Cari Blog Ini

Selasa, 09 September 2014

Tentang BERDUSTA UNTUK MEMANCING TAWA

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang bercerita lalu berdusta untuk membuat tawa manusia, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan al-Hakim dari Mu’awiyah bin Haidah. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah menyatakannya hasan dalam Shahih al-Jami’)
Ia celaka karena dusta sendiri adalah pokok segala kejelekan dan cela, sehingga apabila digabungkan dengan hal yang mengundang tawa yang bisa mematikan hati, mendatangkan kelalaian, dan menyebabkan kedunguan, tentu hal ini lebih buruk. (Faidhul Qadir 6/477)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴْﻢُ ﺑَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﺭَﺑَﺾِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻤِﺮَﺍﺀَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻂِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﺃَﻋْﻠَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﺴُﻦَ ﺧُﻠُﻘُﻪُ
“Sesungguhnya saya menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta walaupun dia bercanda, dan sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang baik akhlaknya.” (Lihat: Silsilah Ash-Shahihah no. 273)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya saya bercanda dan saya tidaklah mengatakan selain kebenaran.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Kabir dari jalan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah menyatakannya sahih dalam Shahih al-Jami’)
At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda mencandai kami?” Beliau bersabda,
إِنِّي لَا أَقُوْلُ إِلَّا حَقًّا
“Saya tidak berkata selain kebenaran.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1990)
Seolah-olah, mereka ingin mengatakan bahwa tidak pantas bagi beliau yang membawa risalah (tugas) dari Allah Subhanahu wata’ala dan mulia kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wata’ala untuk bercanda. Beliau pun mengatakan bahwa beliau memang bercanda, namun tidak mengatakan kecuali kebenaran. (lihat Syarhul Misykat karya ath-Thibi, 10/3140)

###

Yang Mulia Al-‘Allaamah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah

Pertanyaan:
Ketika bercanda dan tertawa bersama teman-teman, masuk padanya kedustaan. Tidak ada tujuan kecuali hanya untuk mancing tertawa dan bercanda, maka apa nasihat anda? Semoga Allah membalas kepada anda kebaikan.

Jawaban:
Tidak boleh bagi seorang muslim atau muslimah untuk berdusta walaupun dalam bercanda. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
”Celaka bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta agar tertawa dengamnya suatu kaum, celaka dia kemudian celaka dia.”
Ini adalah ancaman. Lafazh al-Wail (dalam hadits) karena kerasnya adzab. Di sini Nabi mengatakan: ”Wail (celaka) bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta agar tertawa dengannya suatu kaum, celaka dia kemudian celaka dia.”
Maka wajib bagimu wahai saudaraku untuk menjauhi hal itu, dan wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk menjauhi hal itu. Maka dusta itu adalah kejelekkan, maka wajib menjauhinya apakah ketika serius ataupun bercanda semuanya. Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar