Cari Blog Ini

Senin, 17 Agustus 2015

Tentang WANITA BERHIAS PADA HARI PERNIKAHANNYA

Asy Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i rahimahullah

Teks pertanyaan:
ﻣﺎﻫﻮ ﻟﺒﺎﺱ ﺍﻟﻌﺮﻭﺱ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻉ ،ﻭﻣﺎﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﺮﻉ ﺃﻥ ﻳﺮﻯ ﻣﻨﻬﺎ ﻳﻮﻡ ﺯﻓﺎﻓﻬﺎ ،ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﻣﺎﻡ ﻣﺤﺎﺭﻣﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻭﺃﻣﻬﺎ ﻭﻗﺮﻳﺒﺎﺗﻬﺎ ﻓﻬﻞ ﺗﺘﺰﻳﻦ ﺃﻣﺎﻣﻬﻢ ﺑﺎﻟﺜﻴﺎﺏ ﺍﻟﺠﻤﻴﻠﺔ ﻭﺍﻟﺤﻠﻲ ﻭﺭﻓﻊ ﺍﻟﺨﻤﺎﺭ ﻭﺗﺴﺮﻳﺢ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﺃﻣﺎﻣﻬﻢ ﻭﺃﻣﺎﻡ ﻏﻴﺮﻫﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺍﻟﻔﺎﺳﻘﺎﺕ ﺃﻡ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﻓﻘﻂ؟
Bagaimana pakaian mempelai perempuan yang disyariatkan dan apa saja yang boleh dilihat darinya pada hari pernikahannya? Dan bila dihadapan mahramnya dari kalangan lelaki, ibunya, dan sanak kerabatnya, apakah boleh berhias di depan mereka dengan mengenakan pakaian yang indah, perhiasan, menanggalkan kerudung, serta menghias rambut di depan mereka dan selain mereka dari kalangan wanita yang fasik atau hanya berhias di hadapan suami saja?

Teks jawaban:
ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﺃﻥ ﺗﺘﺰﻳﻦ ﻳﻮﻡ ﺯﻓﺎﻓﻬﺎ ﺑﺎﻟﺰﻳﻨﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﺎ ﺇﺳﺮﺍﻑ، ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻛﻞ ﻭﺍﻟﺒﺲ ﻭﺗﺼﺪﻕ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺳﺮﻑ ﻭﻻ ﻣﺨﻴﻠﺔ، ﻭﺍﻟﻤﻌﺘﺒﺮ ﻫﻮ ﺃﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺇﺳﺮﺍﻑ، ﻭﻻﺑﺄﺱ ﺃﻥ ﺗﺘﺰﻳﻦ ﺑﺸﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻫﺐ ﺃﻭ ﺑﺸﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺜﻴﺎﺏ ﺍﻟﻔﺎﺧﺮﺓ
Seorang wanita boleh berhias pada hari pernikahannya dengan perhiasan yang tidak berlebihan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was salam:
ﻛﻞ ﻭﺍﻟﺒﺲ ﻭﺗﺼﺪﻕ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺳﺮﻑ ﻭﻻ ﻣﺨﻴﻠﺔ
“Makan, berpakaianlah, dan bershadaqahlah tanpa berlebihan dan sikap sombong.”
Yang jadi acuan ialah tidak adanya israf (pemborosan/berlebihan). Dan tidak mengapa ia berhias dengan mengenakan sedikit dari emas dan sedikit dari pakaian kebanggaan.
ﻭﺃﻣﺎ ﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﺗﺘﺰﻳﻦ ﺃﻣﺎﻡ ﻣﺤﺎﺭﻣﻪ؟ ﻭﺃﻣﺎﻡ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ؟ ﻓﻼﺑﺄﺱ ﺑﺬﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﻓﻠﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﺩﻟﻴﻞ ﻳﺤﺮﻡ ﺃﻭ ﺩﻟﻴﻞ ﻳﻨﺺ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﺃﻥ ﻳﺮﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻠﺒﺴﻬﺎ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ، ﻭﺍﻟﺒﻌﺾ ﺍﻵﺧﺮ ﻳﺮﺍﻩ ﺍﻟﻤﺤﺎﺭﻡ ﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﺩﻟﻴﻞ، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﺍﻟﻔﺎﺳﻘﺎﺕ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻬﻦ ﺃﻥ ﻳﺮﻳﻦ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﺣﺘﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻣﻦ ﺃﻗﻮﺍﻝ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﻛﺎﻓﺮﺓ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻛﺎﻓﺮﺓ ﻓﻼﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﺗﺮﻯ ﺯﻳﻨﺔ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﺔ ﻭﻳﺴﺘﺪﻟﻮﻥ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻭﻻﻳﺒﺪﻳﻦ ﺯﻳﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻟﺒﻌﻮﻟﺘﻬﻦ؛ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ: ﺃﻭ ﻧﺴﺎﺋﻬﻦ
Adapun apakah ia boleh berhias di hadapan mahramnya? Dan di hadapan para wanita? Maka hal itu juga tidak mengapa, meskipun perhiasan tersebut untuk di hadapan suami. Maka di sana tidak ada dalil yang mengharamkan atau dalil yang mengkhususkan bahwa suami melihat sebagian perhiasan yang dikenakan isterinya dan sebagian lainnya untuk dilihat mahramnya, maka di sana tidak ada dalilnya.
Demikian juga dengan para wanita dan wanita-wanita fasik, boleh bagi mereka untuk melihat perhiasannya. Bahkan menurut pendapat yang shahih di antara pendapat para ‘ulama meskipun wanita kafir (yang melihatnya).
Walaupun jumhur ‘ulama berpandangan apabila wanita kafir maka tidak boleh melihat perhiasan wanita muslimah. Mereka berdalil dengan firman Allah ta’ala:
ﻭﻻ ﻳﺒﺪﻭﻥ ﺯﻳﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻟﺒﻌﻮﻟﺘﻬﻦ
“Janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasannya kecuali kepada suami-suami mereka…”
sampai firman Allah :
ﺃﻭ ﻧﺴﺎﺋﻬﻦ
“…atau wanita-wanita mereka.” (An-Nuur: 31‏)
ﻓﺎﻟﺼﺤﻴﺢ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮﺓ ﺃﻥ ﺗﺮﻯ ﺯﻳﻨﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﺔ ﻭﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﺩﻟﻴﻞ ﻳﻤﻨﻊ ،ﻭﻣﻦ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻜﻠﻤﺖ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻛﺘﺎﺏ ﺃﺧﻴﻨﺎ ﻣﺼﻄﻔﻰ ﺍﻟﻌﺪﻭﻱ > ﺟﺎﻣﻊ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ < ﻓﻬﻮ ﻛﺘﺎﺏ ﻗﻴﻢ ﻻﺃﻋﻠﻢ ﻟﻪ ﻧﻈﻴﺮ ﺗﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻭﻧﻘﻞ ﻋﻦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﻭﺍﻳﺘﻴﻦ ﺑﺎﻟﺠﻮﺍﺯ ﻭﺍﻟﻤﻨﻊ، ﻭﺍﻟﺠﻮﺍﺯ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻟﻌﺪﻡ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻤﺎﻧﻊ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ، ﻭﻗﺪ ﺟﺎﺀ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺃﻧﻪ ﻧﻬﻰ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﺎﺕ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻤﺎﻡ، ﻭﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﻻﻳﺜﺒﺖ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ
Namun yang shahih bahwa wanita-wanita kafir itu boleh melihat perhiasan wanita muslimah sedangkan di sana tidak ada dalil yang menghalanginya. Dan di antara kitab terbaik yang berbicara tentang masalah ini ialah kitab saudara kami Mushthafa al-‘Adawi [Jami’ Ahkamin Nisa’] dan itu merupakan kitab yang berharga, saya tidak mengetahui ada yang semisal dengannya dalam berbicara tentang masalah ini. Diriwayatkan dari Imam Ahmad dengan dua riwayat, riwayat yang membolehkan dan yang melarang.
Dan yang membolehkan itulah pendapat yang shahih karena tidak ada dalil shahih yang melarang dari hal ini.
Datang sebuah riwayat dari ‘Umar bahwa beliau melarang para wanita muslimah masuk bersama wanita-wanita musyrik ke dalam kamar mandi, namun riwayat ini tidak tsabit dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu.

Lihat kitab:
Gharatul Asyrithah (2/472)

Sumber:
www .muqbel .net/fatwa .php?fatwa_id=3656

Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar