Cari Blog Ini

Kamis, 16 Juli 2015

Tentang PULANG PERGI KE TEMPAT SALAT ID DENGAN BERJALAN KAKI DAN PULANG KE RUMAH MELALUI RUTE JALAN YANG BERBEDA

Diriwayatkan dari Abu Rafi' bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dahulu keluar menuju dua shalat Ied dengan berjalan kaki. Beliau melaksanakan shalat tanpa ada adzan dan iqomah. Setelah selesai, beliau pulang ke rumah dengan berjalan kaki melalui rute jalan yang berbeda.
HR ath-Thabarani no. 943, dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam al-Irwa' no. 636

Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu anhu berkata:
ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﺃَﻥْ ﺗَﺨْﺮُﺝَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪِ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ
“Di antara sunnah, kamu keluar menuju ied sambil jalan.” [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan Al-Albany dalam Shohih Sunan At-Tirmidzy (530)]

Fadhilatu asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, "Yang sesuai sunnah, seseorang pergi menuju mushalla Ied dengan berjalan ataukah berkendara?"
Beliau menjawab,
"Disunnahkan baginya untuk BERJALAN. Kecuali jika dia butuh untuk menaiki kendaraan maka tidak mengapa ia berkendara."
(Majmu Fatawa wa Rasail al-Utsaimin 16/222)

Beliau rahimahullah juga berkata,
"Disyariatkan bagi siapa saja yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat Ied, untuk dia berangkat melintasi satu jalan dan ketika pulang melintasi jalan yang berbeda. Hal ini dalam rangka meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sunnah yang demikian tidaklah ada pada shalat-shalat yang lain. Tidak pada shalat Jum'at atau selainnya, namun hanya khusus pada shalat Ied."
(Majmu Fatawa wa Rasail al-Utsaimin 16/222)

Dari Jabir, ia berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﻋِﻴﺪٍ ﺧَﺎﻟَﻒَ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻖ
“Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Man Khalafa Thariq Idza Raja’a, Fathul Bari karya Ibnu Hajar, 2/472986, karya Ibnu Rajab, 6/163 no. 986)

Ibnu Rajab berkata: “Banyak ulama menganggap sunnah bagi imam atau selainnya, bila pergi melalui suatu jalan menuju Shalat Id maka pulang dari jalan yang lainnya. Dan itu adalah pendapat Al-Imam Malik, Ats-Tsauri, Asy-Syafi’i dan Ahmad. Dan seandainya pulang dari jalan itu, maka tidak dimakruhkan.”
Para ulama menyebutkan beberapa hikmahnya, di antaranya agar lebih banyak bertemu sesama muslimin untuk memberi salam dan menumbuhkan rasa cinta. (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/166-167. Lihat pula Zadul Ma’ad, 1/433)

Fadhilatu asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, "Apa hikmah dari membedakan jalan berangkat dan pulang pada hari Ied?"
Beliau menjawab,
"Yang pertama adalah meneladani Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karena perbuatan ini termasuk sunnah.
Kedua, termasuk hikmahnya adalah menampakkan syiar, yakni syiar shalat Ied di seluruh pasar-pasar dari setiap kota.
Ketiga, termasuk hikmahnya pula, mengunjungi orang-orang yang berada di pasar-pasar, dari kalangan orang fakir dan selain mereka.
Keempat, para ulama menyebutkan, di antara hikmahnya pula bahwa kedua jalan yang dilewati itu akan bersaksi untuknya atas (amal kebaikan) pada hari kiamat nanti."
(Majmu Fatawa wa Rasail al-Utsaimin 16/237)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar