Cari Blog Ini

Selasa, 30 September 2014

Tentang PEMANDIAN UMUM DAN SAUNA

Pertanyaan: Apa hukumnya kamar mandi uap (yang merupakan tempat pemandian umum bagi yang ingin mandi uap/sauna) yang sekarang banyak bermunculan? Apakah para wanita dan lelaki boleh masuk/mandi.di sana tanpa kain penutup tubuh? Berilah fatwa kepada kami tentang masalah ini, semoga antum mendapatkan pahala karenanya.

Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta` menjawab: “Masuk pemandian umum yang berupa kamar mandi uap/sauna bagi lelaki tanpa kain penutup tubuh dilarang keras karena adanya sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Jabir:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻼَ ﻳَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﻤِﺌْﺰَﺭٍ
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia masuk ke kamar mandi (umum) kecuali dengan mengenakan kain penutup tubuh.”
Diriwayatkan oleh An-Nasa`i dan Al-Hakim, ia menshahihkannya di atas syarat Muslim, dan hadits ini memiliki syawahid (pendukung). [1]

Para wanita juga terlarang masuk ke tempat pemandian umum. Ummul Mukminin Aisyah pernah berkata kepada para wanita yang biasa masuk ke tempat pemandian umum:
ﺃَﻧْﺘُﻦَّ ﺍﻟﻼَّﺋِﻲ ﻳَﺪْﺧُﻠْﻦَ ﻧِﺴَﺎﺋُﻜُﻦَّ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻣَﺎﺕِ؟ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﻳَﻘُﻮْﻝُ: ﻣَﺎ ﻣِﻦِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﺗَﻀَﻊُ ﺛِﻴَﺎﺑَﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻏَﻴْﺮِ ﺑَﻴْﺖِ ﺯَﻭْﺟِﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﻫَﺘَﻜَﺖِ ﺍﻟﺴِّﺘْﺮَ ﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺭَﺑِّﻬَﺎ
"Apakah kalian ini yang biasa membiarkan wanita-wanita kalian masuk ke tempat pemandian (umum)? Aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada seorang wanita pun yang melepas pakaiannya (tanpa busana) di selain rumah suaminya melainkan ia telah mengoyak penutup antara dia dan Rabbnya.” [2]
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan ia menshahihkannya di atas syarat Syaikhain (Al-Bukhari dan.Muslim) dan Adz-Dzahabi menyepakatinya. [3]

Dalam Musnad Al-Imam Ahmad yang dihasankan sanadnya oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir disebutkan bahwa ‘Umar ibnul Khaththab berkata, “Wahai sekalian manusia, sungguh aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻼَ ﻳَﻘْﻌُﺪْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﺋِﺪَﺓٍ ﻳُﺪَﺍﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺍﻟْﺨَﻤْﺮُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻼَ ﻳَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺈِﺯَﺍﺭٍ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻼَ ﺗَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah dia duduk di meja hidangan yang diedarkan di atasnya khamr. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat pemandian umum) kecuali dengan memakai kain penutup tubuh. Siapa (di antara kaum wanita) yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat pemandian umum).” [4]

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Ya’la Al-Mushili dan Al-Hafizh Abu Hatim Muhammad bin Hibban dalam Shahih-nya yang disebut Al-Anwa’ wat Taqasim, dari hadits Muhammad bin Tsabit bin Syarahbil, dari Abdullah bin Yazid Al-Khuthami, dari Abu Ayyub Al-Anshari, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻼَ ﻳَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﻤِﺌْﺰَﺭٍ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻣِﻦْ ﻧِﺴَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻓَﻼَ ﺗَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat pemandian umum) kecuali dengan memakai kain penutup tubuh. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara wanita-wanita kalian maka janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat pemandian umum).”
Kata perawi: Aku mengatakan hal itu kepada ‘Umar bin Abdil ‘Aziz dalam masa kekhilafahannya, maka ia menulis surat kepada Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm yang isinya, ‘Tanyakan kepada Muhammad bin Tsabit tentang haditsnya.’ Abu Bakr pun menanyakan kepada Muhammad, lalu ia menulis surat kepada ‘Umar bin Abdil ‘Aziz, maka ‘Umar melarang para wanita masuk ke kamar mandi umum. Demikianlah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz. Ia telah menjalankan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan sungguh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠُﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻱْ
"Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing setelahku.”
Kaum muslimin seluruhnya sepakat bahwa ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullah termasuk para pemimpin yang mendapatkan petunjuk dan termasuk khalifah yang beroleh bimbingan, yang mana mereka itu memutuskan dengan al-haq (kebenaran) dan selalu menuju kepada kebenaran.” (Selesai ucapan Al-Hafizh Ibnu Katsir)

Allah subhanahu wa ta’ala lah yang memberikan taufik. Shalawat dan salam semoga tertuju kepada nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pula untuk keluarga dan pada sahabatnya.

(Fatwa no. 19397, kitab Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal Ifta`, 17/49)

Sumber: Majalah Asy Syariah Online
__________________________________________
Keterangan:

1. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan An-Nasa`i.

2. Sebagian pensyarah hadits ini berkata, “Tidak diberikan keringanan (rukhshah) bagi wanita untuk masuk kamar mandi umum karena seluruh anggota tubuhnya adalah aurat, dan tidak dibolehkan membukanya kecuali dalam keadaan darurat (boleh baginya masuk kamar mandi umum). Misalnya ia sakit sehingga harus masuk kamar mandi tersebut untuk pengobatan. Atau ia selesai dari nifas dan ingin mandi suci, atau junub sementara hawa sangat dingin dan ia tidak dapat menghangatkan air dalam keadaan ia khawatir memudaratkannya bila menggunakan air dingin. Tidak boleh bagi laki-laki masuk ke kamar mandi umum ini tanpa mengenakan penutup tubuh yang dapat menutupi bagian pusar dan lutut.” (‘Aunul Ma’bud, kitabul Hammam, bab satu)
Dalam ‘Aunul Ma’bud juga disebutkan bahwa wanita diperintah untuk menutup tubuhnya dan menjaganya agar tidak terlihat oleh ajnabi (bukan mahram) sehingga tidak pantas baginya untuk membuka auratnya sekalipun dalam keadaan sendirian kecuali di sisi suaminya. Bila ia membuka anggota tubuhnya di kamar mandi umum tanpa darurat maka sungguh ia telah mengoyak penutup yang Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan.

3. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan selainnya.

4. Asy-Syaikh Ahmad Syakir mengatakan tentang hadits ini, “Sanadnya dhaif.” (Akan tetapi hadits berikut ini mendukungnya.)
Faedah: Al-Imam Al-Albani berkata, “Wajib bagi suami istri untuk membuat kamar mandi di rumah mereka, dan janganlah seorang suami memperkenankan istrinya untuk masuk/mandi di kamar mandi pasar, karena hal itu diharamkan. Dalam hal ini ada beberapa hadits:
Pertama: Dari Jabir radhiyAllahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﺪْﺧِﻞْ ﺣَﻠِﻴْﻠَﺘَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤَّﺎﻡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﻤِﺌْﺰَﺭٍ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟَﺂﺧِﺮِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺠْﻠِﺲْ ﻋَﻠﻰَ ﻣَﺎﺋِﺪَﺓٍ ﻳُﺪَﺍﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺍﻟْﺨَﻤْﺮُ
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia memasukkan istrinya ke kamar mandi (umum). Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia masuk ke kamar mandi (umum) kecuali dengan memakai kain penutup tubuh. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia duduk di meja hidangan yang diedarkan di atasnya khamr.” (HR. Al-Hakim dan ini lafadznya, At-Tirmidzi, dll)
Kedua: Dari Ummud Darda, ia berkata, “Aku keluar dari kamar mandi umum. Lalu aku berjumpa dengan Rasulullah. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dari mana engkau, wahai Ummud Darda`?” “Dari kamar mandi umum,” jawab Ummud Darda`. Rasulullah kemudian bersabda:
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ، ﻣﺎَ ﻣِﻦِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﺗَﻀَﻊُ ﺛِﻴَﺎﺑَﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻏَﻴْﺮِ ﺑَﻴْﺖِ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻦْ ﺃُﻣَّﻬَﺎﺗِﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﻫِﻲَ ﻫَﺎﺗِﻜَﺔُ ﻛُﻞِّ ﺳِﺘْﺮٍ ﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ
"Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seorang wanita pun yang melepas pakaiannya di selain rumah salah seorang dari ibunya melainkan ia telah mengoyak setiap penutup antara dia dan Ar-Rahman.” (HR. Ahmad, dll)
Ketiga: Hadits Aisyah radhiyAllahu ‘anha yang telah disebutkan di atas.
(Lihat kitab Adabuz Zafaf, hal. 67-69)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar