Cari Blog Ini

Selasa, 17 November 2015

FIKIH DARAH WANITA

Menentukan suatu darah apakah istihadhah atau haid berdasarkan kebiasaan lamanya haid wanita yang bersangkutan

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Ummu Habibah binti Jahsy, “Berdiamlah sesuai kadar (masa) haidmu, kemudian mandilah.” (HR. Muslim)

Menentukan suatu darah apakah istihadhah atau haid dengan cara melihat sifat darahnya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Fathimah bintu Abi Hubaisy, “Jika darah haid, itu kehitam-hitaman dan telah dikenal. Jika demikian, tahanlah (berhentilah) dari sholat. Jika (cirinya) lain, maka wudhulah dan sholatlah. Karena itu adalah urat (yang terputus sehingga mengeluarkan darah, pent).” (HR. Abu Dawud dan an-Nasai, dishahihkan Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Albani)

Menentukan suatu darah apakah istihadhah atau haid berdasarkan kebiasaan lamanya haid kebanyakan para wanita, yaitu 6 atau 7 hari

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Hamnah bintu Jahsy, “Maka (hitunglah) haid selama 6 atau 7 hari dalam ilmu Allah kemudian mandilah hingga engkau melihat telah suci dan bersih sholatlah 23 atau 24 hari dan malam dan berpuasalah karena yang demikian itu mencukupimu. Demikianlah kau berbuat pada setiap bulan sebagaimana wanita (lain) mengalami (masa) haid dan suci mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dihasankan oleh al-Bukhari)

Darah yang keluar dalam periode 40 hari setelah melahirkan adalah darah nifas

“Para wanita nifas di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam duduk (berdiam tidak sholat) setelah nifas (masa melahirkan) selama 40 hari atau 40 malam.” (HR. Abu Dawud dari Ummu Salamah, dishahihkan al-Hakim disepakati adz-Dzahabi, dihasankan an-Nawawi disepakati Ibnu Hajar dan al-Albani)

Melaksanakan salat zuhur dan asar apabila wanita suci sebelum matahari terbenam, dan melaksanakan salat magrib dan isya apabila wanita suci sebelum terbit fajar

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Para ulama bersepakat -seperti Imam Malik, asy-Syafi'i dan Ahmad- mereka mengatakan: Apabila wanita yang haidh suci diakhir siang, dia tetap melaksanakan shalat dzuhur dan ashar, dan jika suci diakhir malam, maka dia tetap melaksanakan shalat maghrib dan isya.” (Al Mulakhosul Fiqh 1/59 cet. Darul Aqidah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar