah tepat dalam sunnah, karena ini merupakan pendapat sebagian ahli ilmu.

PEMBACA SOAL:
وهل هذا الغسل يجزئ عن الوضوء
Dan apakah mandi dapat menggantikan wudhu?

ASY-SYAIKH:
نعم إذا نوى رفع الحدث يدخل الحدث الأصغر في الحدث الأكبر وإن شئتم فقولوا تدخل الطهارة الصغرى في الكبرى ما لم ينتقض وضوءه فلو انتقض وضوءه بناقض أثناء الغسل يتوضأ بعد غسله للصلاة
Iya, jika dia berniat untuk menghilangkan/mengangkat hadats (kotoran), yakni memasukkan hadats kecil ke dalam hadats besar, jika kalian menghendaki maka katakanlah dengan istilah memasukkan bersuci kecil dalam bersuci besar, selama tidak membatalkan wudhunya, jikalau batal wudhunya dengan sesuatu yang membatalkan wudhu ketika mandi maka baginya berwudhu setelah mandinya untuk sholat.

Sumber:
ar .miraath .net/fatwah/10843

Alih Bahasa:
Abu Kuraib bin Ahmad Bandung حفظه الله - [FBF 1]

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | alfawaaid .net

###

ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN رحمه الله

APAKAH mandi junub saja sudah cukup tanpa berwudhu? 

Apabila seseorang junub lalu mandi, maka itu sudah mencukupi lebih dari berwudhu, berdalilkan firman Allah ta'ala:
وإن كنتم جنبا فاطهروا
"Dan jika kalian junub maka mandilah."
(QS.Al-Maidah: 6)
Tidak wajib berwudhu setelah selesai mandi junub, kecuali jika batal wudhu-nya, yakni setelah mandi berhadats maka dia wajib berwudhu.
Jika tidak berhadats, maka mandi junubnya sudah mencukupi, apakah dia berwudhu sebelum mandi ataukah tidak berwudhu sebelum mandi.
Tapi dia harus 'berkumur-kumur dan menghirip air ke hidung/istinsyaq', karena itu harus dilakukan ketika berwudhu juga ketika mandi.

APAKAH MANDI BIASA MENCUKUPI TANPA BERWUDHU ?

Mandi, jika itu mandi JUNUB maka mencukupi tanpa berwudhu, dalilnya firman Allah ta'ala:
وإن كنتم جنبا فاطهروا
"Dan jika kalian junub maka mandilah."
(QS.Al-Maidah: 6)
Jika seseorang junub lalu dia mandi BERENDAM di kolam, sungai, dan lainnya, dengan NIAT untuk mengangkat hadats junub lalu dia BERKUMUR-KUMUR dan ISTINSYAQ/menghirup air ke hidung, maka mandi berendamnya itu telah mengangkat hadatsnya yang kecil maupun yang besar.
Karena Allah ta'ala mewajibkan apapun untuk orang junub kecuali hanya MANDI, yakni membasahi seluruh tubuhnya dengan air (baik dengan cara menyiram atau berendam).
Tapi tentunya yang afdhal ketika mandi junub hendaknya berwudhu terlebih dahulu, sebab Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika mandi junub beliau mencuci farjinya setelah mencuci kedua tangan terlebih dahulu, lalu berwudhu seperti wudhu untuk shalat, kemudian beliau tuangkan air ke atas kepala, ketika telah basah sampai ke kulit kepala, beliau tuangkan air ke atas kepala 3 kali, kemudian beliau siram seluruh tubuh beliau.
Adapun mandi dengan NIAT hanya untuk membersihkan badan atau untuk kesegaran, maka ini tidak mencukupi dari wudhu, sebab itu bukan mandi IBADAH, tapi itu mandi ADAT/kebiasaan yang umumnya dilakukan banyak orang, meskipun memang syariat juga memerintahkan kebersihan  tapi bukan dengan cara seperti ini, bahkan perintah syariat untuk menjaga kebersihan dalam segala sesuatu.
Kesimpulannya, jika mandi hanya untuk mencari kesegaran dan membersihkan badan saja, maka ini tidak mencukupi dari wudhu, yakni dia wajib berwudhu. Wallahu a'lam.

Dari kitab:
Fiqhu al-Mar'atil al-Muslumati

Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Selasa, 29 Dzulhijjah 1436 H / 13 Oktober 2015

Nisaa As-Sunnah

###

Jika Seseorang Telah Mandi dan Berniat Menghilangkan Hadats Besar dan Kecil Sekaligus, Bolehkah Ia Langsung Sholat Tanpa Berwudhu’?

Jawab:
Ya, boleh. Jika seseorang ketika mandi berniat menghilangkan hadats besar dan kecil sekaligus, maka selesai mandi ia bisa langsung sholat tanpa harus berwudhu’ lagi. Meski di dalam mandi-nya tidak mengandung wudhu’.
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الغُسْلِ
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah berwudhu’ setelah mandi. (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)
Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata:
إِذَا لَمْ تَمَسَّ فَرْجَكَ بَعْدَ أَنْ تَقْضِيَ غُسْلَكَ فَأَيُّ وُضُوءٍ أَسْبَغُ مِنَ الْغُسْلِ
Jika engkau tidak menyentuh kemaluan setelah selesai mandi, wudhu’ mana lagi yang lebih sempurna dibandingkan mandi? (H.R Abdurrozzaq dalam Mushonnaf)
Kecuali jika setelah mandi ia berhadats kecil, maka ia wajib untuk wudhu’ sebelum sholat.

Sumber:
MANDI DAN HUKUM JUNUB
(Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman)

wa Alitishom

Salafy.or.id

###

HUKUM BERWUDHU SETELAH MANDI JANABAH

Seorang yang telah selesai dari mandi janabah tidak wajib baginya berwudhu, baik ia melakukan mandi janabah dengan cara yang sederhana atau cara yang sempurna. Karena ia telah suci dari hadats besar, maupun dari hadats kecil. Berdalil dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berwudhu setelah selesai mandi (janabah).” (HR. At-Tirmidzi no. 107. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Al-Misykah no. 445)

Berkata Ibnu Abdil Barr rahimahullah: “Ulama sepakat, seseorang yang telah selesai melakukan mandi janabah, tidak perlu mengulangi wudhu.” (Lihat Al-Istidzkar, 1/303)

Hal ini jika tidak batal wudhunya sewaktu ia mandi. Jika batal, maka wajib mengulangi wudhunya.

Wallahu a’lam.

http://buletin-alilmu.net/2010/03/20/mandi-janabah-hukum-dan-tata-caranya/

Tentang MEMBELI MAYAT UNTUK PRAKTIKUM KEDOKTERAN

FATWA SAMAHATUSY SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDILLAH BIN BAZ RAHIMAHULLAH

Tanya:
Sebagian Fakultas Kedokteran membeli mayat dari Asia Tenggara untuk kegiatan praktikum. Apa hukumnya?

Jawab:
Apabila mayat tersebut seorang kafir yang tidak memiliki jaminan pemerintah maka tidak mengapa. Jika bukan maka tidak boleh.

Sumber:
Kitab Al-Fatawa al-Mutaalliqah bith-thibbi Wa ahkamil-mardha Kumpulan fatwa yang ditulis oleh Asy-Syaikh Allamah Doktor Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafidzahullah

Alih Bahasa:
Al-Ustadz Abu Abdillah Al-watesy (Jember) حفظه الله

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | alfawaaid .net