Cari Blog Ini

Kamis, 01 Januari 2015

Tentang MENJAGA KEBERSIHAN DAN KEHARUMAN MASJID

Aisyah radhiallahu anha berkata,
ﺃَﻣَﺮَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑِﺒِﻨَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻭْﺭِ ﻭَﺃَﻥْ ﺗُﻨَﻈَّﻒَ ﻭَﺗُﻄَﻴَّﺐَ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar masjid-masjid dibangun di kabilah-kabilah (kampung-kampung). Beliau juga memerintahkan agar masjid dibersihkan dan diberi wewangian.” (HR. at-Tirmidzi dalam “Kitab al-Jumu’ah” no. 594, Sunan Abu Dawud dalam “Kitab ash-Shalah” no. 455 dan Ibnu Majah dalam “Kitab al-Masajid wal Jama’at” no. 759, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Al-Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Disunahkan memberi pengharum di dalam masjid karena Said bin Mansur menyebutkan dari Nuaim bin Abdillah al-Mujmir bahwa Umar bin al-Khatthab menyuruh memberi pengharum masjid setiap hari Jumat ketika masuk siang hari.” (Zadul Maad, 1/382)

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma,
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﻏَﺰْﻭَﺓِ ﺧَﻴْﺒَﺮَ: ﻣَﻦْ ﺃَﻛَﻞَ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮَﺓِ -ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺍﻟﺜُّﻮﻡَ -ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻦَّ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪَ
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda ketika Perang Khaibar, “Barang siapa memakan dari pohon ini —yakni bawang—, jangan sekali-kali ia mendatangi masjid-masjid.” (HR. Muslim 1/393 no. 561)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻋُﺮِﺿَﺖْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺃَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﺣَﺴَﻨُﻬَﺎ ﻭَﺳَﻴِّﺌُﻬَﺎ، ﻓَﻮَﺟَﺪْﺕُ ﻓِﻲ ﻣَﺤَﺎﺳِﻦِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﺍﻟْﺄَﺫَﻯ ﻳُﻤَﺎﻁُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻖِ، ﻭَﻭَﺟَﺪْﺕُ ﻓِﻲ ﻣَﺴَﺎﻭِﻱ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﺍﻟﻨُّﺨَﺎﻋَﺔَ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻟَﺎ ﺗُﺪْﻓَﻦُ
“Ditampakkan kepadaku amalan-amalan umatku, yang baik dan yang buruk. Aku pun melihat, di antara amalan-amalan baik umatku adalah duri-duri yang disingkirkan dari jalan. Aku juga melihat, di antara amalan jelek mereka adalah riak/dahak yang berada di masjid, namun tidak ia pendam (dibuang).” (HR. Muslim dari sahabat Abu Dzar radhiallahu anhu)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺍﻟْﺒُﺰَﺍﻕُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺧَﻄِﻴﺌَﺔٌ ﻭَﻛَﻔَّﺎﺭَﺗُﻬَﺎ ﺩَﻓْﻨُﻬَﺎ
“Meludah di masjid adalah sebuah kesalahan dan penghapusnya adalah menimbunnya (membersihkannya).” (Muttafaqun alaih)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭَﺃَﻯ ﻓِﻲ ﺟِﺪَﺍﺭِ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻣُﺨَﺎﻃًﺎ ﺃَﻭْ ﺑُﺼَﺎﻗًﺎ ﺃَﻭْ ﻧُﺨَﺎﻣَﺔً ﻓَﺤَﻜَّﻪُ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat ingus, ludah, atau dahak menempel ditembok masjid sebelah kiblat, maka beliau mengeriknya (membersihkannya).” (Muttafaqun ‘alaih)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma,
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺭَﺃَﻯ ﺑُﺼَﺎﻗًﺎ ﻓِﻲ ﺟِﺪَﺍﺭِ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻓَﺤَﻜَّﻪُ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melihat ludah menempel di dinding masjid, maka beliau mengoreknya.” (HR. Muslim 1/388 no. 547)

Anas bin Malik radhiallahu anhu bercerita,
ﺟَﺎﺀَ ﺃَﻋْﺮَﺍﺑِﻲٌّ ﻓَﺒَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ، ﻓَﺰَﺟَﺮَﻩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻓَﻨَﻬَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﻀَﻰ ﺑَﻮْﻟَﻪُ ﺃَﻣَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺑِﺬَﻧُﻮﺏٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ ﻓَﺄُﻫْﺮِﻳﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
“Seorang Arab badui datang lalu kencing di salah satu sisi masjid (Nabawi). Orang-orang pun bangkit untuk mencegahnya. Namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang para sahabat. Ketika sang badui selesai dari kencingnya, Rasulullah memerintahkan agar dibawakan satu ember air dan dituangkan pada tanah yang terkena kencing.” (HR. al-Bukhari no. 219 dan Muslim no. 284)
Pada sebagian riwayat kisah di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan nasihat kepada si Badui,
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪَ ﻟَﺎ ﺗَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺒَﻮْﻝِ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﻘَﺬَﺭِ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫِﻲَ ﻟِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ
“Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak pantas untuk dikotori dengan kencing dan kotoran. Masjid itu didirikan hanyalah untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca al-Qur’an.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar