Cari Blog Ini

Kamis, 07 Mei 2015

Tentang PUASA SUNAH DI BULAN SYABAN

'Aisyah radhiyallahu anha mengatakan:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa berpuasa sampai kami mengatakan beliau tidak berbuka dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak berpuasa. Aku sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa secara sempurna dalam sebulan kecuali pada bulan Ramadhan dan aku juga tidak pernah melihat beliau paling banyak berpuasa (dalam sebulan) dari berpuasa di bulan Sya'ban." (HR. al-Bukhari no. 1833 dan Muslim no. 1956)

Para pembaca yang berbahagia.
Bulan Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriyah dan merupakan salah satu bulan yang mulia dalam Islam. Kalau mungkin ada yang bertanya mengapa bulan ini dinamakan dengan "Sya'ban"?
Al-Imam Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi'i dalam kitab "at-Taudhih" juz 13 halaman 445 menukilkan ucapan Ibnu Duraid bahwa bulan ini dinamakan dengan "Sya'ban" (berpencar) karena berpencarnya orang-orang Arab pagan (para penyembah berhala) dahulu, yaitu mereka berpencar dan berpisah pada bulan ini untuk mencari air.
Ada pula yang mengatakan karena pada bulan tersebut orang-orang Arab berpencar dalam penyerangan dan penyerbuan. Ada pula yang mengatakan "Sya'ban" juga berarti nampak atau lahir karena bulan ini nampak atau lahir di antara bulan Ramadhan dan Rajab.

Amalan yang disunnahkan di Bulan Sya'ban

Adapun amalan yang disunnahkan pada bulan Sya'ban adalah banyak melakukan puasa sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadits di atas. Dan masih banyak hadits lain yang menerangkan tentang puasa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada bulan Sya'ban. Namun yang perlu kita ingat dalam hal ini adalah tidak boleh mengkhususkan untuk berpuasa pada hari-hari tertentu di bulan Sya'ban baik di awal bulan, pertengahan bulan (Nishfu Sya'ban) atau akhir bulan, dikarenakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri tidak pernah mengkhususkannya.

Mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak menyempurnakan puasa satu bulan penuh pada bulan Sya'ban?
Al-Imam Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi'i menjawab, "Yaitu agar jangan sampai orang menyangka bahwasanya puasa (pada bulan) tersebut hukumnya adalah wajib (sebagaimana puasa Ramadhan)." (at-Taudhih, juz 13, hlm. 443)

Hikmah Puasa Sya'ban

Para ulama telah berbeda pendapat dalam menguraikan hikmah dari banyaknya puasa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada bulan Sya'ban, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Ada yang mengatakan karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering melakukan safar (bepergian) atau keperluan lainnya sehingga terhalang dari melakukan puasa sunnah 3 hari tiap bulannya, maka beliau menggabungkan jumlah puasa sunnah 3 hari tiap bulan yang ditinggalkan dan ditunaikannya pada bulan Sya'ban.
2. Karena dalam rangka mengagungkan bulan Ramadhan.
3. Istri-istri beliau mengqadha (membayar) puasa yang ditinggalkan pada bulan Ramadhan sebelumnya pada bulan Sya'ban maka beliau pun ikut menemani puasa bersama mereka.
4. Karena bulan Sya'ban adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia. Padahal dalam bulan tersebut terdapat suatu keutamaan yaitu amalan-amalan yang dilakukan pada bulan tersebut akan diangkat kepada Allah. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ingin agar amalannya diangkat dalam keadaan sedang berpuasa.

Al-Imam asy-Syaukani menyebutkan dalam kitab "Nailul Authar" juz 4, halaman 331 bahwa hikmah yang lebih tepat dalam hal ini adalah karena bulan Sya'ban adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia sebagaimana disebutkan dalam hadits Usamah ketika bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
"Wahai Rasulullah, aku melihat engkau lebih banyak melakukan puasa (sunnah) pada bulan Sya'ban dibandingkan bulan-bulan lainnya?" Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya yaitu bulan antara bulan Rajab dengan Ramadhan, dan itu adalah bulan di mana di dalamnya amalan-amalan diangkat kepada Rabbul 'Alamin. Dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR. an-Nasa'i no. 2357, hadits ini hasan bisa dilihat dalam "Shahih wa Dha'if Sunan an-Nasa'i" juz 6, hal. 1)

Al-Imam Sirajuddin Ibnul Mulaqqin asy-Syafi'i berkata, "Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya'ban dengan banyak berpuasa dikarenakan pada bulan tersebut amalan-amalan hamba diangkat kepada Allah." (at-Taudhih, juz 13, hlm. 442)

Penulis:   
Ustadz Abu 'Abdirrahman Muhammad Rifqi

Al Ilmu Edisi No. 26/VII/XIII/1436 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar