Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juni 2015

Tentang JARAK ANTARA DUA KAKI KETIKA BERDIRI DALAM SALAT

BERAPA JARAK ANTARA DUA KAKI SEORANG YANG SHALAT (KETIKA BERDIRI)?

Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani رحمه الله‎ menjawab:
ليس فى هذا السؤال سُنة والمسلم إذا صلى وحده أو إماماً وقف الوقفة التى يرتاح لها سواء فرج بين قدميه خمس أصابع كما تقول بعض المذاهب بدون حُجة أوأكثر من ذلك أو أقل
Tidak ada (dalil dari) sunnah untuk (jawaban) pertanyaan ini. Seorang muslim jika shalat sendirian, atau menjadi imam, ia boleh berdiri dengan yang nyaman/mudah baginya, sama saja apakah membentangkan kedua kakinya sejarak lima jari, seperti yang dikatakan oleh sebagian madzhab dengan tanpa hujjah atau lebih dari itu atau kurang dari itu.
أما إذا كان يُصلى فى الصف فهناك وقفة متكلفة لابد منها؛ لابد من التفريج بين القدمين بحيث يلتصق القدم اليمنى بقدم جاره اليسرى ويكون الصف كما قال تعالى: كالبنيان المرصوص
Adapun jika ia shalat di dalam shaf, maka di sana ada berdiri yang ditetapkan. Harus merenggangkan kedua kakinya sehingga kaki yang kanan menempel dengan kaki kiri temannya, menjadi barisan yang seperti Allah Taala katakan:
Seperti bangunan yang kokoh.
تسوية الصفوف مع تسوية الأقدام والمناكب هذا من واجبات الصلاة كما قال-عليه الصلاة والسلام-: سووا صفوفكم فإن تسوية الصفوف من إقامة الصلاة؛ وفى رواية: من تمام الصلاة
Lurusnya shaf itu bersamaan dengan lurusnya kaki dan bahu, ini termasuk kewajiban dalam shalat. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
Luruskan shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk menegakkan shalat. Dalam riwayat lain: Termasuk kesempurnaan shalat.
فالصلاة لا تسوى فيها الصفوف ناقصة بدليل هذا الحديث؛ فلابد من التراص وهذا التراص يتطلب فرجة تختلف من إنسان لآخر
Maka shalat yang shafnya tidak lurus itu akan berkurang nilainya berdasarkan hadits ini. Maka harus merapat, dan merapatnya ini menuntut adanya jarak antara dua kaki yang berbeda-beda antara seorang dengan lainnya.
وينبغى أن يُلاحظ الرجال فضلا عن النساء أن التفريج بين القدمين لاينبغى المبالغة فيه بحيث يكون فيه فرجة بين المناكب
Dan hendaknya seorang laki-laki itu memperhatikan, lebih-lebih wanita, bahwasanya merenggangkan kedua kaki itu tidak sepantasnya berlebih-lebihan. Sampai terjadi jarak/celah di antara dua bahu.
بعض السلفيين ينقل رجله إلى الذى بجواره مجرد ما يشعرأنه مست قدم جاره قدمه يهرب عنه؛ فينقلها نقلة ثانية! أفأنت تُكره الناس حتى يكونوا مؤمنين مجرد ما تنقل قدمك وفهمت أنه ليس على السُنة اتركه
Sebagian ikhwan salafiyin memindahkan kedua kakinya ke kaki teman sebelahnya. Ketika temannya merasakan kaki temannya menyentuh kakinya dia spontan bergeser. Lalu ikhwan ini menggeser kakinya kali yang kedua! Apakah engkau memaksa manusia sampai mereka beriman semuanya dengan semata-mata engkau memindahkan kakimu? Dan engkau telah paham, kalau ini tidak termasuk sunnah, maka tinggalkanlah.
وبالعقل لصق المنكب بالمنكب أحسن من لصق القدم بالقدم والتفريج بين المنكبين
Dan secara akal, menempelkan bahu dengan bahu itu lebih baik daripada menempelkan kaki dengan kaki lalu terjadi celah di antara dua bahu.
{Selesai perkataan Asy-Syaikh Al-Allaamah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله‎ dari kitab Syarh Al-Adabil mufrad}

Sumber:
www .ajurry .com/vb/archive/index .php/t-29794 .html

Alih bahasa:
Ustadz Abu Hafs Umar hafizhahullah

Forum Salafy Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar