Cari Blog Ini

Jumat, 28 November 2014

Tentang KEMUNAFIKAN

Nifaq atau kemunafikan berasal dari bahasa Arab (نَافِقَاءُ) yang berarti salah satu liang binatang yarbu’, yaitu semacam tikus yang memiliki lebih dari satu liang, sehingga tatkala dia dikejar melalui satu liang akan lari menuju liang yang lain.

Dalam istilah syariat berarti perbuatan menampakkan keislaman dan kebaikan namun menyembunyikan kekafiran serta kejelekan. Diistilahkan demikian karena pelakunya masuk ke dalam agama Islam dari sebuah pintu dan keluar darinya melalui pintu lain. Dalam istilah bahasa Indonesia, nifaq sering disebut kemunafikan.

Macam-Macam Nifaq
1.    Nifaq i’tiqadi yakni kemunafikan yang bersifat keyakinan.
Ini merupakan nifaq besar, yaitu seseorang yang menyembunyikan keyakinan kafir lalu menampakkan keislaman, seolah-olah ia beriman padahal dalam hatinya menyimpan keyakinan kafir.
Nifaq i’tiqadi ada enam macam:
•    tidak memercayai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
•    tidak memercayai sebagian yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
•    membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
•    membenci sebagian yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
•    merasa senang saat direndahkannya agama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
•    benci ketika menangnya agama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺳَﺮَّﺗْﻪُ ﺣَﺴَﻨَﺘُﻪُ ﻭَﺳَﺎﺋَﺘْﻪ ُﺳَﻴِّﺌَﺘُﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ
“Barangsiapa yang kebaikannya menyenangkannya dan kejelekannya menyusahkannya maka dia seorang mukmin.” (Shahih, HR Ath-Thabarani dari sahabat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir)
2.    Nifaq ‘amali yakni kemunafikan yang bersifat amalan.
Bentuknya bisa berupa perbuatan yang biasa dilakukan orang munafik atau salah satu sifat mereka, yang dilakukan orang yang masih beriman dan tidak memiliki keyakinan-keyakinan kekafiran seperti di atas.
Misalnya, berkata dusta, ingkar janji, khianat terhadap yang memberi amanah kepadanya, atau berbuat curang tatkala bertikai. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خِصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Empat hal yang barang siapa keempatnya ada pada dirinya maka dia seorang munafik yang murni dan barang siapa yang terdapat pada dirinya salah satunya berarti ada pada dirinya sebuah kemunafikan: jika dipercaya berkhianat, jika berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika bertikai ia berbuat curang.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 34 dan Muslim no. 207)

Sebagian orang memahami bahwa kemunafikan hanya ada satu macam yaitu nifaq i’tiqadi saja, sehingga dari sini timbul kesalahan dalam menetapkan sebuah hukum. Misalnya dalam menafsirkan surat an-Nisa’ ayat 145,
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari an-naar (neraka). Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.”
Mereka tetapkan hukum ini juga pada orang yang ‘sekadar’ punya sifat kemunafikan padahal dia masih beriman.

Sumber Bacaan:
1. Kitabut Tauhid, asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, hlm. 17—19
2. al-Haqiqatusy Syar’iyah, Muhammad ‘Umar Bazmul, hlm. 165
3. Tafsir as-Sa’di, edisi revisi cet. ar-Risalah, hlm. 944

Sumber: Asy Syariah Edisi 001

###

Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata:
أَدْرَكْتُ ثَلَاثِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ كُلَّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ
“Aku mendapati 30 sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, seluruhnya merasa takut terhadap nifak yang bakal menimpa dirinya.” (Shahih Al-Bukhari, Kitabul Iman, Bab Khaufil Mu’min min an Yahbatha ‘Amaluhu wa Huwa La Yasy’uru)

Begitu pula dengan seorang sahabat mulia, Umar bin Al-Khaththab radhiallahu anhu. Dirinya takut sikap nifak itu melekat padanya. Saat Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan secara rahasia nama-nama orang munafik kepada Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu anhu, timbul pada diri Umar kegalauan. Jiwanya merasa tidak tenang. Khawatir namanya termasuk dalam deretan orang-orang munafik yang disebutkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka, untuk mengusir rasa galau di hati, menepis kekhawatiran yang bersemi, dan menambah ketenangan hati, Umar radhiallahu anhu menanyakan langsung kepada Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu anhu. Kata Umar radhiallahu anhu: “Wahai Hudzaifah, semoga Allah memuliakanmu. Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan namaku kepadamu bersama nama-nama orang munafik?” Jawab Hudzaifah: “Tidak. Tidak ada (nama) seorang pun yang terbersihkan setelah (nama)mu.” Apa yang diperbuat Umar radhiallahu anhu adalah guna menambah ketenangan dirinya. Padahal sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mempersaksikan bahwa dia termasuk sahabat yang mendapatkan jannah (surga). (Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 76, Thariqul Hijratain, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah, hal. 504)

###

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin -rahimahullah-

PERTANYAAN:
كثيرون هم من يتهمــون غيرهم بالنفــاق في هذا الزمـــان ويستدل بالآية:ـ وإذا قامــوا إلى الصلاة قامـــوا كسالى، وغيرهــا فما هو ضابط النفــــاق
Banyak orang yang menuduh orang lain dengan kemunafikan pada zaman sekarang ini, berdalil dengan ayat Al-Qur`an:
وإذا قامــوا إلى الصلاة قامـــوا كسالى
"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas." (Q.S. An-Nisa ayat 142)
Dan ayat yang selainnya.
Apa parameter kemunafikan itu?

JAWABAN:
النفـــاق -بارك الله فيك- نوعــان: نفاق اعتقادي ونفاق عملي. فالنفاق الاعتقـــادي محلــه القلب ولا يعلم به إلا الله ولهذا بعض الصحــابة الذين حصل منهم المخالفة فقال عمر: [إنه نــافق] فعارضه الرسول
Kemunafikan itu -semoga Allah memberkahimu- ada dua jenis, yakni:
- Nifaq I'tiqadi (kemunafikan yang bersifat keyakinan), dan
- Nifaq 'Amali (kemunafikan yang bersifat perbuatan yang nampak).
Adapun NIFAQ I'TIQODIY TEMPATNYA ADALAH DI DALAM HATI dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Oleh karena itu sebagian para Shahabat yang ketika terjadi pada mereka suatu penyelisihan syariat maka Umar Radhiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya ia telah melakukan kemunafiqan." Maka Rasul shallallahu alaihi wasallam pun meluruskan Beliau Radhiyallahu 'anhu.
فالنفاق الاعتقادي محله القلب ولا يجوز أن يرمي الإنسان به أحدا من المسلمين وأهل الولاء لله ورسوله إلا ببينة واضحـــة
Sehingga Nifaq I'tiqadi tempatnya adalah di dalam hati (keyakinan hati) dan TIDAK BOLEH SESEORANG melemparkan VONIS KEMUNAFIKAN kepada seorang muslim dan orang-orang yang berloyalitas kepada Allah dan Rasulnya KECUALI dengan bukti-bukti yang jelas.
والنفــاق العملي: أن يأتي الإنسان خصلة من خصــال المنافقين فلا بأس أن تقــول: هذا منــافق لهذا الفعل فإذا رأينا الرجل يحدث ويكذب قلنا: هذا منافق نفاقا عمليا في هذه المسألة وإذا رأيناه قام إلى الصلاة وهو كسلان نقول: هذا فيه خصلة من خصال المنافقين لأنه أشبه بالمنافقين في قيامه إلى الصلاة على وجه الكسل
Sedangkan NIFAQ 'AMALI adalah seseorang melakukan suatu perilaku dari perilaku-perilaku orang-orang munafik. Sehingga tidak mengapa Anda mengatakan:
"Orang ini munafik karena melakukan perbuatan ini."
Apabila kita melihat seseorang berbicara lalu berdusta, maka kita mengatakan: "Orang ini munafiq dengan Nifaq amali dalam masalah ini." Dan apabila kita melihatnya berdiri untuk shalat dalam keadaan ia bermalas-malasan, maka kita katakan: Orang ini pada dirinya terdapat salah satu ciri-ciri orang munafik. KARENA ia menyerupai orang-orang munafiq yang menegakkan shalat dalam keadaan bermalas-malasan.
فالنفــاق العملي واسع فكـــل من وافــق المنافقين في خصلة من خصالهم فإنه منافــق في هذا العمل خاصـــة
Maka Nifaq Amali itu luas (pembahasannya). Sehingga setiap orang yang mencocoki orang-orang munafiq dalam salah satu perbuatan mereka maka sesungguhnya ia adalah munafik dalam amalan ini secara khusus.
وكمــا قال الــرسول: آية المنافق ثلاث: إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤتمن خان، هذه علامـــة المنـــافق لكن هذه العلامــات قد يقوم بها أناس من المسلمين فنقول: هو منافق في هــذه المسألــة
Dan sebagaimana Sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam:
"Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga:
- Apabila berbicara ia berdusta,
- Apabila berjanji maka ia menyelisihi janjinya, dan
- Apabila ia diberikan amanah, ia berkhianat."
Inilah tanda-tanda orang munafik NAMUN tanda-tanda ini terkadang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, maka kita mengatakan: Dia munafik dalam masalah itu.

Sumber:
Rangkaian Pertemuan Terbuka (open house), pertemuan yang ke-32

Sumber:
zadgroup .net/bnothemen/upload/ftawamp3/od_032_14 .mp3

Alih Bahasa:
Ayyub Wijaya (Balikpapan) Al Jawiy -hafidzahullah- [FBF-4 ]

Muroja'ah:
Al Ustadz Abu Yahya (Solo) Al Maidaniy -hafidzahullah- [FBF-5]

__________
Catatan:
1. NIFAQ I'TIQODIY, pelakunya keluar dari Islam sedang NIFAQ AMALIY TIDAK, hanya disebut muslim pelaku maksiat.
2. NIFAQ I'TIQODIY jika mati dalam keadaan demikian pelakunya kekal di Neraka adapun pelaku Nifaq Amaliy tidak.
Jika mereka - pelaku Nifaq Amaliy - masuk Neraka maka hanya sebatas menjalani hukuman atas kemaksiatan yang mereka lakukan di dunia dan kemudian akan masuk surga karena mereka masih muslim.

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www .alfawaaid .net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar