BAGIAN 1
Penerjemah: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam semesta. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad bin Abdillah, dan kepada keluarga, maupun para Sahabatnya seluruhnya.
Amma Ba’du.
Hayyaakumullah (semoga Allah menghidupkan antum sekalian dalam kebaikan). Saudaraku di Singapura, aku meminta kepada Allah agar Dia mengumpulkan kita dalam kebaikan di dunia, dan di Jannah (Surga) yang penuh dengan kenikmatan di akhirat. Sebagai bentuk anugerah dan pemulyaan yang diberikan olehNya (Allah) Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
Sebagaimana kalian ketahui, kita telah memasuki 10 hari terakhir Ramadhan. Padanya terdapat kebaikan-kebaikan, pahala yang banyak, keutamaan-keutamaan yang telah masyhur, dan kekhususan – kekhususan yang agung.
Di antara kekhususan hari-hari terakhir ini, Nabi shollallahu alaihi wasallam lebih bersemangat untuk beribadah dibandingkan di selainnya. Sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersemangat untuk ibadah di sepuluh hari terakhir (Ramadhan) lebih banyak tidak seperti di (waktu-waktu) yang lain (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Aisyah radhiyallahu anha juga menyatakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Nabi shollallahu alaihi wasallam jika memasuki sepuluh (hari terakhir Ramadhan), beliau mengencangkan ikat sarung, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya (Muttafaqun alaih : riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits ini menunjukkan akan demikian besarnya keutamaan sepuluh hari terakhir ini. Nabi shollallahu alaihi wasallam lebih bersemangat dibandingkan di waktu-waktu lain. Semangat ini mencakup semua bentuk ibadah. Bukan khusus pada qiyaamul lail. Itu adalah semangat dalam sholat, baik yang nafilah (sunnah) ataupun yang wajib. Bersemangat terhadap al-Quran dalam membaca dan berusaha memahami maknanya. Bersemangat dalam berdzikir (mengingat) Allah Azza Wa Jalla. Bersemangat dalam shodaqoh, dan berbagai macam ibadah lain.
Nabi shollallahu alaihi wasallam menghidupkan malam-malam ini dengan qiro’ah (al-Quran), dzikir, qiyaamul lail. Mengingat Allah Azza Wa Jalla dengan lisan dan anggota tubuhnya. Hal itu karena kemuliaan malam-malam ini yang diberkahi. Di antara kemuliaannya adalah di dalamnya terdapat Lailatul Qodr. Barangsiapa yang melakukan qiyaamul lail di Lailatul Qodr dengan iman dan berharap pahala, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Maka semestinya kita, wahai saudara-saudaraku fillah, benar-benar bersemangat dalam mengisi hari yang tersisa pada Ramadhan. Telah berlalu sepertiga Ramadhan. Demikian juga sepertiga yang kedua. Tidaklah tersisa bagi kita kecuali sepertiga yang terakhir. Bisa jadi 10 hari atau 9 hari. Hendaknya kita benar-benar memanfaatkan malam-malam penuh keberkahan ini dengan ibadah.
Ini adalah kesempatan dalam usia kita. Itu adalah ghanimah (bagaikan harta rampasan perang, pent) bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah Azza Wa Jalla. Tidak semestinya bagi orang beriman yang berakal untuk melewatkan kesempatan berharga ini bagi dirinya dan keluarganya. Tidaklah itu kecuali malam-malam yang terbatas (sedikit jumlahnya). Bisa jadi dengan rahmat Allah, (malam-malam yang sedikit itu) menjadi sebab kebahagiaan baginya di dunia dan akhirat.
Sesungguhnya termasuk kerugian besar dan banyak ketika kebanyakan muslimin melewatkan waktu-waktu yang berharga ini dengan hal-hal yang tidak berguna. Mengisi waktunya dengan hal-hal yang batil dan main-main. Syaithan menguasai dan menyesatkannya dari jalan Allah.
Termasuk di antara kekhususan hari-hari ini adalah disyariatkannya I’tikaf di masjid-masjid, dengan berkonsentrasi menjalankan ketaatan kepada Allah di masjid. Nabi shollallahu alaihi wasallam beri’tikaf. Para Sahabat juga beri’tikaf bersama beliau dan juga sepeninggal beliau. Nabi pernah beri’tikaf di 10 awal Ramadhan. Beliau pernah beri’tikaf juga di 10 hari pertengahan Ramadhan. Kemudian Nabi bersabda:
إِنِّي اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِي إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
Sesungguhnya aku pernah beri’tikaf di sepuluh (malam) pertama (Ramadhan) mencari malam-malam ini (Lailatul Qodr). Kemudian aku beri’tikaf di sepuluh (malam) yang pertengahan. Kemudian didatangkan kepadaku dan dikatakan: sesungguhnya (Lailatul Qodr) terdapat pada sepuluh (malam) yang terakhir (H.R Muslim dari Abu Said al-Khudriy)
Hendaknya anda sekalian beri’tikaf… beri’tikaf.
Aisyah radhiyallahu anha menyatakan:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam beri’tikaf di 10 (malam) terakhir Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau (H.R al-Bukhari dan Muslim)
I’tikaf, sebagaimana dikatakan oleh al-Imam Ahmad: “tidak diketahui adanya perbedaan pendapat dari para Ulama bahwasanya i’tikaf itu disunnahkan”
Di antara kekhususan malam-malam 10 hari terakhir ini adalah adanya Lailatul Qodr, yang tidak Allah berikan kepada umat lain. Namun Allah anugerahkan kepada umat ini dengan berlimpahnya kebaikan dari-Nya.
Allah berfirman dalam Kitab-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul Qodr (Q.S al-Qodr ayat 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)
Sesungguhnya Kami turunkan dia (al-Quran) pada malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami memberikan peringatan. Pada malam itu ditetapkan (takdir) segala perkara yang penuh hikmah (Q.S ad-Dukhkhon ayat 3-4)
Tentang Lailatul Qodr, Allah turunkan satu surat secara utuh.
Allah Yang Maha Suci berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2)
Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul Qodr (malam kemuliaan). Tahukah kalian, apakah Lailatul Qodr tersebut?! (Q.S al-Qodr ayat 1-2)
(Firman Allah : Tahukah kalian, apakah Lailatul Qodr tersebut?) pertanyaan ini adalah bentuk pengagungan terhadap malam tersebut.
Dinamakan dengan Lailatul Qodr karena kemuliaan dan keagungannya. Dinamakan demikian juga karena ditetapkan takdir. Karena pada malam itu Allah menetapkan takdir yang akan berlaku selama setahun, berdasarkan Hikmah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Kemudian Allah berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Lailatul Qodr (malam kemuliaan) lebih baik dari seribu bulan (Q.S al-Qodr ayat 3)
(Lebih baik dari seribu bulan itu) dalam hal keutamaan, kemuliaan, dan banyaknya pahala. Barangsiapa yang melakukan qiyaamul lail pada waktu itu dengan iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Malaikat dan ar-Ruuh turun di waktu itu. Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang tidak pernah sombong (enggan) dalam beribadah kepada Allah, (terus menerus beribadah) tidak pernah capek. Malaikat turun pada Lailatul Qodr ke bumi dengan membawa kebaikan, keberkahan, dan rahmat. Ar-Ruuh (yang disebutkan dalam ayat itu) adalah Jibril. Ia disebut (tersendiri) karena kemuliaan dan keutamaannya.
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Keselamatan pada (malam itu) hingga terbitnya fajar (Q.S al-Qodr ayat 5)
(disebutkan) keselamatan pada waktu itu karena Lailatul Qodr adalah malam keselamatan bagi kaum mukminin dari segala hal yang dibenci. (Juga) karena banyaknya orang yang dibebaskan dari Neraka dan selamat dari adzabnya hingga terbitnya fajar. Hal itu menunjukkan bahwa Lailatul Qodr berakhir dengan terbitnya fajar sehingga berakhirlah (masa beraktifitas di) malam itu.
<< file audio taushiyah tersebut bisa diunduh di: https://drive.google.com/file/d/0B8vJBR38HOyQT0RwMndWWU5KNms/view?pref=2&pli=1 >>
Read full article at http://salafy.or.id/blog/2016/07/03/transkrip-terjemahan-taushiyah-syaikh-kholid-adz-dzhafiriy-kepada-ikhwah-salafy-singapura-ramadhan-1437-h-bag1/
BAGIAN 2
Penerjemah: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman.
Termasuk di antara keutamaan Lailatul Qodr adalah sebagaimana hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang melakukan qiyaamul lail pada Lailatul Qodr dengan iman dan berharap (pahala), akan diampuni dosanya yang telah lalu (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
(Melakukan qiyaamul lail pada Lailatul Qodr) dengan keimanan kepada janji Allah dan keimanan terhadap (hal-hal) yang Allah persiapkan berupa pahala bagi orang yang menegakkannya. (Juga diikuti perasaan) berharap pahala.
Maka hendaknya seorang yang beriman berada dalam kondisi ini. Ia memanfaatkan malam-malam ini untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Ia manfaatkan malam-malam ini untuk kembali kepada al-Maulaa (Allah) Subhaanahu Wa Ta’ala dengan bertaubat kepada-Nya.
Rabb kita Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi tidak butuh terhadap ibadah – ibadah kita. Dia memanggil para hamba-Nya tiap malam:
هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ هَلْ مِنْ تَائِبٍ هَلْ مِنْ سَائِلٍ هَلْ مِنْ دَاعٍ
Apakah ada (hambaKu) yang akan memohon ampunan (sehingga Aku akan ampuni). Apakah ada (hambaKu) yang bertaubat (sehingga Aku terima taubatnya). Apakah ada orang yang meminta (sehingga Aku beri). Apakah ada yang berdoa (sehingga Aku kabulkan)(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Rabb kita Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi adalah Yang Maha Kaya (tidak butuh segala sesuatu, pent).
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla membentangkan Tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di waktu siang. Dan Dia membentangkan Tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di waktu malam (H.R Muslim dari Abu Musa)
Maka wajib bagi kita untuk mengikhlaskan ibadah-ibadah kita kepada Allah. Janganlah melakukan kesyirikan. Kita harus menghindar dari kesyirikan dan berbagai macam bentuknya. Kita wajib mengikhlaskan Dien hanya untuk Allah.
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
Beribadahlah kepada Allah dengan mengikhlaskan Dien untuk-Nya (Q.S az-Zumar ayat 2)
Kita wajib menjauhi kebid’ahan dan hawa nafsu dan kita harus berpegang teguh dengan Sunnah al-Musthofa (Nabi) shollallahu alaihi wasallam dan petunjuk dari Salafus Shalih (para pendahulu yang sholih).
…وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
…Dan orang yang mengikuti selain jalannya orang-orang beriman, niscaya akan Kami biarkan dia ke arah berpalingnya (tidak Kami beri taufiq), dan Kami akan memasukkannya ke Jahannam, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali (Q.S anNisaa’ ayat 115)
Demikianlah yang harus kita lakukan – saudaraku di jalan Allah – , pada (waktu –waktu yang diharapkan) kebaikan maupun keberkahannya. Kita hendaknya memanfaatkannya untuk mencari keridhaan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Berbekal dengan amal sholih, taqorrub (upaya mendekatkan diri) kepada Allah Azza Wa Jalla. Khususnya pada malam-malam yang diberkahi ini.
Jibril pernah datang kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam. Para Sahabat melihat Nabi naik ke atas mimbar. Pada tingkatan pertama beliau mengucapkan Aamiin. Beliau kemudian naik ke tingkatan kedua, mengucapkan Aamiin. Kemudian beliau naik ke tingkatan ketiga dan mengucapkan Aamiin. Para Sahabat bertanya tentang perbuatan beliau tersebut. Di antara ucapan Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah: Jibril baru saja mendatangi aku dan berkata:
وَرَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ رَمَضَانَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ
Sungguh celaka seseorang yang mendapati Ramadhan, namun tidak diampuni (H.R Ahmad, atTirmidzi, dan lainnya)
Jibril mendoakan (keburukan) untuknya. Orang tersebut tidak memanfaatkan Ramadhan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah, al-Maulaa Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
(Setelah mendengar doa Jibril itu) Nabi mengucapkan Aamiin. Jibril berdoa sedangkan Nabi mengaminkan. Cukuplah itu sebagai hukuman dan kerusakan (bagi orang tersebut).
Orang yang beruntung itu – wahai saudaraku di jalan Allah – adalah yang memanfaatkan (waktu-waktu) kebaikan dan keberkahan sebelum berakhirnya usia atau waktu tersebut. (Manfaatkanlah waktu) sebelum masa tuamu. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum datangnya sakit. Sebelum kematianmu. Demikanlah yang seharusnya dilakukan seorang mukmin.
…قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
…Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api Neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Di Neraka tersebut terdapat Malaikat yang keras dan mengerikan, yang tidak bermaksiat kepada Allah dan mengerjakan hal yang diperintahkan (kepadanya) (Q.S atTahriim ayat 6)
Aku meminta kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi agar memberikan taufiq kepada kita menuju petunjuk, dan agar Dia menolong kita agar berpegang teguh dengan Sunnah dan jalan Salafus Sholih.
Dan aku meminta kepada Allah agar memberikan tambahan kebaikan (fadhilah) kepada kita.
Wallaahu A’lam.
Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, dan jazaakumullahu khayran atas kesediaan mendengarkan (taushiyah) ini.
<< file audio taushiyah tersebut bisa diunduh di: https://drive.google.com/file/d/0B8vJBR38HOyQT0RwMndWWU5KNms/view?pref=2&pli=1 >>
Read full article at http://salafy.or.id/blog/2016/07/04/transkrip-terjemahan-taushiyah-syaikh-kholid-adz-dzhafiriy-kepada-ikhwah-salafy-singapura-ramadhan-1437-h-bag2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar