Cari Blog Ini

Rabu, 15 Oktober 2014

Tentang MENGINGKARI THAGHUT

Dakwah semua Rasul yang diutus Allah adalah menyeru umatnya untuk beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla dan mengkufuri thaghut. Allah berfirman:
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻻً ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ
Dan telah kami utus seorang Rasul pada setiap umat (untuk menyeru): "Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thaghut." (An-Nahl: 36)
Thaghut adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Allah.

Kufur kepada thaghut merupakan syarat sah iman, sehingga tidak sah iman seseorang hingga mengingkari thaghut. Allah berfirman:
ﻓَﻤَﻦْ ﻳَﻜْﻔُﺮْ ﺑِﺎﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕِ ﻭَﻳُﺆْﻣِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻓَﻘَﺪِ ﺍﺳْﺘَﻤْﺴَﻚَ ﺑِﺎﻟْﻌُﺮْﻭَﺓِ ﺍﻟْﻮُﺛْﻘَﻰ
Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka dia telah berpegang dengan tali yang kokoh. (Al-Baqarah: 256)
Al ‘urwah al wutsqa artinya iman. Ada juga yang mengatakan artinya adalah kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH.

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata: “Tokoh thaghut ada lima:
1. Iblis la’natullah ‘alaih,
2. orang yang disembah dan dia ridha diperlakukan demikian,
3. orang yang menyeru orang lain agar menyembah dirinya [1],
4. orang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib [2], dan
5. orang yang berhukum selain dengan hukum Allah [3].”

Para ulama menerangkan bahwa mengkufuri thaghut terwujud dengan enam perkara yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an:
1. Meyakini batilnya peribadatan kepada selain Allah.
2. Meninggalkannya dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah dengan hati, lisan, dan anggota badan.
3. Membencinya dengan hati dan mencercanya dengan lisan. Cercaan dengan lisan yaitu dengan cara menunjukkan dan menerangkan bahwa sesembahan selain Allah adalah batil dan tidak bisa memberikan manfaat.
4. Mengkafirkan pengikut dan penyembah thaghut.
5. Memusuhi mereka dengan zhahir dan batin, dengan hati dan anggota badan.
6. Menghilangkan sesembahan-sesembahan selain Allah dengan tangan, jika ada kemampuan.

Keenam perkara ini telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam dan kita diperintahkan untuk meneladani beliau. Allah berfirman:
ﻗَﺪْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻓِﻲ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣَﻌَﻪُ
”Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (Al-Mumtahanah: 4)
1. Nabi Ibrahim alaihissalam meyakini batilnya peribadahan kepada selain Allah. Allah berfirman:
ﻭَﺍﺗْﻞُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻧَﺒَﺄَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ. ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺄَﺑِﻴﻪِ ﻭَﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻣَﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ. ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﺃَﺻْﻨَﺎﻣًﺎ ﻓَﻨَﻈَﻞُّ ﻟَﻬَﺎ ﻋَﺎﻛِﻔِﻴﻦَ . ﻗَﺎﻝَ ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﻤَﻌُﻮﻧَﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﺗَﺪْﻋُﻮﻥَ. ﺃَﻭْ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻮﻧَﻜُﻢْ ﺃَﻭْ ﻳَﻀُﺮُّﻭﻥَ
Bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapak dan kaumnya, "Apakah yang kalian sembah?" Mereka berkata, "Kami menyembah patung dan kami akan terus mengibadahinya." Maka Ibrahim berkata, "Apakah (patung-patung tersebut) mendengar ketika kalian berdoa? Apakah dia bisa memberikan manfaat atau menimpakan mudarat?” (Asy-Syua’ara`: 69-73)
2. Beliau meninggalkan serta menjauhi sesembahan mereka kemudian hijrah kepada Allah. Allah berfirman:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧِّﻲ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻲ ﺳَﻴَﻬْﺪِﻳﻦِ
(Ibrahim) berkata: "Aku akan pergi kepada Rabbku, dan Dia akan memberikan hidayah kepadaku.” (Ash-Shaffat: 99)
Allah berfirman tentang Ibrahim:
ﺇِﻧَّﻨِﻲ ﺑَﺮَﺍﺀٌ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ. ﺇِﻻَّ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻓَﻄَﺮَﻧِﻲ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺳَﻴَﻬْﺪِﻳﻦِ
“Aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakanku karena sungguh Dia akan memberikan hidayah kepadaku.” (Az-Zukhruf: 26-27)
Allah juga berfirman tentang Ibrahim:
ﻭَﺃَﻋْﺘَﺰِﻟُﻜُﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺃَﺩْﻋُﻮ ﺭَﺑِّﻲ
“Aku akan menjauhi kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Rabbku.” (Maryam: 48)
3. Nabi Ibrahim alaihissalam membenci sesembahan mereka dengan hatinya dan menjelekkannya dengan lisan, sebagaimana Allah kabarkan bahwa Ibrahim berkata:
ﺃُﻑٍّ ﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻟِﻤَﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ
”Celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah.” (Al-Anbiya`: 67)
4. Nabi Ibrahim alaihissalam mengingkari mereka dan mengabarkan bahwa mereka adalah kafir serta mengumumkan bahwa ia berlepas diri dari mereka, sebagaimana Allah kabarkan:
ﻛَﻔَﺮْﻧَﺎ ﺑِﻜُﻢْ ﻭَﺑَﺪَﺍ ﺑَﻴْﻨَﻨَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻜُﻢُ ﺍﻟْﻌَﺪَﺍﻭَﺓُ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻀَﺎﺀُ ﺃَﺑَﺪًﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺣْﺪَﻩُ
“Kami ingkar terhadap kalian, dan telah tampak antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian, hingga kalian beriman kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah: 4)
5&6. Nabi Ibrahim alaihissalam memusuhi mereka dan menghancurkan sesembahan mereka. Allah berfirman:
ﻓَﺠَﻌَﻠَﻬُﻢْ ﺟُﺬَﺍﺫًﺍ ﺇِﻻَّ ﻛَﺒِﻴﺮًﺍ ﻟَﻬُﻢْ
(Ibrahim) menjadikannya hancur berkeping-keping kecuali patung yang terbesar. (Al-Anbiya`: 58)

Footnote:

[1] Termasuk golongan thaghut yang ketiga adalah Fir’aun dan syaikh-syaikh tarekat Sufi yang menyeru pengikutnya untuk menyembah mereka.

[2] Termasuk golongan thaghut yang keempat adalah tukang sihir dan dukun-dukun.

[3] Termasuk golongan thaghut yang kelima adalah para tokoh orang kafir dari kalangan rahib-rahib dan pendeta-pendeta mereka yang telah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Allah berfirman:
ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﺃَﺣْﺒَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻭَﺭُﻫْﺒَﺎﻧَﻬُﻢْ ﺃَﺭْﺑَﺎﺑًﺎ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ
Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan tukang ibadah mereka sebagai Rabb selain Allah. (At-Taubah: 31)

###

Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Tanya:

Mohon penjelasan makna Thoghut yang benar

Jawaban:

Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan makna Thaghut dengan merangkum penjelasan para Ulama sebelumnya:
والطاغوت كل ما تجاوز به العبد حده من معبود أو متبوع أو مطاع
Thaghut adalah segala yang diperlakukan melampaui batas dalam hal diibadahi, diikuti, atau ditaati. (I’laamul Muwaqqi’iin (1/50))

Beribadah itu harusnya hanya kepada Allah. Barangsiapa yang menyembah selain Allah maka ia telah menyembah Thaghut. Atau dari sisi perbuatannya ia telah memperlakukan sesuatu yang disembah itu sebagai Thaghut.

Ulama diikuti selama sesuai dengan al-Quran dan Sunnah. Barangsiapa yang mengikuti seorang Ulama secara melampaui batas, ikut pasrah sepenuhnya tidak peduli apakah sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah atau tidak, bahkan ketika jelas menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah ia tetap tidak mau tahu, tetap mengedepankan pendapat Ulama tersebut, maka ia telah memperlakukan Ulama itu sebagai Thaghut.

Pemerintah diikuti jika tidak memerintahkan kepada hal yang dilarang Allah. Apabila pemerintah memerintahkan kepada kemaksiatan, kemudian seseorang mengikuti perintah itu dengan sukarela, tidak ada unsur kebencian dan pengingkaran dalam hati, padahal dalam hal yang diperintahkan itu jelas-jelas melanggar al-Quran dan Sunnah Nabi yang diketahuinya, dan sebenarnya ia bisa meninggalkannya dengan mudah, maka ia telah memperlakukan pemimpin itu sebagai Thaghut.

Namun sebaliknya, mentaati pemerintah muslim dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariat, atau bahkan sesuatu yang secara asal hukumnya mubah, menjadi wajib ketika diperintahkan oleh pemerintah. Bahkan termasuk ibadah mentaati pemerintah dalam hal itu, yang bisa menyebabkan seseorang masuk Jannah (Surga).
اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
Bertakwalah kepada Allah Tuhan kalian, dan sholatlah 5 waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikan zakat harta, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian masuk Jannah (milik) Tuhan kalian. (H.R atTirmidzi)

Salafy.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar