Cari Blog Ini

Rabu, 17 Desember 2014

Tentang TATA CARA WUDHU

Untuk menjalankan ibadah sholat, seseorang harus suci dari hadats kecil dan hadats besar.
Hadats kecil seperti:
- buang angin,
- kencing,
- mengeluarkan wadi,
- madzi,
- buang air besar,
- tidur nyenyak.
Hadats besar seperti janabah (mengeluarkan mani) atau haidh dan nifas bagi wanita.
Untuk menghilangkan hadats kecil cukup berwudhu’, namun untuk hadats besar harus mandi wajib.

Berwudhu’

Rukun-rukun wudhu’ adalah perbuatan dalam wudhu’ yang jika ditinggalkan dengan sengaja atau lupa, maka wudhu’nya batal. Rukun dalam wudhu’ bisa juga disebut kewajiban dalam wudhu’. Rukun wudhu’ ada 6 (enam):

1. Mencuci wajah, termasuk berkumur (al-madhmadhah) dan memasukkan air ke dalam hidung (al-istinsyaq) serta mengeluarkannya.
فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
Cucilah wajah kalian. (Q.S al-Maidah: 6)
إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ
Jika kalian berwudhu’, maka berkumurlah. (H.R Abu Dawud)
إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمَنْخِرَيْهِ مِنْ الْمَاءِ ثُمَّ لِيَنْتَثِرْ
Jika salah seorang dari kalian berwudhu’, maka hiruplah air ke dalam dua rongga hidung, kemudian keluarkanlah. (H.R Muslim)

2. Mencuci kedua tangan termasuk siku.
وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
Dan (cucilah) kedua tangan kalian termasuk siku. (Q.S al-Maidah: 6)

3. Mengusap kepala dan telinga 1 kali.
وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
Dan usaplah kepala kalian. (Q.S al-Maidah: 6)
الْأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ
Kedua telinga adalah termasuk kepala. (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Ibnu Daqiiqil ‘Ied)
Cara mengusap kepala dan telinga adalah mengusap dari arah depan (ubun-ubun), kemudian memperjalankan tangan di atas rambut hingga tengkuk, kemudian dikembalikan ke arah semula (depan/ubun-ubun). Selanjutnya telapak tangan diletakkan pada telinga, jari telunjuk di dinding dekat lubang telinga, sedangkan ibu jari diletakkan di atap daun telinga, kemudian ibu jari digerakkan mengusap atap daun telinga itu dari bawah hingga ke atas.
بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ
Dimulai dari arah depan kepala kemudian diperjalankan hingga tengkuk, kemudian dikembalikan ke tempat bermula. (H.R alBukhari dan Muslim)
ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ بَاطِنِهِمَا بِالسَّبَّاحَتَيْنِ وَظَاهِرِهِمَا بِإِبْهَامَيْهِ
Kemudian beliau mengusap kepala dan kedua telinganya. Bagian dalam telinga dengan kedua jari telunjuk sedangkan bagian luar dengan ibu jari. (H.R anNasaai dari Ibnu Abbas, dishahihkan Syaikh al-Albany)

4. Mencuci kedua telapak kaki termasuk mata kaki.
وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Dan cucilah kedua kaki kalian termasuk mata kaki. (Q.S al-Maidah: 6)

5. Berurutan, sebagaimana urutan penyebutan dalam al-Qur’an.
إِنَّهَا لَا تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ الْوُضُوءَ كَمَا أَمَرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَغْسِلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ وَيَمْسَحَ بِرَأْسِهِ وَرِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Sesungguhnya tidaklah sempurna sholat salah seorang dari kalian sampai ia menyempurnakan wudhu’nya sebagaimana Allah perintahkan ia cuci wajah dan kedua tangannya sampai siku dan mengusap kepalanya dan (mencuci) kedua kakinya sampai mata kaki. (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ibnu Majah)

6. Al-Muwaalah, yaitu tidak ada jeda yang lama antara satu rukun ke rukun berikutnya.
عَنْ خَالِدٍ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلًا يُصَلِّ وَفِي ظَهْرِ قَدَمِهِ لُمْعَةٌ قَدْرُ الدِّرْهَمِ لَمْ يُصِبْهَا الْمَاءُ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعِيدَ الْوُضُوءَ وَالصَّلَاةَ
Dari Kholid dari sebagian Sahabat Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seseorang sholat sedangkan pada punggung telapak kakinya terdapat (sedikit) kilauan putih seukuran dirham yang tidak terkena air. Maka kemudian Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam menyuruhnya untuk mengulangi wudhu’ dan sholat. (H.R Ahmad dan Abu Dawud)

Sunnah-sunnah dalam wudhu’ adalah perbuatan dalam wudhu’ yang akan semakin menyempurnakan wudhu’, menyebabkan pahala bertambah, namun tidak sampai taraf wajib. Kalaupun ditinggalkan, tidak menyebabkan wudhu’nya batal. Sunnah-sunnah wudhu’ adalah:

1. Mengucapkan bismillah di permulaan wudhu’.

2. Bersiwak (sikat gigi) sebelum atau setelah wudhu’.
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ
Kalaulah tidak memberatkan umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak bersamaan dengan wudhu’. (H.R Malik, Ahmad, anNasaai)

3. Mencuci kedua telapak tangan 3 kali di permulaan wudhu’.

4. Bersungguh-sungguh ketika memasukkan air ke dalam hidung, kecuali pada saat berpuasa.
وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا
Dan bersungguh-sungguhlah ketika menghirup air ke hidung, kecuali jika engkau berpuasa. (H.R Abu Dawud, dishahihkan alHakim dan disepakati adz-Dzahaby)

5. Menyela-nyela jari ketika mencuci tangan dan kaki serta menyela-nyela jenggot.
وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ
Dan sela-selailah antara jari jemari. (H.R Abu Dawud)
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam menyela-nyela jenggotnya (ketika berwudhu’). (H.R atTirmidzi)

6. Mencuci anggota tubuh yang harus dicuci (wajah, tangan, dan kaki) 3 kali.
Pada dasarnya, semua rukun-rukun wudhu’ wajib dilaksanakan minimal sekali. Jika dilakukan 3 kali, akan semakin menyempurnakan wudhu’, bertambah pahalanya.

7. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan.
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُعْجِبُهُ اَلتَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ, وَتَرَجُّلِهِ, وَطُهُورِهُ, وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha, beliau berkata: Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, bersisir, bersuci, dan pada setiap urusan (yang baik). (Muttafaqun ‘alaih)

8. Hemat dalam penggunaan air.
عَنْ أَنَس بْنِ مَالِكٍ : كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ, وَيَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam berwudhu’ dengan 1 mud dan mandi dengan 1 sha’ sampai 5 mud. (Muttafaqun ‘alaih)
Ukuran 1 mud adalah sekitar 0,5 sampai 0,75 liter. Sedangkan 1 sha’ adalah 4 mud.

9. Berdoa setelahnya.
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
Tidaklah seseorang berwudhu’ dan menyempurnakan wudhu’nya, kemudian berdoa: Asy-hadu an laa ilaaha illallaah wa anna muhammadan abdullahi wa rosuuluh, kecuali akan dibukakan untuknya pintu surga yang delapan, dan ia bisa masuk melalui pintu mana saja yang dikehendakinya. (H.R Muslim dari Umar radhiyallaahu ‘anhu)

Tata cara berwudhu’ secara sempurna yang diajarkan Nabi adalah seperti hadits Humron maula (bekas budak yang dimerdekakan) Utsman bin Affan:
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِإِنَاءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ فَغَسَلَهُمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Humron maula Utsman bahwasanya beliau pernah melihat Utsman (bin Affan) meminta bejana berisi air kemudian beliau menuangkan pada telapak tangan beliau tiga kali, kemudian beliau mencuci kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian beliau memasukkan telapak tangan kanan ke dalam air dan berkumur, (memasukkan air ke hidung), kemudian mengeluarkan air (dari mulut dan hidung). Kemudian beliau mencuci wajahnya tiga kali dan mencuci tangan hingga siku tiga kali. Kemudian beliau mengusap kepala, kemudian mencuci kedua kaki tiga kali. Kemudian beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini kemudian sholat dua rokaat, di dalamnya tidak memikirkan urusan dunia, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. (H.R alBukhari dan Muslim)

Sumber:
PENJELASAN SYARHUS SUNNAH LIL MUZANI (BAG 24) 2
Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Salafy .or .id

###

Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Iftaa

Soal: Amalan apakah yang dianjurkan ketika berwudhu’, dan apakah doa yang mesti diucapkan setelahnya?

Jawab:
Alhamdulillah, tatacara wudhu’ menurut syariat adalah sebagai berikut:
- Menuangkan air dari bejana (gayung) untuk mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali;
- Kemudian menyiduk air dengan tangan kanan lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali;
- Kemudian membasuh wajah sebanyak tiga kali;
- Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali;
- Kemudian mengusap kepala dan kedua telinga sekali usap;
- Kemudian mencuci kaki sampai mata kaki sebanyak tiga kali. Ia boleh membasuhnya sebanyak dua kali atau mencukupkan sekali basuhan saja.

Setelah itu hendaknya ia berdoa:
ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍً ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻠﻨﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻮﺍﺑﻴﻦ ﻭﺍﺟﻌﻠﻨﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﻄﻬﺮﻳﻦ
Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, Allahummaj ‘alni minat tawwabiin waj’alni minal mutathahhiriin.
(Saya bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak disembah dengan benar selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Yaa Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.)

Adapun sebelumnya hendaklah ia mengucapkan bismillah berdasarkan hadits yang berbunyi:
“Tidak sempurna wudhu’ yang tidak dimulai dengan membaca asma Allah (bismillah).” (HR. At-Tirmidzi 56)

(Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah juz V/231)

Sumber: salafy .or .id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar