Cari Blog Ini

Minggu, 28 September 2014

Tentang TAKUT SETAN

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
ﻟَﺎ ﻋَﺪْﻭَﻯ ﻭَﻟَﺎ ﻃِﻴَﺮَﺓَ ﻭَﻟَﺎ ﻫَﺎﻣَﺔَ ﻭَﻟَﺎ ﺻَﻔَﺮَ
“Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada tathayur, tidak ada hamah dan shafar.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafadz Muslim:
ﻭَﻟَﺎ ﻧَﻮْﺀَ ﻭَﻟَﺎ ﻏُﻮﻝَ
“Tidak ada nau’, tidak pula ghul.”

Berikut ini Ungkapan beberapa Ulama dan Ahli bahasa tentang ghul:
1. Ibnu Duraid berkata:
"Ghul menurut orang Arab adalah tukang Sihir dari kalangan Setan dan Jin. Inilah pendapat al Ashma'i. (jamharatul Lughah: 3/150)
2. Ibnul Manzhur berkata:
"Ghul adalah Penyihir dari Jin.." (Lisanul 'Arab: 11/510)
3. Ibnu Katsir berkata:
"Ghul dalam bahasa Arab artinya Jin yang tampak di malam hari..." (Tafsir al Qur'anul 'Azhim: 1/313)
4. Al Jahidz berkata:
"Ghul adalah Ungkapan untuk Jin yang mengganggu orang yang berpergian dan Menjelma dalam beberapa bentuk, baik jenis Pria atau Wanita..." (Al Hayawan: 6/442)

Imam an Nawawi rahimahullah berkata, "Mayoritas Ulama mengatakan, 'Bangsa Arab berkeyakinan bahwa hantu dari jenis Setan di Lembah-Lembah bisa menjelma dengan berbagai bentuk lalu menyesatkan jalan mereka lalu membinasakan mereka'. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membatalkan hal itu.
Ulama lainnya mengatakan, 'Maksud Hadits ini bukanlah Peniadaan wujudnya hantu, melainkan maksudnya adalah membatalkan keyakinan orang Arab bahwa hantu bisa menjelma dalam berbagai bentuk lalu menyesatkan manusia..." (Syarh Shahih Muslim: 14/216)

Tentang makna Ghul berkata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari:
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻐُﻮﻝ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟْﺠُﻤْﻬُﻮﺭ : ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏ ﺗَﺰْﻋُﻢ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻐِﻴﻠَﺎﻥ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻔَﻠَﻮَﺍﺕ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺟِﻨْﺲ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦ ﺗَﺘَﺮَﺍﺀَﻯ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺗَﺘَﻐَﻮَّﻝ ﻟَﻬُﻢْ ﺗَﻐَﻮُّﻟًﺎ ﺃَﻱْ ﺗَﺘَﻠَﻮَّﻥ ﺗَﻠَﻮُّﻧًﺎ ﻓَﺘَﻀِﻠّﻬُﻢْ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻖ ﻓَﺘُﻬْﻠِﻜﻬُﻢْ ، ﻭَﻗَﺪْ ﻛَﺜُﺮَ ﻓِﻲ ﻛَﻠَﺎﻣﻬﻢْ ” ﻏَﺎﻟَﺘْﻪُ ﺍﻟْﻐُﻮﻝ” ﺃَﻱْ ﺃَﻫْﻠَﻜَﺘْﻪُ ﺃَﻭْ ﺃَﺿَﻠَّﺘْﻪُ
Adapun Ghul, jumhur ulama berkata:
“Dahulu orang-orang arab berkeyakinan bahwa ghoilan berada di padang pasir. Ghoilan adalah jenis setan yang menjelma dan menampakkan dirinya di hadapan manusia dengan beragam bentuk untuk menyesatkan mereka dari jalan sehingga terjatuh pada kebinasaan. Dalam pembicaraan mereka sering terucap: “ ﻏَﺎﻟَﺘْﻪُ ﺍﻟْﻐُﻮﻝ “ artinya “Setan telah membinasakannya.”

Dalam hal ini ada atsar dari ‘Umar yang dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan sanadnya oleh Al-Hafizh dalam Fathul Bari (6/414):
Sesungguhnya Ghoilan disebut di sisi ‘Umar, maka ia berkata, “Sungguh seseorang tidak mampu untuk berubah dari bentuknya yang telah Allah ciptakan. Akan tetapi mereka (para setan) memiliki tukang sihir seperti tukang sihir kalian. Maka bila kalian melihat setan itu, kumandangkanlah adzan.”

Ghul adalah setan yang biasa menyesatkan musafir yang sedang berjalan di padang pasir atau lembah. Mereka menampakkan diri dalam berbagai bentuk yang mengejutkan dan menakutkan sehingga membuat takut musafir tersebut. Yang ditolak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits adalah pengaruh ghul ini, bukan keberadaannya. Setan yang suka mengganggu manusia seperti ghul ini memang ada, namun bila kuat tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menghiraukan keberadaannya, setan ini tidak dapat memudaratkan dan menghalanginya menuju arah yang hendak ditujunya. (Al-Qaulul Mufid, 1/569)

Berkata Syaikh Sholih Fauzan:
“Rasulullah shallallohu’alaihi wasallam bersabda:
ﻭﻻ ﻏﻮﻝ
“Tidak ada ghul.”
“Ghul” adalah kata tunggal dari “Ghoilan.” Ghoilan termasuk perbuatan-perbuatan syayatin di mana mereka menjelma di hadapan manusia di padang pasir (atau semisalnya) terlebih ketika manusia memiliki rasa takut, setan menjelma dengan bentuk-bentuk yang menyesatkannya dari jalan, bisa jadi menjelma di hadapan manusia dalam bentuk api yang berpindah-pindah, atau suara yang tersengar atau menjelma dalam bentuk lain. Oleh karenanya Rasulullah shallallohu ’alaihi wasallam bersabda:
ﺇﺫﺍ ﺗﻐﻮّﻟﺖ ﺍﻟﻐﻴﻼﻥ ﻓﺒﺎﺩﺭﻭﺍ ﺑﺎﻷﺫﺍﻥ
“Jika Syaiton menampakkan (gangguannya) maka bersegeralah kalian adzan.” [1]
Makna hadits ini, jika setan ghul menjelma di hadapanmu segeralah berdzikir kepada Allah sebab dzikir kepada-Nya mengusir syaiton, maka jika engkau berdzikir kepada Allah atau engkau membaca Al-Quran hilanglah perbuatan setan tersebut. Nabi Shallallohu’alaihi wasallam dalam hadits ini juga meniadakan adanya ghul (maksudnya meniadakan keyakinan orang jahiliyah tentang ghul). Mereka di masa jahiliyah meyakini bahwasannya ghailan membuat kejelekan untuk mereka (dengan sendirinya) kemudian Rasulullah shallallohu’alaihi wasallam meniadakan keyakinan tersebut dan berkata sesungguhnya ghul tidak ada, apa yang tampak berupa gangguan-gangguan adalah amalan-amalan syaitan yang tidak membahayakan seorang pun kecuali dengan izin Allah, lalu beliau menyebutkan obat ketika melihat gangguan-gangguan tersebut yaitu dzikir kepada Allah. (I’anatul Mustafid 2/11)

Catatan Kaki
[1] Syaikh Al-Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini karena inqitho’ (keterputusan sanad) antara Al-Hasan Al-Bashri dan Jabir bin Abdillah, dimana Al-Hasan tidak mendengar dari Jabir. Hadits ini memiliki syawahid namun tidak bisa menguatkan riwayat Hasan dari Jabir karena kelemahannya yang sangat. Silahkan rujuk pembahasan takhrij hadits ini dalam Silsilah Dhaifah (III/227 no.1140).
Jika hadits ini shahih maka makna adzan adalah dzikir kepada Allah ta’ala, sebagaimana disebutkan Ibnu Atsir dalam An-Nihayah, Ibnu Muflih dalam Al-Adab Asy-Syar’iyyah dan lainnya. Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Baz tentang hadits ini:
ﻭﺍﻟﻤﻌﻨﻰ: ﺃﻥ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻄﺮﺩﻫﺎ، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﺍﻟﺘﻌﻮﺫ ﺑﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﺎﻣﺎﺕ ﻣﻦ ﺷﺮ ﻣﺎ ﺧﻠﻖ، ﻳﻘﻲ ﻣﻦ ﺷﺮﻫﺎ ﻭﺷﺮ ﻏﻴﺮﻫﺎ، ﻣﻊ ﺍﻷﺧﺬ ﺑﺎﻷﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﺘﻲ ﺟﻌﻠﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺳﺒﺎﺑﺎ ﻟﻠﻮﻗﺎﻳﺔ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺷﺮ
Maknanya: Dzikir kepada Allah akan mengusirnya, demikian pula berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan makhlukNya, melindungi dari kejelekan syaiton dan makhluk lainnya, tentu diiringi dengan menempuh sebab-sebab yang Allah jadikan sebagai sebab yang melindunginya dari semua kejelekan. (Majmu’ Fatawa bin Baz (25/93)
Sebagian ulama berpendapat disyariatkannya adzan ketika melihat Ghoilan. Diantara mereka adalah Al-Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar. Allahuta’ala a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar