Cari Blog Ini

Jumat, 10 Juli 2015

Tentang WAKTU TERJADINYA LAILATUL QADAR

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله

Pertanyaan:
ما القول الراجح في ليلة القدر؟
Pendapat manakah yang terkuat di dalam penentuan Lailatul Qadar?

Jawaban:
تحديدها بالتعيين لم يتعين وإنما التحري، التحري في العشر الأواخر أوكد من العشرين الأول، وفي ليالي الوتر أوكد من ليالي الشفع، وفي ليلة سبعٍ وعشرين آكد الأوتار، هذا التحري وليس قطعاً أنها الليلة هذه أو هذه، الإنسان لا يترك العمل لأن هذه ترجحت عند العلماء ويقتصر عليها بل يقوم الليالي كلها
Tidak ada penentuan dan pemastian di dalam penetapannya. Yang dianjurkan adalah berhati-hati jangan sampai Lailatul Qadar itu luput.
Mengawasinya pada sepuluh malam terakhir itu lebih ditekankan. Demikian juga pada malam ganjil (di sepuluh malam terakhir) itu lebih ditekankan daripada malam genap.
Dan pada malam kedua puluh tujuh itu lebih ditekankan dari malam ganjil yang lain. Kehati-hatian dalam malam-malam yang disebuatkan di atas tidaklah menunjukkan pemastian bahwa (Lailatul Qadar) itu pada malam ini atau itu.
Selayaknya, seseorang itu tidak meninggalkan amalan dan mengurangi amalan (pada malam-malam lain) disebabkan inilah pendapat yang kuat menurut ulama, bahkan selayaknya dia menegakkan (amalan) pada seluruh malam (bulan Ramadhan).

Sumber:
www .alfawzan .af .org .sa/node/14891

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Forum Salafy Indonesia

###

Peringatan penting dan menenangkan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Lailatul Qadr, bahwsanya Lailatul Qadr terkadang terjadi pada malam genap, sebagaimana terkadang terjadi juga pada malam ganjil.

Beliau rahimahullaah berkata:

Lailatul Qadr terjadi pada 10 terakhir bulan Ramadhan, demikianlah yang shahih dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Lailatul Qadr itu pada 10 terakhir Ramadhan", dan terjadi pada malam-malam ganjil.
Akan tetapi, perhitungan ganjil jika tinjauannya adalah hari yang telah dilalui, maka bisa dicari pada malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29.
Namun jika tinjauannya adalah hari yang tersisa, sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Maka carilah pada 9 yang tersisa, 7 yang tersisa, 5 yang tersisa, 3 yang tersisa", maka berdasarkan hadits ini, apabila bulan berumur 30 hari, maka Lailatul Qadr terjadi pada malam-malam yang genap, sehingga bisa terjadi pada malam ke-22, yang itu merupakan 9 yang tersisa, dan malam ke-24 yang itu merupakan 7 hari yang tersisa. Demikian pula yang ditafsirkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dalam sebuah hadits yang shahih. Dan seperti ini pula Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menegakkan (malam-malam tersebut) dalam sebulan.
Namun apabila bulan berumur 29 hari, maka penanggalan (dengan tinjauan) hari yang tersisa sama dengan penanggalan (dengan tinjauan) hari yang telah berlalu (yakni sama-sama pada malam ganjil).
Jika demikian, maka hendaknya seorang mukmin itu mencarinya pada 10 terakhir Ramadhan SEMUANYA (baik malam ganjil maupun malam genap), sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Carilah pada 10 terakhir."
Dan terjadinya (Lailatul Qadr) pada 7 terakhir lebih banyak (kemungkinannya). Dan PALING BESAR KEMUNGKINANNYA ADALAH TERJADI PADA MALAM ke-27, sebagaimana Ubay bin Ka'b radhiyallahu 'anhu telah bersumpah bahwa Lailatul Qadr itu pada malam ke-27. Beliau ditanya, "Dengan apa engkau tahu itu?" Beliau menjawab, "Berdasarkan tanda-tanda yang telah diberitakan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi memberitakan kepada kami bahwa matahari pada pagi harinya terbit seperti bejana tidak ada sinar silaunya."
Tanda yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'b dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan di antara alamat yang paling terkenal dalam hadits. Diriwayatkan pula bahwa di antara tandanya "malam yang tenang bercahaya". Malam yang tenang, tidak terlalu panas tidak pula terlalu dingin. Bisa jadi Allah tunjukkan pada sebagaian manusia dalam mimpi atau ketika jaga. Dia bisa melihat cahayanya, atau melihat orang yang mengatakan kepadanya. Bisa jadi Allah bukakan pada hatinya persaksian, yang dengannya menjadi jelaslah hal tersebut.
Wallaahu A'lam.
(Majmu' Fatawa 25/284-286)

Majmu'ah Manhajul Anbiya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar