Cari Blog Ini

Minggu, 26 Oktober 2014

Tentang MENGHADAPI KEMARAHAN SUAMI/ISTRI

Al Ustadz Abu Ibrahim ‘Abdullah Al-Jakarty

Di antara hal yang menambah ketegangan kehidupan rumah tangga sepasang suami istri ketika dalam keadaan berselisih masing-masing angkat bicara dalam keadaan emosi dan marah. Sang suami merasa istrinya melawannya, ketika istrinya angkat suara dalam keadaan marah sehingga memperkeruh keadaan. Maka langkah yang cerdik dan jitu yang dilakukan oleh seorang istri shalihah adalah dengan diam sejenak menunggu waktu yang pas setelah meredanya amarah suaminya. Baru ia mengutarakan apa yang ia ingin katakan dengan baik atau sekedar untuk minta maaf dan memperlihatkan kebutuhan dan kecintaan dirinya kepada suaminya. Maka Anda, wahai para istri akan melihat hasil yang menakjubkan dari suami Anda, jika Anda selalu berusaha bersabar dan melakukan tindakan di atas.

Berbeda jika engkau wahai para istri menumpahkan apa yang ingin kau tumpahkan bersamaan dengan luapan emosi dan amarah. Maka penyesalan yang engkau dapatkan setelahnya. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, di mana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻏَﻀِﺒْﺖَ ﻓَﺎﺳْﻜُﺖْ ، ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ
“Jika engkau sedang marah maka diamlah. (Diucapkan dua kali)” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad: 1320, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Al-Imam Mawardi rahimahullah berkata, “Sudah selayaknya orang yang memiliki akal yang lurus, tekad yang kuat, menghadapi kemarahan dengan sikap yang santun, menghadapi keburukan yang ditimbulkannya dengan tekad yang kuat (kekokohan) dan menolaknya. Agar mendapatkan pengalaman yang berharga serta kebahagian dan kesudahan yang terpuji.” (Adabud Dunya wa Diin: 258‏)

Nasehat ini kuperuntukan untuk para suami dan istri terutama untuk para istri yang menginginkan kebaikan untuk dirinya, suaminya, anak-anaknya dan keluarganya, maka perhatikanlah nasehat ini. Dan lihatlah akibat yang baik dengan izin Allah jika anda bersabar dan diam sampai suami mereda kemarahannya, lalu ucapkanlah dan perlihatkanlah kalau engkau mencintainya disertai dengan permintaan maaf. Atau setelah itu utarakan apa yang engkau ingin utarakan dengan cara yang baik.

Wahai para istri, kubawakan sebuah perkataan seorang istri shalihah, di antara wanita yang faqih kepada agamanya pada zamannya. Yaitu putrinya seorang ulama tabi’in Said bin Musayyab sebagaimana dinukilkan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah. Beliau berkata,
ﻣﺎ ﻛﻨﺎ ﻧﻜﻠﻢ ﺃﺯﻭﺍﺟﻨﺎ ﺇﻻ ﻛﻤﺎ ﺗﻜﻠﻤﻮﻥ ﺃﻣﺮﺍﺀﻛﻢ
“Tidaklah kami berbicara dengan suami-suami kami, kecuali seperti kalian berbicara dengan pemimpin-pemimpin (raja-raja) kalian.” (Silahkan lihat Ahkam An-Nisa’: 139)

Bukanlah yang kumaksudkan dengan nasehat ini ketika seorang suami dalam keadaan baik dengan tenang mengajak Anda untuk berdiskusi tentang yang terkait dengan kemashalatan rumah tangga atau yang lainnya lantas Anda diam. Bukan. Namun, yang kuinginkan adalah diamnya Anda ketika suami sedang marah sampai suami mereda amarahnya. Lalu setelah itu perlihatkan rasa cinta Anda kepada suami dan permintaan maaf kepadanya. Lalu jika ada yang ingin Anda utarakan maka utarakan dengan baik disertai dengan kesabaran melakukan itu semua dan Anda akan mendapati hasil yang menakjubkan dari suami Anda dengan izin Allah Ta’aala.

Sekali lagi nasehat ini kuperuntukkan untuk para suami dan istri, walaupun aku lebih khususkan untuk para istri. Sungguh indah perkataan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu,
ﺍﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻨﻲ ﻏﻀﺒﺖ ﺗﺮﺿﻴﻨﻲ, ﻭﺍﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻚ ﻏﻀﺒﺖ ﺗﺮﺿﻴﺘﻚ, ﻭﺇﻻ ﻧﺼﻄﺤﺐ
“Jika kamu melihatku sedang marah, maka maafkanlah aku. Begitu pun jika aku melihatmu sedang marah, maka aku akan memaafkanmu. Jika tidak demikian, mustahil kita akan bisa beriringan (dalam rumah tangga‏).”

Semoga Allah menjaga rumah tangga rumah tangga kita dan kaum muslimin dan menjadikan kita bisa bermuamalah dengan sebaik-baiknya kepada pasangan hidup kita. Amin.

Sumber:
nikahmudayuk[dot]wordpress[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar