Cari Blog Ini

Senin, 17 Oktober 2016

MEMBANTAH SYUBHAT "jika kita tidak ikut pemilu, maka orang kafir akan naik, menguasai, memimpin kita"

MEMBANTAH SYUBHAT "jika kita tidak ikut pemilu, maka orang kafir akan naik, menguasai, memimpin kita"

PERTANYAAN

Assalamu'alaikum, ustadz afwan mau tanya. Ada yang mengatakan bahwa jika kita tidak ikut pemilu, maka orang kafir akan naik, menguasai, memimpin kita. Lalu apa yang harus kita lakukan ustadz?

Baarakallahu fiik, wajazaakallahu khoyr.

JAWABAN

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokaatuh.

Secara asal, rakyat tidaklah dilibatkan dalam pemilihan pemimpin.

Bisa dilihat dalam sejarah Nabi dan para Sahabatnya terutama Khulafaur Rasyidin.

Pimpinan berikutnya bisa merupakan penunjukan dari pimpinan sebelumnya, ataupun dipilih oleh sekelompok kecil Ahlul Halli wal Aqdi. Rakyat jelata tidak dilibatkan. Mereka tinggal membaiat pemimpin yg telah terpilih oleh orang-orang khusus itu. Tentunya orang-orang khusus yg memilih pemimpin adalah yg terdepan dalam keilmuan dan ketaqwaan. Bahkan Ahlul Halli wa alAqdi yg menghasilkan terpilihnya Utsman bin Affan, mayoritasnya adalah orang-orang yg dijamin masuk Surga oleh Nabi. Rakyat kecil yg awam, tinggal menerima hasil. Kalau mereka semua dilibatkan, tentunya mereka akan memilih berdasarkan keawaman atau hawa nafsu mereka.

Jika kita menginginkan pemimpin yg baik, maka perbaikilah keadaan diri kita sebagai rakyatnya. Karena pemimpin adalah pemberian Allah yg bisa berupa anugerah, bisa juga berupa adzab. Tergantung keadaan rakyatnya. Jika baik, maka akan baik keadaan pemimpinnya. Jika buruk, maka akan buruk pemimpinnya. Banyaklah berdoa kepada Allah Ta'ala.

PERTANYAAN

Jazaakallahu khoyr ustadz.. afwan ustadz, jika seandainya pemimpin kita kafir, apakah boleh?

JAWABAN

Jangan berandai-andai dulu. Amalkan apa yg ada saat ini yg bisa diamalkan.

Sahabat Nabi Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu tidak suka menjawab pertanyaan yg belum terjadi.

كَانَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍإِذَا سَأَلَهُ رَجُلٌ عَنْ شَيْءٍ ، قَالَ : آللَّهِ ! كَانَ هَذَا ؟ فَإِنْ قَالَ : نَعَمْ ، تَكَلَّمَ فِيهِ ، وَإِلَّا لَمْ يَتَكَلَّمْ . 

Zaid bin Tsabit jika ditanya oleh seseorang ttg sesuatu, ia berkata: Ya Allah, apakah ini sudah terjadi? Jika orang itu berkata: Ya, maka beliau menjawabnya. Jika orang itu berkata: Belum, beliau tidak berbicara (menjawabnya) (Siyaar A'laamin Nubalaa' karya adz-Dzahabiy)

كَانَ زَيْدُ بْنُ ثَابِت ٍإِذَا سَأَلَهُ رَجُلٌ عَنْ شَيْءٍ ، قَالَ : آللَّهِ ! كَانَ هَذَا ؟ فَإِنْ قَالَ : نَعَمْ ، تَكَلَّمَ فِيهِ ، وَإِلَّا لَمْ يَتَكَلَّمْ . 

__________
Ustadz Kharisman hafizhahullah

Read full article at http://walis-net.blogspot.com/2016/10/membantah-syubhat-kita-tidak-ikut.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar