salaf.or.id
Menjaga Adab Ketika Berpuasa
Puasa memiliki adab-adab tertentu. Ada adab yang wajib dilakukan dan ada yang dianjurkan untuk dilakukan. Adab yang wajib tentu harus dikerjakan. Wajib adalah sesuatu yang bila dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala, dan bila ditinggalkan akan menyebabkan orang yang bersangkutan mendapatkan dosa. Orang yang berpuasa harus menjaga adab-adab ini, baik ketika berpuasa ataupun tidak, dan pada saat menetap ataupun safar. Seseorang tidak boleh meninggalkan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan. Kewajiban yang paling besar dan paling utama setelah mengucapkan dua kalimat syahadat adalah melaksanakan shalat wajib. Shalat wajib ini banyak diremehkan oleh orang-orang yang berpuasa. Mereka menyangka bahwa hal itu tidak berpengaruh terhadap agama dan puasanya. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.
Puasa juga memiliki adab-adab yang hukumnya mustahab. Orang yang berpuasa sangat dianjurkan untuk mengerjakan dan menjaga adab-adab ini, supaya ia mendapatkan pahala yang sempurna dari puasanya. Adab-adab yang mustahab itu adalah sebagai berikut:
1. Sahur
Sahur pada hakikatnya adalah setiap makanan atau minuman yang disantap oleh orang yang ingin berpuasa pada akhir malam menjelang subuh. Waktu sahur dimulai pada akhir malam. Ada juga yang mengatakan dari sepertiga malam yang terakhir sampai terbit fajar. Hikmah di balik sahur ada banyak. Di antaranya adalah untuk menyelisihi ahlul kitab. Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Pemisah antara puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim 1096) Selain itu, sahur juga memiliki beberapa keutamaan, di antaranya adalah bahwa ia mengandung keberkahan. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Bersahurlah kalian, karena pada sahur itu terdapat keberkahan!” (HR. al-Bukhari 1923 dan Muslim 1095) Makanan yang paling utama ketika sahur adalah kurma. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Sebaik-baik sahur seorang mukmin adalah kurma.” (HR. Abu Dawud 2345) Sahur hukumnya sunnah muakkadah. Tidak wajib. Ibnu Hajar menukilkan ijma yang menunjukkan bahwa sahur itu mustahab dan dianjurkan. (Fathul Bari 4/139) Sahur dapat dilakukan walaupun dengan seteguk air. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Sahur adalah berkah seluruhnya, maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun dengan seteguk air.” (HR. Ahmad 3/12)
2. Mengakhirkan sahur
Diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu anhu, Zaid bin Tsabit menceritakan bahwa ia pernah sahur bersama Nabi shallallahu alaih wa sallam kemudian shalat. Aku katakan, “Berapa lama jeda waktu antara sahur dan shalat?” Ia menjawab, “Selama waktu orang membaca lima atau enam puluh ayat.” (HR. al-Bukhari 1134 dan Muslim 1921) Mengakhirkan sahur akan lebih menguatkan orang yang berpuasa dan menghindarkannya tertidur dari shalat subuh. Orang yang sahur masih boleh makan dan minum sampai nyata terbitnya fajar. Sebab Allah Taala berfirman, “..dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar..” (al-Baqarah: 187)
3. Berbuka
Sunnahnya, orang yang berpuasa hendaknya berbuka setelah matahari terbenam, dan tidak menyambung puasa, berdasarkan hadits dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Apabila malam telah datang dari sini, siang telah berpaling, dan matahari telah tenggelam, maka sungguh orang yang berpuasa telah berbuka.” (HR. al-Bukhari 1954 dan Muslim 1100)
4. Menyegerakan berbuka setelah nyata terbenamnya matahari
Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari 1957 dan Muslim 1098) Beliau juga bersabda, “Kami segenap para nabi diperintah untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur serta meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri di dalam shalat.” (HR. ath-Thabrani 11/199 no. 11485)
5. Berbuka dengan kurma basah
Jika kurma basah tidak ada, maka dengan kurma kering. Dan jika kurma kering tidak ada, maka dengan air. Hal ini berdasarkan hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata, “Nabi shallallahu alaih wa sallam biasanya berbuka terlebih dahulu sebelum shalat, berbuka dengan kurma basah. Jika tidak ada, dengan kurma kering. Jika tidak ada juga, beliau meneguk beberapa teguk air.” (Abu Dawud 2356) Demikianlah sunnahnya. Namun jika semua ini tidak ada, seseorang dapat berbuka dengan makanan dan minuman halal yang mudah didapati. Kalaupun tidak ada makanan atau pun minuman sama sekali, hendaknya ia berniat untuk berbuka di dalam hati.
6. Berdoa ketika berbuka dan selama berpuasa
Sebab doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak sampai ia berbuka atau ketika ia berbuka. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Ada tiga golongan yang doanya tidak ditolak: imam yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan orang yang dizalimi.” (HR. Ibnu Majah 1752) Dan diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang berpuasa itu mempunyai doa yang tidak akan ditolak ketika ia berbuka.” Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Amr berdoa ketika berbuka, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu untuk mengampuniku dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu.” (HR. Ibnu Majah 1753)
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata, “Biasanya Rasulullah shallallahu alaih wa sallam ketika berbuka berdoa, “Telah pergi dahaga, telah basah urat-urat, dan tetaplah pahalanya insya Allah.” (HR. Abu Dawud 2357)
7. Memberi makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa
Perbuatan ini memiliki pahala yang besar, walaupun orang yang diberi makanan berbuka adalah orang kaya dan walaupun makanan berbuka yang diberikan hanya berupa kurma, air ataupun susu. Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Barangsiapa memberi makanan berbuka untuk orang yang berpuasa, ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala puasanya sedikitpun.” (HR. at-Tirmidzi 807)
8. Banyak membaca Al-Quran, berdzikir, shalat, sedekah dan umrah
Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk memperbanyak membaca Al-Quran, berdzikir setiap saat, dan menjaga dzikir pagi dan petang serta dzikir-dzikir lainnya. Ia juga dianjurkan untuk memperbanyak shalat sunnah, khususnya di malam hari, dan berdoa kepada Allah Taala. Demikian pula sedekah dan pintu-pintu kebaikan lainnya. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan, “Rasulullah shallallahu alaih wa sallam adalah orang yang paling dermawan, dan sifat kedermawanan beliau akan lebih bertambah lagi ketika bulan Ramadhan, ketika beliau berjumpa dengan Jibril. Jibril biasa menemui Nabi shallallahu alaih wa sallam pada setiap malam di bulan Ramadhan untuk mengajarkan Al-Quran kepada beliau. Sungguh, Rasulullah shallallahu alaih wa sallam lebih banyak memberikan kebaikan daripada angin yang bertiup.” (HR. al-Bukhari 6 dan Muslim 2308) Kedermawanan beliau shallallahu alaih wa sallam menghimpun segala jenis kedermawanan. Beliau dengan mencurahkan ilmu, jiwa dan harta untuk Allah demi membela agama-Nya, menyampaikan hidayah dan manfaat kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara. Mengajari orang yang tidak tahu, menunaikan keperluannya, dan memberi makan orang yang lapar. Kedermawanan beliau ini semakin bertambah lagi pada bulan Ramadhan.
9. Selalu mengingat nikmat Allah yang telah memberinya taufiq untuk berpuasa
Sebab seseorang bisa berpuasa karena Allah telah memberinya taufiq dan kemudahan untuk berpuasa. Sungguh, banyak orang yang terhalang dari puasa. Bisa karena diwafatkan sebelum tiba bulan Ramadhan, tidak diberi keinginan kuat untuk berpuasa, atau disesatkan dan dipalingkan darinya. Maka hendaknya orang yang berpuasa banyak memuji Allah, atas nikmat berpuasa yang merupakan sebab pengampunan dosa, pengguguran kesalahan, dan pengangkatan derajat di negeri akhirat.
10. Bersiwak
Bersiwak sangat dianjurkan di setiap kesempatan, baik bagi orang yang berpuasa ataupun tidak. Dan ia bisa dilakukan baik sebelum matahari tergelincir ataupun sesudahnya. Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Siwak itu mensucikan mulut dan membuat ridha Rabb.” (HR. an-Nasai 5)
11. Menahan anggota badan dari perkara-perkara yang tidak bermanfaat
Baik dalam ucapan, penglihatan, pendengaran, tidur dan perkara-perkara lain yang sekiranya dapat menyibukkan diri dari menaati Allah. Ini dalam perkara yang tidak mengandung dosa. Meninggalkan perkara-perkara tadi akan membantu seseorang untuk taat kepada Allah dan merupakan salah satu sebab lapangnya dada, tenangnya hati, hilangnya kesedihan dan kegundahan.
12. Shalat tarawih berjamaah
Ini termasuk adab yang sangat dianjurkan bagi orang yang berpuasa, karena Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Barangsiapa shalat di bulan Ramadhan, karena keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari 2009 dan Muslim 759) Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya, barangsiapa berdiri shalat bersama imam sampai selesai, maka Allah akan mencatatnya shalat sepanjang malam.” (HR. Abu Dawud 1375) Jika seorang muslim mengerjakan shalat di malam hari pada bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan karena membenarkan keutamaan yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaih wa sallam dan mengharapkan pahalanya dari Allah, maka ia akan mendapat pahala yang besar.
13. Mengatakan, “Aku sedang berpuasa,” jika ada orang yang mencela atau mengajaknya berkelahi.
Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku kasar. Dan jika ada yang mengejek atau mengajaknya berkelahi, maka katakanlah; “Aku sedang berpuasa.” (HR. al-Bukhari 1904 dan Muslim 1151)
(Disadur dari ash-Shiyam fiil Islam, DR. Said bin Wahf a-Qahthani)
http://salaf.or.id/artikel-islam/menjaga-adab-ketika-berpuasa.html