Cari Blog Ini

Jumat, 10 Juli 2015

Tentang LOKASI KUBURAN-KUBURAN PARA NABI

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz  رحمه الله

Soal:
فضيلة الشيخ، بالنسبة لصحة مكان قبر يونس عليه السلام. هل هو فعلاً في العراق؟
Asy-Syaikh yang mulia, berkaitan dengan kebenaran posisi kubur Nabi Yunus alaihis salam, apakah benar terletak di Iraq?

Jawab:
أما نبي الله يونس عليه الصلاة والسلام فلا يعرف قبره، وليس لهذا صحة، بل جميع قبور الأنبياء لا تعرف ما عدا قبر نبينا عليه الصلاة والسلام فإنه معلوم في بيته في المدينة عليه الصلاة والسلام، وهكذا قبر الخليل إبراهيم معروف في المغارة هناك في الخليل في فلسطين، وأما سواهما فقد بين أهل العلم أنها لا تعلم قبورهم، ومن ادعى أن هذا قبر فلان أو قبر فلان فهو كذب لا أصل له ولا صحة له، ودعوى أن قبر يونس موجود في نينوى أو أنه في المحل المعين لا أصل له، فينبغي أن يعلم هذا، ولو علم لم يجز التبرك به ولا دعاؤه ولا النذر له ولا غير ذلك من أنواع العبادة؛ لأن العبادة حق الله وحده لا يجوز صرف شيء منها لغيره بإجماع المسلمين
Adapun Nabiyullah Yunus alaihis salaam maka tidak diketahui kuburnya, dan (berita) ini tidak benar. Bahkan seluruh kubur para Nabi itu tidak diketahui, selain kubur Nabi kita alaihish-shalaatu wassalam. Maka kubur beliau telah maklum ada di rumah beliau di Madinah alaihisha-shalaatu wassalam. Demikian juga kubur Al-Khalil Ibrahim juga sudah maklum berada di Gua di sana di kota Al-Khalil (Hebron) di Palestina.
Adapun selain keduanya, para Ulama telah menjelaskan kalau mereka (para Nabi) itu tidak diketahui kubur mereka. Dan barang siapa yang mengaku-ngaku kalau ini adalah kuburnya (nabi) fulan, atau kubur (nabi) fulan, maka itu adalah kedustaan yang tidak ada dalilnya dan tidak ada kebenarannya. Dan pengakuan kalau kubur Yunus itu ada di Nainawa atau di tempat tertentu, maka itu tidak ada dalilnya. Dan semestinya hal ini diketahui.
Seandainya diketahui posisinya, itupun tidak boleh menjadi tempat mencari barakah, berdoa atau nadzar untuknya dan yang lainnya dari macam-macam ibadah.  Karena ibadah itu adalah hak Allah semata, maka sedikitpun tidak boleh diselewengkan kepada selain Allah dengan kesepakatan kaum muslimin.

Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/8608

Alih bahasa:
Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary

Forum Salafy Indonesia

Tentang QUNUT WITIR

Lajnah Daimah lilbuhuts al-ilmiyah wal ifta

Pertanyaan: 
هل دعاء القنوت في رمضان فيه فصل يعني ما +يدعي الإمام في ليلة واحدة من رمضان مرة أو مرتين +إما في العشر الأولى +أم الثانية أم الأخيرة وهل هو على وقت الرسول صلى الله عليه وسلم وأصحابه أم ماذا يحصل في المدينة وفي مكة عاصمة المساجد وكذلك الرياض، إن كان صحيحا أنه يفعل في رمضان مرة أو مرتين، فأرجو التوضيح للأمة في كل جامع وفي كل مسجد سواء كان كبيرا أو صغيرا؟
Apakah doa qunut di bulan Ramadhan terdapat pemisah yakni sesekali atau dua kali pada satu malam di bulan Ramadhan sang imam tidak membaca doa qunut, bisa di sepuluh hari pertama, sepuluh hari kedua, atau di sepuluh hari terakhir. Dan apakah itu sesuai dengan waktu Rasulullah shallallahu alaihi was salam dan para shahabatnya atau apa yang terjadi di Madinah, di Makkah induk masjid-masjid, dan demikian di Riyadh, bila itu benar dilakukan sesekali atau dua kali di bulan Ramadhan. Kami mohon penjelasannya kepada umat di setiap Jami dan di setiap masjid baik yang besar maupun yang kecil?

Jawaban:
دعاء القنوت في الوتر مستحب لحديث الحسن بن علي رضي الله عنهما قال:  علمني رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمات أقولهن في قنوت الوتر: اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شر ما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك إنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت  رواه أهل السنن، ولو ترك المسلم هذا الدعاء أحيانا وفعله أحيانا فلا حرج في ذلك سواء كان في رمضان أو في غيره. وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Doa qunut ketika witir hukumnya mustahab (dianjurkan) berdasarkan hadits al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma, bahwa beliau berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajariku beberapa kalimat yang aku ucapkan ketika qunut witir:
اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شر ما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك إنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت
Hadits ini diriwayatkan oleh ahlu sunan. Seandainya seorang muslim terkadang meninggalkan doa ini dan terkadang membacanya, maka tidak mengapa, sama saja dilakukan di bulan Ramadhan atau di selain bulan Ramadhan.
Dan Allah lah yang memberi taufik. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para shahabatnya.

Sumber: 
www .ajurry .com/vb/showthread .php?t=29420

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

###

Do'a qunut dalam witir dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruku', walaupun yang terbaik dilaksanakan sebelum ruku'.

Hadits Ubay bin Ka'ab:
Bahwasanya Rasulullah shallallaahu 'alayhi wasallam qunut dalam shalat witir sebelum ruku'. (HR Abu Dawud no 1427, Ibnu Majah no 1182, sanad hadits shahih. Lihat 'Irwaul Ghalil 1/167 hadits no 426 dan Shahih Sunan Abi Dawud no 1266)

Dan sebagaimana hadits Hasan bin Ali radiyallaahu 'anhuma, dan ini riwayat yang shahih dari 'Abdullah bin Mas'ud dan 'Abdullah bin Umar radiyallaahu 'anhuma, bahkan diriwayatkan dari jumhur Sahabat, sebagaimana diriwayatkan Ibrahim al-Qamah: "Sesungguhnya Ibnu Mas'ud dan para Sahabat Nabi shallallaahu 'alayhi wasallam qunut dalam shalat witir sebelum ruku'." (Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah 2/302 atau 2/202 no 12, dikatakan oleh al-Hafizh dalam "Addirayah" sanadnya hasan. Syaikh Albani berkata sanadnya jayyid menurut syarat Muslim. Lihat Irwaa'ul Ghalil 2/166)

Juga Syaikh al-Albani rahimahullah berkata: "Boleh juga doa qunut sesudah ruku' dan ditambah dengan melaknat orang2 kafir, lalu shalawat kepada Nabi shallalaahu 'alayhi wasallam dan mendoakan kebaikan untuk kaum muslimin, pada pertengahan Ramadhan, karena ada dalil dari para Shahabat radiyallaahu 'anhuma di zaman Umar radiyallaahu 'anhu."
(Qiyamu Ramadhan hal. 31-32)

Al Ustadz Abu Fida Poso

SAS
WA Lintas Ilmu Shiyam
WALIS

###

Pertanyaan yang diajukan kepada Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah:
Bismillah. Di tempat kami mulai dari pertengahan romadhon sampai sekarang tiap malam kalau witir selalu qunut. Yang jadi pertanyaan apakah kita juga harus mengikuti imam mengangkat tangan dan mengaminkan? Mohon penjelasannya tadz. Jazakallahu khair.

Jawab:
Naam. Jika Imam qunut witir, maka makmum juga mengaminkan. Imam Ahmad menjelaskan bahwa makmum mengaminkan di saat doa-doa. Karena qunut witir itu di dalamnya kadang berupa pensucian atau pujian kepada Allah, dan ada juga yang berupa doa. Disunnahkan bagi makmum untuk mengaminkannya pada bagian doa. Demikian juga dijelaskan oleh Syaikh Ubaid al-Jabiry.
Boleh mengangkat tangan dan boleh juga tidak mengangkat tangan. Keduanya pernah dilakukan Sahabat Ibnu Mas'ud:
عَنْ إِبْرَاهِيمَ، أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي الْوِتْرِ، ثُمَّ يُرْسِلْهُمَا بَعْدُ
Dari Ibrahim: Sesungguhnya Ibnu Mas'ud mengangkat kedua tangannya dalam witir, kemudian membiarkan tangannya terjuntai (tidak diangkat) setelah itu. (Riwayat Abdurrozzaq)

Wallaahu A'lam.

WA AL ISTIQOMAH
WA Lintas Ilmu Shiyam
WALIS

Tentang BERHIJAB DI HADAPAN WANITA NON MUSLIM

Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry حفظه الله

Pertanyaan:
بارك الله فيكم شيخنا، يقول السائل: نُحبكم في الله الشيخ والسائل والحاضرين
Semoga Allah memberkahi anda wahai guru kami, penanya mengatakan: Kami mencintai kalian asy-syaikh, penanya, dan para hadirin.

Asy-syaikh:
أحبك الذي أحببتنا من أجله
Saya juga mencintai anda yang telah mencintai kami karena-Nya.

Penanya mengatakan:
هل يجوز للمرأة كشفُ وجهها وذراعيها أمام الممرضات النّصرانيات إذا دخلت المستشفى للعلاج، قد يدخُلْنَ لغير حاجة، يدخلن لتقديم الطعام علمًا بأن هذا البلد ليس فيه ممرضات مسلمات
Apakah boleh bagi wanita (muslimah) membuka wajah dan kedua lengannya di hadapan para perawat nasrani apabila masuk ke dalam rumah sakit untuk berobat. Terkadang para perawat itu masuk tanpa ada keperluan. Dan terkadang mereka masuk untuk menyiapkan makanan. Perlu diketahui bahwa di negeri ini tidak didapati perawat-perawat muslimah.

Jawaban:
اليهوديات والنصرانيات ليست من نساء المسلمات، والله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- نهى المسلمة أن تبدي زينتها لغير نسائها من كافرات يهوديات ونصرانيات وغيرهن- لكن إذا كانت في المستشفى قد يضطرها الأمر إلى أو يضطرها الحال إلى أن تكشف وجهها وتكشف يديها لتتناول الطعام، أو تُحقن العلاج في ذراعيها أو في عضديها فهذا أمر للضرورة
Wanita Yahudi dan Nasrani bukanlah wanita muslimah. Allah subhanahu wa taala melarang wanita muslimah untuk menampakkan perhiasannya kepada selain dari para wanitanya yaitu dari kalangan wanita-wanita kafir, baik itu yahudi, nasrani, maupun selain keduanya. Akan tetapi bila seorang muslimah berada di sebuah rumah sakit, terkadang sebuah perkara atau suatu keadaan memaksanya untuk menyingkap wajahnya, menampakkan kedua tangannya untuk mengambil makanan atau melakukan injeksi pengobatan di bagian kedua lengannya atau lengan bagian atasnya, maka ini merupakan suatu perkara yang darurat.

Sumber:
ar .miraath .net/fatwah/11761

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

Tentang WAKTU TERJADINYA LAILATUL QADAR

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله

Pertanyaan:
ما القول الراجح في ليلة القدر؟
Pendapat manakah yang terkuat di dalam penentuan Lailatul Qadar?

Jawaban:
تحديدها بالتعيين لم يتعين وإنما التحري، التحري في العشر الأواخر أوكد من العشرين الأول، وفي ليالي الوتر أوكد من ليالي الشفع، وفي ليلة سبعٍ وعشرين آكد الأوتار، هذا التحري وليس قطعاً أنها الليلة هذه أو هذه، الإنسان لا يترك العمل لأن هذه ترجحت عند العلماء ويقتصر عليها بل يقوم الليالي كلها
Tidak ada penentuan dan pemastian di dalam penetapannya. Yang dianjurkan adalah berhati-hati jangan sampai Lailatul Qadar itu luput.
Mengawasinya pada sepuluh malam terakhir itu lebih ditekankan. Demikian juga pada malam ganjil (di sepuluh malam terakhir) itu lebih ditekankan daripada malam genap.
Dan pada malam kedua puluh tujuh itu lebih ditekankan dari malam ganjil yang lain. Kehati-hatian dalam malam-malam yang disebuatkan di atas tidaklah menunjukkan pemastian bahwa (Lailatul Qadar) itu pada malam ini atau itu.
Selayaknya, seseorang itu tidak meninggalkan amalan dan mengurangi amalan (pada malam-malam lain) disebabkan inilah pendapat yang kuat menurut ulama, bahkan selayaknya dia menegakkan (amalan) pada seluruh malam (bulan Ramadhan).

Sumber:
www .alfawzan .af .org .sa/node/14891

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

###

Peringatan penting dan menenangkan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Lailatul Qadr, bahwsanya Lailatul Qadr terkadang terjadi pada malam genap, sebagaimana terkadang terjadi juga pada malam ganjil.

Beliau rahimahullaah berkata:

Lailatul Qadr terjadi pada 10 terakhir bulan Ramadhan, demikianlah yang shahih dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Lailatul Qadr itu pada 10 terakhir Ramadhan", dan terjadi pada malam-malam ganjil.
Akan tetapi, perhitungan ganjil jika tinjauannya adalah hari yang telah dilalui, maka bisa dicari pada malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29.
Namun jika tinjauannya adalah hari yang tersisa, sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Maka carilah pada 9 yang tersisa, 7 yang tersisa, 5 yang tersisa, 3 yang tersisa", maka berdasarkan hadits ini, apabila bulan berumur 30 hari, maka Lailatul Qadr terjadi pada malam-malam yang genap, sehingga bisa terjadi pada malam ke-22, yang itu merupakan 9 yang tersisa, dan malam ke-24 yang itu merupakan 7 hari yang tersisa. Demikian pula yang ditafsirkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dalam sebuah hadits yang shahih. Dan seperti ini pula Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menegakkan (malam-malam tersebut) dalam sebulan.
Namun apabila bulan berumur 29 hari, maka penanggalan (dengan tinjauan) hari yang tersisa sama dengan penanggalan (dengan tinjauan) hari yang telah berlalu (yakni sama-sama pada malam ganjil).
Jika demikian, maka hendaknya seorang mukmin itu mencarinya pada 10 terakhir Ramadhan SEMUANYA (baik malam ganjil maupun malam genap), sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Carilah pada 10 terakhir."
Dan terjadinya (Lailatul Qadr) pada 7 terakhir lebih banyak (kemungkinannya). Dan PALING BESAR KEMUNGKINANNYA ADALAH TERJADI PADA MALAM ke-27, sebagaimana Ubay bin Ka'b radhiyallahu 'anhu telah bersumpah bahwa Lailatul Qadr itu pada malam ke-27. Beliau ditanya, "Dengan apa engkau tahu itu?" Beliau menjawab, "Berdasarkan tanda-tanda yang telah diberitakan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi memberitakan kepada kami bahwa matahari pada pagi harinya terbit seperti bejana tidak ada sinar silaunya."
Tanda yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'b dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan di antara alamat yang paling terkenal dalam hadits. Diriwayatkan pula bahwa di antara tandanya "malam yang tenang bercahaya". Malam yang tenang, tidak terlalu panas tidak pula terlalu dingin. Bisa jadi Allah tunjukkan pada sebagaian manusia dalam mimpi atau ketika jaga. Dia bisa melihat cahayanya, atau melihat orang yang mengatakan kepadanya. Bisa jadi Allah bukakan pada hatinya persaksian, yang dengannya menjadi jelaslah hal tersebut.
Wallaahu A'lam.
(Majmu' Fatawa 25/284-286)

Majmu'ah Manhajul Anbiya

Tentang IMAM SALAT DATANG KE MASJID SAAT IQAMAH

Pertanyaan:
إذا كان إمام المسجد ينتظر في بيته ولا يحضر إلى المسجد إلا عند الإقامة، ولا ينشغل في البيت بصلاة نافلة أو قراءة قرآن فهل الأفضل له التبكير إلى المسجد قبل الإقامة؟
Apabila imam masjid menunggu di rumahnya dan tidak datang ke masjid kecuali saat iqamah, sementara ketika di rumah ia tidak menyibukkan diri dengan mengerjakan shalat nafilah ataupun membaca al-Quran. Apakah yang lebih utama baginya, ia bersegera pergi ke masjid sebelum iqamah?

Jawaban:
هذا لا نعلم فيه حدًّا محدودًا ولا سنة واضحة، بل الأمر يرجع إلى الإمام، فإن رأى أن حضوره للمسجد أصلح لقلبه وأنفع للناس ليصلي ما تيسر ويقرأ، وربما كان عالمًا فيفتي الناس بما يسألونه عنه ونحو ذلك كان هذا أفضل، وإن رأى أن بقاءَه في البيت أصلح له، يقرأ في بيته ويصلي الرواتب في بيته، ثم يأتي عند إقامة الصلاة كما هو الغالب من فعل النبي عليه الصلاة والسلام، والمعروف من فعله صلى الله عليه وسلم أنه كان يبقى في البيت، فإذا جاء وقت الإقامة خرج إلى الناس عليه الصلاة والسلام هذا هو الأصل؛ أن يبقى في بيته، ويشتغل بما يسر الله له من قراءة أو علم أو صلاة نافلة أو نحو ذلك، ويحرص على الرواتب التي شرعها الله من أربع قبل الظهر وثنتين بعدها، وثنتين بعد المغرب، وثنتين بعد العشاء، وثنتين قبل صلاة الصبح، الرواتب التي حافظ عليها النبي عليه الصلاة والسلام، فإن فعلها الإمام في البيت، وفعل ما يسر الله له من الخير؛ كقراءة القرآن أو قراءة علم، أو يحفظ شيئًا ينفعه من العلم أو القرآن فكل هذا طيب، فالأصل أن الإمام يبقى في البيت اقتداء بالنبي عليه الصلاة والسلام، ثم يأتي وقت الإقامة فيقيم الصلاة، فإذا رأى في حالة من الحالات أو في قرية من القرى أو بلد من البلدان أن مجيئه إلى المسجد قبل الصلاة، ينتظرها مع الناس في المسجد، ويصلي ما كتب الله له مما شرع الله، ويقرأ القرآن أو يسبح ويهلل في محل من المسجد، حتى يحضر وقت الإقامة كل هذا لا بأس به، والخلاصة أن الأصل والأفضل أن يكون في البيت حتى يأتي وقت الإقامة اقتداء بالنبي عليه الصلاة والسلام، فإذا حصل له أمر آخر يقتضي أنه يحضر في المسجد، وأن في ذلك لمصلحة راجحة على البقاء في البيت فلا أعلم في هذا بأسًا، بل ينبغي له أن يتحرى ما هو أقرب إلى المصلحة والنفع للمسلمين
Perkara ini saya tidak mengetahui adanya batasan tertentu dan tidak juga sunnah yang jelas tentangnya. Bahkan perkaranya kembali kepada kondisi sang imam. Apabila ia melihat bahwa kehadirannya di masjid akan lebih baik bagi hatinya dan lebih bermanfaat bagi manusia sehingga ia mengerjakan shalat yang mudah baginya, atau membaca al-Quran, dan bila ia seorang alim maka terkadang akan memberi fatwa kepada manusia seputar permasalahan yang mereka ajukan, dan berbagai perkara semisalnya, maka yang demikian itu lebih utama.
Namun bila ia melihat bahwa keberadaannya di rumah (hingga waktu iqamah tiba) lebih baik baginya, ia membaca al-Quran di rumahnya, menunaikan shalat rawatib di rumahnya, kemudian datang ke masjid saat iqamah shalat telah tiba sebagaimana mayoritas perbuatan Nabi alaihish shalatu was salam. Suatu hal yang telah diketahui dari perbuatan beliau shallallahu alaihi was salam bahwa dahulu beliau berada di rumah, kemudian bila datang waktu iqamah, beliau keluar menuju orang-orang, ini secara asal; berdiam di rumah dan menyibukkan diri dengan amalan yang mudah baginya seperti membaca al-Quran, ilmu, shalat nafilah, atau yang semisalnya. Dan semangat dalam mengerjakan shalat rawatib yang telah Allah syariatkan, empat rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum shalat shubuh. Shalat rawatib yang selalu dijaga penunaiannya oleh Nabi alaihish shalatu was salam.
Apabila sang imam mengerjakannya di rumah dan mengerjakan berbagai kebaikan yang telah Allah mudahkan untuknya seperti membaca al-Quran, membaca ilmu, atau menghafal sesuatu dari ilmu atau al-Quran yang bermanfaat baginya, maka semua ini adalah baik.
Pada dasarnya, imam itu tetap berada di rumah dalam rangka meneladani Nabi alaihish shalatu was salam kemudian datang ke masjid ketika tiba waktu iqamah lalu menegakkan shalat.
Apabila pada satu keadaan dari keadaan-keadaan yang ada, atau pada suatu desa dari desa-desa yang ada, atau di suatu negeri dari negeri-negeri yang ada bahwa kedatangan imam ke masjid sebelum shalat, menunggu bersama orang-orang di masjid, menunaikan shalat yang telah Allah tetapkan dari apa yang telah Allah syariatkan, membaca al-Quran, bertasbih, dan bertahlil di salah satu sudut masjid hingga tiba waktu iqamah, maka semua ini tidak mengapa.
Kesimpulannya bahwa seorang imam itu pada dasarnya dan yang lebih utama adalah berdiam di rumah hingga datang waktu iqamah dalam rangka meneladani Nabi alaihish shalatu was salam. Namun bila ada suatu perkara yang mengharuskannya untuk hadir di masjid (sebelum waktu iqamah) dan padanya terdapat maslahat yang lebih besar dari pada keberadaannya di rumah, maka saya tidak mengetahui adanya masalah padanya. Bahkan sudah sepantasnya ia meninjau mana yang lebih dekat kepada maslahat dan manfaatnya bagi kaum muslimin.

Sumber:
Fatawa Nuurun alad Darb
(Juz 12 hal. 135, 136)

Sumber:
www .alifta .net/fatawa/fatawachapters .aspx?View=PagePageID=2987PageNo=1BookID=5

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia